PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SULAIMAN BAKRI / D ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

Perpustakaan LAFAI

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kedelapan, Permintaan Keterangan Kepada PPATK (Berdasarkan Informasi PPATK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA


KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Peranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA

BAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Peranan hasil..., Ni Komang Wiska Ati Sukariyani, FH UI, 2010.

Lex Crimen Vol. III/No. 4/Ags-Nov/2014

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan. Pertukaran. Informasi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2002 tanggal 17 April ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang Pengenaan Sa

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 2003 (25/2003) TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KETENTUAN RAHASIA BANK DAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG: SUATU ANALISIS YURIDIS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

2017, No pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaim

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

SELUK BELUK PENGATURAN RAHASIA BANK SYARIAH. Rusdan Fakultas Ekonomi Islam IAI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Universitas Indonesia Peranan pusat..., Utami Triwidayati, FHUI, Mardjono Reksodiputro, Disampaikan pada diskusi penelitian Optimalisasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad Hanafi, Asas-Asas Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

I. PENDAHULUAN. meningkatkan risiko karena dengan semakin beragamnya instrumen/produk keuangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PIHAK PELAPOR DALAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG


PERANAN PPATK (PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN) DALAM MENCEGAH TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG 1 Oleh : Randy Andario 2

- 2 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA

V PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN (PPATK)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45/PMK.06/2013 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA BAGI BALAI LELANG

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II AKIBAT HUKUM SETORAN MODAL PERSEROAN TERBATAS YANG TERBUKTI BERASAL DARI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LOUNDERING) BAGI PENYEDIA JASA KEUANGAN

Transkripsi:

PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DALAM MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SULAIMAN BAKRI / D 101 10 261 ABSTRAK Penelitian ini membahas tentang kewenangan Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan dalam mencegah pencucian uang sesuai Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini 1. Pengaturan kewenangang PPATK dapat mendukung pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang. 2. Hambatan PPATK dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang. Metode penelitian yang digunakan yaitu yuridis normatif. Dari penelitian ini diketahui bahwa PPATK adalah lembaga yang independen dengan kewenangan, pencegahan dan pemberantasan pencucian uang, pengeolahan data transaksi yang mencurigakan, pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan, analisis terhadap transkasi pencucian uang dan meneruskan kepada penyidik terhadap terjadinya pencucian uang. Hambatan PPATK dapat berupa database yang terbatas dan belum terintegrasi dan belum semua transaksi yang mencurigakan dilaporkan atau lambat dilaporkan, kewenangan PPATK yang terbatas seperti tidak dapat melakukan penyelidikan. Kata Kunci: Tindak Pidana, Pencucian Uang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk kejahatan yang termasuk sebagai kejahatan lintas negara adalah tindak pidana pencucian uang, karena dampak yang ditimbulkannya, antara lain berupa instabilitas sistem keuangan, distorsi ekonomi dan kemungkinan gangguan terhadap 1 pengendalian jumlah uang beredar 1. Hal ini karena akumulasi dana yang mampu diekploitasi oleh pelaku kejahatan pencucian uang jumlah yang sangat merugikan perekonomian negara, meskipun sulit untuk memperkirakan jumlah pastinya karena sifat dari PPATK, Indonesia Melawan Praktik Pencucian Uang, Jakarta. 2004, hlm. 1 1

kegiatannya yang tersamar dan, sehingga menghasilkan uang bersih tidak tercermin dalam angka (clean money) uang halal statistik 2. (legitimate money). Dalam proses Berkaitan dengan pernyataan ini, uang tersebut di salurkan tersebut, Siahaan 3, menegaskan melalui jalan penyesatan (imaze). bahwa: Praktek pencucian uang Secara garis besar bisa dilakukan oleh seseorang tanpa dipahami bahwa penyaluran dana harus ia bepergian ke luar negeri, hasil kejahatan hanya melalui hal ini bisa dicapai dengan perbankan dan non perbankan, dari kemajuan teknologi informasi pendapat para pakar baik dari melalui system cyberspace dalam maupun dari luar negeri, (internet), di mana penyebaran dapat disimpulkan bahwa kegiatan melalui bank secara elektronik pencucian uang atau money (cyberpayment) dapat dilakukan. laundering adalah suatu proses Begitu pula dengan seorang pelaku untuk menyembunyikan atau pencucian uang bisa menyamarkan harta kekayaan yang mendepositokan uang hasil diperoleh dari hasil kejahatan untuk kejahatan kepada suatu bank tanpa menghindari penuntutan dan atau mencantumkan identitasnya, seperti penyitaan. Hasil akhir dikehendaki halnya di negara Austria 4. pelaku dari proses itu adalah dana Berkaitan dengan hal hasil kejahatan pencucian uang tersebut di atas, Munir Fuady 5 seolah-olah menjadi uang yang berpendapat bahwa: proses sah 6. kegiatan money laundering ini, Berkaitan dengan pernyataan uang yang semula merupakan uang tersebut, dalam UU No. 8 Tahun haram (dirty money) diproses 2010 Tentang Pencegahan Dan 2 3 4 5 N.H.T, Siahaan, Money Laundering dan Kejahatan Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002, hlm. 2 N.H.T. Siahaan, Op. Cit, hlm. 2 Ibid, hlm. 3 Munir Fuady, Bisnis Kotor Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 83 6 Pencucian Uang Pasal 1 angka (1) H. Soewarsono dan Reda Manthovani, Pencucian Uang Di Indonesia, CV.Malibu, Jakarta. 2004, hlm. 2 2

telah ditetapkan pengertian Pencucian Uang sebagai berikut: Pencucian uang adalah perbuatan menempatkan mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah. Pencegahan dan penanggulangan kejahatan pencucian uang memerlukan suatu upaya yang secara khusus memantau dan menangani kasus yang terkait dengan kegiatan pencucian uang. Dalam hal tersebut, pemerintah Indonesia telah membentuk lembaga khusus yang disebut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan disebut dengan PPATK. Pusat Pelaporan dan Analisis. Secara umum keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai 7 upaya Indonesia untuk ikut serta bersama dengan negara-negara lain memberantas kejahatan lintas negara yang terorganisir seperti korupsi, terorisme dan pencucian uang (money laundering). Sedangkan secara khusus, keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya atau strategi dalam memberantas kriminalitas dalam negeri, apalagi kondisi hukum Indonesia saat ini masih mengalami krisis kepercayaan baik secara nasional maupun internasional 7. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dikemukakan oleh Yunus Husein yang pada intinya bahwa secara nasional lahirnya institusi sentral (focal point) di dalam rezim anti pencucian uang di Indonesia ini diharapkan dapat membantu penegakan hukum yang berkaitan bukan saja dengan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme, melainkan juga semua Erman Rajagukguk, Tindak Pidana Pencucian Uang (money laundering) Peraturan Perundang-Undangan. Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, Jakarta, 2004, hlm. 27 3

tindak pidana berat lainnya yang menghasilkan uang 8. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengaturan kewenangang PPATK dapat mendukung pencegahan dan pemberantasan pencucian uang? kejahatan 2. Apakah hambatan PPATK dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai upaya pencegahan dan pemberantasan kejahatan pencucian uang? II. PEMBAHASAN 8 A. Kewenangan PPATK Mendukung Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 1. Sumber Kewenangan Diundangkannya UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang merupakan upaya yang diambil pemerintah dalam membangun rezim anti pencucian uang yang efektif. Dalam Undangundang tersebut secara tegas menyatakan kriminalisasi Yunus Husein, Yunus Husein, Negeri Sang Pencuci Uang, Pustaka Juanda Tigalima, Jakarta, 2007, hlm. 5 pencucian uang dan mendirikan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). PPATK ini memiliki kelembagaan yang independen, yang bebas dari campur tangan yang bersifat politik seperti Lembaga Negara, Penyelenggara Negara dan pihak lainnya. PPATK dalam melaksanakan tugasnya diwajibkan untuk menolak campur tangan dari pihak manapun. Prinsip ini dapat ditafsirkan dari ketentuan Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 25 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang menegaskan bahwa: Pasal 18 ayat (2): PPATK adalah lembaga yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Pasal 25 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang: Setiap pihak tidak boleh melakukan segala bentuk campur tangan terhadap 4

pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK. PPATK merupakan lembaga independen yang bertanggung jawab kepada Presiden dan berfungsi sebagai perantara antara masyarakat atau industri jasa keuangan dengan institusi penegak hukum. Laporan yang masuk dianalisis dahulu oleh lembaga ini kemudian dilaporkan kepada institusi penegak hukum, yaitu Kepolisian dan Kejaksaan. Dalam siaran pers PPATK disebutkan bahwa, dua tugas utama PPATK yang menonjol adalah mendeteksi terjadinya tindak pidana pencucian uang dan membantu penegakan hukum yang berkaitan dengan pencucian uang dan tindak pidana asal (predicate crime). Untuk hal tersebut PPATK memiliki tugas sebagaimana termuat dalam Pasal 26 Undangundang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang yaitu: 1). Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis mengevaluasi informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan undangundang ini. 2). Melakukan pemantuan terhadap cacatan yang ada dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh Panyedia Jasa Keuangan. Dengan melihat tugas tersebut maka PPATK dapat dikatakan sebagai pusat data informasi berkaitan dengan semua kegiatan sebagaimana yang dilaporkan oleh Penyedia Jasa Keuangan dalam upaya mendeteksi adanya dugaan tindak pidana pencucian uang. 3). Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan transaksi keuangan mencurigakan kepada Penyedia Jasa Keuangan 4). Memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang tentang infomasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan ketentuan undangundang ini. 5). Mengeluarkan pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan tentang kewajibannya yang ditentukan dalam undang-undang atau dengan peraturan perundang- 5

perundangan lain dan membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yang mencurigakan. 6). Dalam pelaksanaan rezim anti pencucian uang PPATK bertugas memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upayaupaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. 7). Selanjutnya setelah menganalisa transaksi keuangan terhadap transaksi keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dilaporkan kepada penegak hukum yaitu kepolisian dan kejaksaan. 8). Tugas selanjutnya yaitu membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 enam bulan sekali kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, serta lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap Penyedia Jasa Keuangan; 9). Memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan undang-undang. Adapun wewenang PPATK sebagaimana termuat dalam Pasal 27 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang yaitu: Wewenang PPATK sebagaimana termuat dalam Pasal 27 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yaitu; a. Meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan; Dalam melaksanakan kewenangan di atas, terhadap PPATK tidak berlaku ketentuan rahasia bank dan kerahasiaan transaksi keuangan lainnya. b. Meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum; 6

c. Berdasarkan Pasal 4 UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang, melaksanakan kewenangan dimaksud, PPATK dapat: i. Meminta informasi kepada penyidik atau penuntut umum mengenai perkembangan penyidikan atau penuntutan tindak pidana pencucian uang; ii. Meminta informasi tambahan mengenai perkembangan penyidikan atau penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum dalam hal diperlukan; iii. Meminta informasi sebagaimana dimaksud dalam angka i dan ii secara kasus per kasus atau beberapa kasus. d. Melakukan audit terhadap Penyedia Jasa Keuangan mengenai kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan; Pasal 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang Dalam rangka melaksanakan audit di atas, PPATK kewenangan e. Memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b Pasal 13 ayat (1) huruf b berbunyi, Penyedia Jasa Keuangan wajib menyampaikan laporan kepada PPATK dalah hal transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam 1(satu) hari kerja. 2. Kewenangan PPATK Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang 7

Untuk melaksanakan perannya sebagai financial intelligent unit dalam usaha pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia, PPATK diberikan tugas dan wewenang sebagaimana yang diatur dalam Pasal 39, Undangundang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang tugas utama PPATK adalam mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Sedangkan fungsi PPATK sebagaimana diatur dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang antara lain: a. Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang; b. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK; c. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor; dan d. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang berindikasi tindak pidana pencucian uang dan/atau tindak pidana lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Pada ketentuan Pasal 41 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang, PPATK dalam melaksanakan fungsi pencegahan dan pemberantasana tindak pidana pencucian uang, PPATK berwenang: a. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan informasi, termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang menerima laporan dari profesi tertentu; b. Menetapkan pedoman identifikasi Transaksi Keuangan mencurigakan; c. Mengoordinasikan upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang dengan instansi terkait; d. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan tindak pidana Pencucian Uang; e. Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi dan forum internasional yang berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang; 8

f. Menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan antipencucian uang; dan g. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang. Dalam melaksanakan fungsi pengelolaan data dan informasi, sesuai dengan ketentuan Pasal 42 UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, PPATK menyelenggarakan berwenang sistem informasi. Yang dimaksud dengan sistem informasi sebagaimana dijabarkan dalam penjelasan Pasal 42 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang antara lain: a. Membangun, mengembangkan, dan memelihara sistem aplikasi; b. Membangun, mengembangkan, dan memelihara infrastruktur jaringan komputer dan basis data; c. Mengumpulkan, mengevaluasi data dan informasi yang diterima oleh PPATK secara manual dan elektronik; d. Menyimpan, memelihara data dan informasi ke dalam basis data; e. Menyajikan informasi untuk kebutuhan analisis; f. Memfasilitasi pertukaran informasi dengan instansi terkait baik dalam negeri maupun luar negeri; dan g. Melakukan sosialisasi penggunaan sistem aplikasi kepada pihak pelapor. Dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor sebagaimana diatur di dalam Pasal 43 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, PPATK berwenang: a. Menetapkan ketentuan dan pedoman tata cara pelaporan bagi pihak pelapor; b. Menetapkan kategori pengguna jasa yang berpotensi melakukan tindak pidana pencucian uang; c. Melakukan audit kepatuhan atau audit khusus; d. Menyampaikan informasi dari hasil audit kepada lembaga yang berwenang melakukan pengawasan terhadap pihak pelapor; e. Memberikan peringatan kepada pihak pelapor 9

yang melanggar kewajiban pelaporan; f. Merekomendasikan kepada lembaga yang berwenang mencabut izin usaha pihak pelapor; dan g. Menetapkan ketentuan pelaksanaan prinsip mengenali pengguna jasa bagi pihak pelapor yang tidak memiliki lembaga pengawas dan pengatur. Dalam melaksanakan fungsi analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi, dalam ketentuan Pasal 44 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang diatur bahwa PPATK dapat: a. Meminta dan menerima laporan dan informasi dari pihak pelapor; b. Meminta informasi kepada instansi atau pihak terkait; c. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan pengembangan hasil analisis PPATK; d. Meminta informasi kepada pihak pelapor berdasarkan permintaan dari instansi penegak hukum atau mitra kerja di luar negeri; e. Meneruskan informasi dan/atau hasil analisis kepada instansi peminta, baik di dalam maupun di luar negeri; f. Menerima laporan dan/atau informasi dari masyarakat mengenai adanya dugaan tindak pidana pencucian uang; g. Meminta keterangan kepada pihak pelapor dan pihak lain yang terkait dengan dugaan tindak pidana pencucian uang; h. Merekomendasikan kepada instansi penegak hukum mengenai pentingnya melakukan intersepsi atau penyadapan atas informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; i. Meminta penyedia jasa keuangan untuk menghentikan sementara seluruh atau sebagian transaksi yang diketahui atau dicurigai merupakan tindak pidana; j. Meminta informasi perkembangan penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh penyidik tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang; k. Mengadakan kegiatan administratif lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sesuai dengan ketentuan undangundang ini; dan l. Meneruskan hasil analisis atau pemeriksaan kepada penyidik. Dari tugas dan wewenang yang di atur dalam ketentuan 10

tersebut di atas, terdapat dua tugas yang optimal tersebut timbul baik PPATK yang sangat menonjol secara internal maupun eksternal dalam kaitannya dengan usaha yaitu: pencegahan dan pemberantasan a. Database yang masih terbatas pencucian uang di Indonesia. Tugas dan belum terintegrasi. pertama adalah untuk mendeteksi PPATK pada dasarnya terjadinya tindak pidana pencucian mempunyai fungsi utama uang, dan yang kedua adalah tugas sebagai pusat informasi atau untuk membantu penegakan hukum database terhadap transaksi yang berkaitan dengan kegiatan keuangan yang terindikasi pencucian uang dan juga tindak pencucian uang yang diperoleh. pidana asalnya sesuai dengan Pasal Peranan tersebut sangat 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun strategis dalam penegakan 2010 Tentang Pencegahan Dan hukum tindak pidana pencucian, akan tetapi kendala Pencucian Uang. yang dihadapi oleh PPATK B. Hambatan Aparat PPATK Dalam Pelaksanaan Kewenangan Berdasarkan laporan hasil analisis PPATK yang dilaporkan kepada penyidik setiap tahun meningkat. Akan tetapi dalam menghasilkan laporan hasil analisis yang optimal, PPATK masih mengalami beberapa kendalakendala 9. Kendala dalam melaksanakan peranannya untuk menghasilkan laporan hasil analisis adalah keterbatasan database yang dimiliki oleh PPATK 10. b. Kewenangan PPATK masih terbatas. Dalam hal ini PPATK tidak begitu memiliki kapasitas yang bersifat aktif seperti halnya penyedia jasa keuangan saja. Hal tersebut mengakibatkan hasil analisis PPATK yang akan disampaikan kepada penyidik kurang mempunyai dampak yang berpengaruh kuat. Sehingga hasil analisa yang 9 Ibid 10 Ibid 20-21 11

11 dilaporkan kepada penyidik harus dilakukan penyelidikan oleh penyelidik karena PPATK tidak dapat mengkroscek atau melakukan tindakan penyelidikan terhadap data yang diperolehnya. Kewenangan PPATK perlu ditambah dengan kewenangan penyelidikan 11. c. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh PPATK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c UU Tindak Pidana Pencucian Uang, Menurut Sjahdeini Remy 12, bahwa kendala yang dihadapi adalah dalam melaksanakan tugas audit, PPATK tidak memiliki kekuatan untuk memaksa karena tidak memiliki kewenangan dalam memberikan sanksi secara langsung tapi hanya mengkoordinasikan kepada regulator, sehingga hal ini dapat mengakibakan Yunus Husein, Negeri Sang Pencuci Uang, Pustaka Juanda Tigalima, Jakarