ENGEMBANGAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA. Oleh Dr. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA. Oleh Dr. Hj. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

PENERAPAN MODEL KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

Promotor: Prof. Dr. H. Samsuddin A.R., M.S. Ko-Promotor: Prof. Dr. Iskandarwassid, M.Pd. Anggota: Prof. Dr. Hj. Nenden Sri Lengkanawati, M. Pd.

JUDUL PENERAPAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Marfuah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

2015 PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. keterampilan menulis narasi siswa sekolah dasar. Berdasarkan penelitian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal berpikir kritis peserta didik dimulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Isu-isu yang bertalian dengan rendahnya mutu pendidikan telah menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap orang perlu mengungkapkan ide atau gagasan pada orang lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Hypnoteaching Berbasis Pemecahan Masalah Dalam Pembelajaran Menyimak Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membantu memahami pokok bahasan dan untuk menghindari salah

BAB I PENDAHULUAN. dengan melakukan perbaikan di sana sini, mulai dari kurikulum, sarana dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Ejaan yang salah dalam kehidupan sehari-hari sah-sah saja, tetapi bagi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Model Kreatif Pemecahan Masalah dalam pembelajaran menulis karangan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menyajikan simpulan hasil penelitian tentang penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dasar hingga jenjang perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu penguasaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan gagasan, keyakinan, pesan, pandangan hidup, cita-cita, serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fersil Viali, 2016 Penerapan Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang penelitian, diperlukan sebuah desain

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni metode

Penelitian Eksperimental

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tentang keterampilan siswa dalam menulis dialog sederhana dengan. dengan aktivitas guru selama proses pembelajaran.

2015 PENERAPAN MODEL SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPTIF

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Diki Sumarna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen,

2015 PENERAPAN METODE SUGESTI-IMAJINASI DENGAN MEDIA VIDEO DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN DRAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 242

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4 sampai 5 tahun memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu bahasa Indonesia juga

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

2013 PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tidak ada kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa menengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

I. PENDAHULUAN. dituangkan dalam kertas sehingga dapat dibaca oleh para pembaca. Dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hendi Indrawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan eksperimen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ENGEMBANGAN MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVIS DALAM PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA Oleh Dr. Nunuy Nurjanah, M.Pd.

LATAR BELAKANG PENELITIAN Kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan menulis. Kesulitan siswa menyusun kalimat. Penentuan ide-ide karangan merupakan hal hal yang yang sulit sulit bagi bagi siswa. Siswa bingung tidak tidak tahu tahu apa apa yang yang akan akan ditulis. KBM BI dilaksanakan dengan melihat bahasa dari beberapa aspek tentang bahasa. Keberhasilan pembelajaran BI masih diukur dengan tes kognitif bukan tes keterampilan berbahasa. Kemampuan siswa dalam menulis dan mengembangkan gagasan sangat kurang. PEMBELAJARAN MASIH BERPUSAT PADA GURU.

PERMASALAHAN PENELITIAN Apakah model belajar konstruktivisme dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia di Kelas II SMP? Diterima siswa sebagai suatu kemudahan Memiliki keunggulan komparatif terhadap model belajar konvensional. Dampak pembelajaran menulis model konstruktivisme Mempunyai pengaruh yang signifikan. Hasil pembelajaran menulis dengan model belajar konstruktivisme.

Tujuan Penelitian Umum: untuk mengembangkan model yang efektif dalam pembelajaran menulis. Khusus: memperoleh gambaran tentang keberterimaan, perbandingan, dampak, kelebihan, kelemahan, dan hasil pembelajaran model belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menulis.

Metode Penelitian Kuasi eksperimental dan deskriptif analisis. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMP N I Banjaran Kabupaten Bandung. Populasi penelitian: kemampuan menulis siswa kelas II SMP. Dari sembilan kelas ( IIA II I) diambil tiga kelas. Sampel penelitian: kemampuan menulis 122 siswa : kelas kuasi eksperimen 1 (IIF) 41 orang dan kelas kuasi eksperimen 2 (IIG) 41 orang, serta kelas kontrol (IIE) 40 orang.

Konstruktivisme Filsafat kognitif menyatakan seseorang hanya dapat dikatakan mengetahui bila dapat menjelaskannya (Yager, 1994; Philip, 1998:1). Pengetahuan adalah hasil konstruksi individu itu sendiri secara aktif. Bukan teori bagaimana mengajar, tetapi suatu teori mengenai pengetahuan proses belajar. Sekarang ini konstruktivisme dianggap sebagai dasar pembaharuan pendidikan. The National Science Teacher Assosiation beranggapan bahwa konstruktivisme merupakan reformasi (pembaharuan) berdasarkan eksperimen yang dimunculkan dalam pembelajaran, penelitian, hipotesis-hipotesis, dan model-model.

Ciri-ciri Pendekatan Konstruktivisme Belajar berarti membentuk makna. Setiap kali berhadapan dengan fenomena/persoalan baru, diadakan konstruksi secara kuat atau lemah. Belajar merupakan pengembangan pikiran dengan membuat pengertian baru. Proses belajar terjadi waktu skema seseorang dalam keraguan dan situasi ketidakseimbangan: situasi yang baik untuk memacu belajar. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Siswa lebih aktif dalam proses belajar dan proses pengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman. Proses belajar harus mendorong adanya kerjasama, tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerja sama memungkinkan siswa untuk mengingat pelajaran lebih lama.

Proses Menulis Membuka ingatan untuk menyusun sesuatu yang diketahui. Mengkaji ulang informasi yang dihasilkan dan alih bentuk dalam bentuk lisan/tulisan. Menata ide-ide utama. Memperhatikan keseluruhan informasi untuk menemukan fokus/intinya. Menyusun struktur kerangka kerja untuk mengkomunikasikan pesan. Alih bentuk jaringan kerja pikiran dalam bentuk karya tulis. Mengevaluasi hasil kerja menulis/editing.

Rancangan Menulis Model Konstruktivisme Belajar berarti mencari makna. Konstruksi makna adalah proses yang terus-menerus. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar tergantung pada yang telah diketahui (Meyers, 1986). Pelaksanaan menulis model konstruktivisme Model siklus belajar terdiri 3 fase yaitu Eksplorasi Pengenalan/penemuan konsep Aplikasi konsep

Penemuan Konsep Penemuan Konsep Apersepsi Keterampilan berpikir Eksplorasi Guru sebagai fasilitator Lingkungan Pemecahan masalah Aplikasi Lingkungan sebagai sarana pembelajaran Kegiatan mandiri Kegiatan kelompok kecil Kemampuan Menulis bahasa Indonesia Tulisan

Model Belajar Konstruktivisme A. Apersepsi Guru mengadakan tanya jawab berkenaan dengan penanaman bunga di dalam pot. Salah seorang siswa mendemontrasikan cara menanam bibit bunga di dalam sebuah pot sambil menerangkan kepada teman-temannya. B. Eksplorasi Dalam kelompok kecil siswa mengamati bunga yang dipilihnya. Masing-masing kelompok mengajukan pertanyaan dan jawabannya seperti pada contoh berikut. Pertanyaan Bunga apakah ini? Apakah bunga itu kelihatannya subur? Bagaimana ciri-cirinya bahwa bunga itu subur? Pengaruh apakah yang mengakibatkan bunga itu subur? Bagaimana warna tanah di dalam pot tersebut? Apakah bunga di dalam pot itu sering disiram? Mengapa bunga itu membutuhkan air? Bagaimana bunga itu dapat menyerap air? Pupuk apakah yang digunakan untuk memupuk bunga tersebut? Bagaimana kalau bunga tersebut tidak disiram? Sebaiknya di mana pot bunga itu diletakkan? Apakah cahaya matahari mempengaruhi tumbuhan bunga tersebut? Jawaban Bunga ros. Subur. Daunnya hijau, tumbuhnya baik, banyak cabangnya, dan bunganya mekar. Tanahnya gembur, dipupuk, disiram, dirawat, dan selalu kena sinar matahari. Gembur, kehitam-hitaman, dan banyak pupuk kompos. Sering. Untuk menjaga penguapan dan pembawa zat-zat makanan. Dengan akar-akar serabutnya. Pupuk kompos dari sekam padi. Akan layu dan terus mati. Di tempat yang selalu kena sinar matahari. Cahaya matahari diperlukan untuk proses fotosintesis seperti halnya kita memerlukan udara untuk bernapas.

c. Penemuan Konsep Dari hasil pertanyaan tersebut siswa menentukan kerangka karangan. Cara Menanam Bunga dalam Pot Menentukan jenis bunga yang akan ditanam Menyediakan pot bunga Menyediakan tanah Menanam bibit bunga di dalam pot D. Aplikasi Akhirnya, siswa mengembangkan kerangka karangan tadi menjadi sebuah karangan seperti contoh berikut. Berkebun Bunga di Pot Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum kita menanam bunga di dalam pot. Pertama, kita harus menentukan bunga apa yang akan kita tanam pada pot itu. Setelah kita menentukan jenis bunga yang akan ditanam, lalu sediakan pot yang besarnya sesuai dengan jenis bunga yang akan ditanam. Misalnya, pot untuk bunga kuping gajah harus lebih besar dibanding dengan pot untuk bunga ros. Selanjutnya, kita menyediakan tanah yang cukup gembur. Tanah yang gembur cirinya berwarna gelap, dalam keadaan lembab, dan mudah untuk dicerai-berai. Setelah siap, baru kita memasukkan tanah itu ke dalam pot kira-kira setengahnya. Jangan lupa lubang pot bunga yang ada di bawah ditutup terlebih dahulu dengan potongan genting. Sebab, lubang di bawah ini sangat penting agar aliran air terjamin dengan baik. Sekarang, berdirikan bibit bunga yang akan ditanam itu di atas tanah yang ada di dalam pot dan aturlah akar-akar bunga tersebut agar mendatar dengan permukaan tanah, kecuali akar tunggangnya ditancapkan tegak lurus. Kemudian, tutuplah akar tanaman tersebut dengan tambahan tanah sejenisnya sehingga pot bunga penuh dengan tanah sampai ke permukannya. Setelah tanah sampai ke permukaan pot bunga, padatkan tanah itu sehingga bibit bunga yang ditanam dapat berdiri tegak dengan kokoh. Kemudian, siramlah bibit bunga tersebut dengan air secara teratur. Bila ingin bunga itu dipupuk, taburkanlah pupuk di bidang atasnya dan jangan lupa pilihlah pupuk yang cocok untuk bunga tersebut. Bila perlu, tanyakan pupuk apa yang baik untuk tanaman bunga tersebut ke petani atau penjual pupuk.

Desain Penelitian Digunakan metode kuasi eksperimen dengan The Randomized Pretest-Posttest Control Group Design Treatment Treatment group group R O X 1 O 1 Control Control group group R O X 2 O 2 Keterangan : R = Subjek eksperimen secara acak. O = Prates dan pascates. X 1 = Perlakuan di kelas kuasi eksperimen berupa pembelajaran model belajar konstruktivisme dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia di SMP. X 2 = Pembelajaran yang berjalan seperti biasanya (konvensional) yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia di kelas kontrol. Sekolah Kelas Kuasi Eksperimen IIF IIG Kelas Kontrol IIE Jumlah SMP N I Banjaran 41 41 40 122

PROSEDUR PENELITIAN Pengkajian Teori-teori Belajar Studi Pendahuluan Mengkaji Kondisi Lapangan Mengkaji GBPP SMP Tahun 1999 & KBK dan Perencanaan Pembelajaran sesuai dengan Model Belajar Konstruktivisme Mengkaji Teori Cara Menilai Kemampuan Mengarang dan Caracara Menganalisis Karangan Mengembangkan Model Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Model Belajar Konstruktivisme Menyusun Instrumen Pengumpul Data Prates Implementasi Model Pembelajaran Pascates Analisis Data LAPORAN LAPORAN Hasil Hasil Analisis, Analisis, Implementasi, Implementasi, dan dan Evaluasi Evaluasi Pembelajaran Pembelajaran Menulis Menulis Bahasa Bahasa Indonesia Indonesia Model Model Belajar Belajar Konstruktivisme Konstruktivisme di di SMP SMP

HASIL PENELITIAN Hasil Analisis Karangan 1. Aspek kebahasaan Kemampuan menggunakan EYD yaitu (a) penulisan kata umumnya sudah benar, kecuali penulisan kata turunan dan kata depan; (b) pemakaian huruf besar pada nama sudah benar, namun masih terdapat kesalahan pada penulisan kata tugas dalam judul karangan; (c) penggunaan tanda baca umumnya sudah benar kecuali penggunaan tanda koma pada kalimat berklausa ganda; (d) pengembangan kosa kata bertambah; (e) penggunaan kata-kata khusus dalam karangan berkembang. Kemampuan membuat kalimat: yaitu (a) umumnya kalimat sudah sempurna yang tersusun minimal oleh subjek dan predikat; (b) susunan kalimat lebih kompleks; (c) masih terdapat beberapa pokok pikiran dalam satu kalimat, sehingga kalimat tersebut harus dipisahkan sesuai dengan jumlah pokok pikirannya. Kemampuan menggunakan sarana kohesi sudah berkembang; variasinya bertambah. 2. Aspek kognitif Kemampuan siswa berkembang dalam penggambaran, penafsiran, dan penyimpulan karangan. 3.Aspek afektif/emosional Siswa sudah menunjukkan minat, kegairahan, dan keseriusan dalam mengarang. Siswa sudah menunjukkan sikap sosial dalam karangannya; keterampilan berpikir siswa dalam mengungkap gagasannya semakin berkembang; dan aspek pengalamannya lebih dapat diproses secara kompleks.

Hasil Penilaian Karangan 1. Aspek isi: pada umumnya siswa sudah memahami isi secara luas, lengkap, dan terjabar. Isi sesuai dengan judul meskipun kurang terinci. 2. Aspek organisasi: umumnya sudah teratur, rapi, dan jelas. Gagasannya sudah banyak, urutannya logis, dan kohesi cukup tinggi. 3. Aspek kosa kata: umumnya luas, penggunaannya efektif. Mereka umumnya menguasai pembentukan kata serta pemilihan katanya tepat. 4. Aspek bahasa: umumnya sederhana, sedikit kesalahan tatabahasa dan tanpa mengaburkan makna. 5. Aspek penulisan kata: umumnya menguasai kaidah penulisan kata. Namun, masih ada kesalahan ejaan. Hasil Uji Perbedaan Rata-rata (Uji t) Aspek Keterampilan Menulis Kelas Kuasi Eksperimen 1 (IIF) dengan Kelompok Kontrol (IIE) No Aspek Keterampilan Menulis Rata-rata Nilai (IIF) Rata-rata Nilai (IIE) t hitung t 0,095 (79) tabel Tafsiran 1 Isi Karangan 22,5 19,4 6,331 2,639 Signifikan 2 Organisasi 15,10 13,5 4,6121 2,639 Signifikan 3 Kosa Kata 15,00 13 6,1105 2,639 Signifikan 4 Bahasa 18,1 14,9 8,9248 2,639 Signifikan 5 Penulisan 3,88 3,48 3,515 2,639 Signifikan

SIMPULAN Studi ini memiliki implikasi teoretis dan praktis tentang pengembangan model belajar konstruktivisme. Secara teoretik, studi ini berimplikasi bahwa siswa seharusnya dipandang sebagai individu yang memiliki potensi yang unik untuk berkembang, bukan sebagai tong kosong yang hanya menunggu untuk diisi oleh orang dewasa (guru). Secara praktis, studi ini berimplikasi bahwa model belajar konstruktivisme dibutuhkan untuk mengembangkan kecakapan pribadi-sosial siswa dalam mengembangkan potensi kreatifnya melalui bahasa tulisan. Hasil penelitian: (1) secara umum model belajar konstruktivisme dapat diterima oleh siswa sebagai suatu kemudahan dalam belajar menulis; (2) model konstruktivisme memiliki keunggulan secara komparatif terhadap model belajar konvensional di kelas kontrol; (3) secara umum model belajar konstruktivisme dapat meningkatkan seluruh aspek keterampilan menulis; (4) keunggulan model belajar konstruktivisme adalah melatih sistematika berpikir, memotivasi siswa untuk berbuat lebih kreatif, dan memberikan lingkungan belajar yang kondusif berupa lingkungan alam sebagai sumber belajar; (5) kelemahan model belajar konstruktivisme adalah perlu latihan adaptasi lebih dahulu untuk dapat belajar mandiri dalam mengkonstruksi pengetahuan siswa; dan (6) model belajar konstruktivisme mempunyai perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan menulis kelompok eksperimen.

Implikasi Penelitian Pendekatan itu memberikan arah pengembangan intelektual dan emosional siswa dalam menulis. Dibutuhkan untuk pengembangan pribadi sosial siswa dalam pengembangan potensi kreatifnya melalui bahasa tulisan. Dalam kegiatan ini terjadi rekonstruksi pikiran siswa yang terusmenerus sehingga proses belajar pun terjadi terus-menerus dan proses membangun pikiran yang bermakna akan selalu terjadi dalam setiap kegiatan. Usaha untuk meningkatkan kemampuan menulis dengan mengaitkan bahan pelajaran yang sudah diterima dengan bahan pelajaran yang akan dipelajari dan memetakan kaitan ide/konsep yang utuh tentang apa yang dibacanya/ dipelajarinya. Analisis dan penilaian karangan mempunyai kriteria atau pedoman penilaan yang jelas dan dapat mengukur kemampuan menulis siswa secara lengkap. Perlu penelitian lebih lanjut dengan penelitian tindakan kelas atau studi kasus.

Rekomendasi Model ini diharapkan menjadi masukan bagi guru bahasa Indonesia untuk mengembangkan kemampuan profesinya. Model ini menuntut kepercayaan guru bahwa siswa mampu berkembang dan kreatif dalam menulis. Model ini memerlukan proses dan sangat bermanfaat untuk membantu siswa memenuhi apa yang dibutuhkannya dalam membuat karangan. Penilaian kemampuan menulis sebaiknya dipisahkan dengan penilaian kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Hendaknya para guru selalu mengaitkan bahan pembelajaran yang sudah dengan bahan pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa dan siswa dituntut untuk memetakannya dalam bentuk klustering/peta konsep dengan memakai preposisi yang menghubungkan konsep-konsep yang dipetakannya itu. Pengembangan penelitian ini disarankan dengan metode penelitian kelas dan studi kasus, sehingga masalah yang dihadapi oleh siswa dalam proses penulisan dapat dipecahkan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing.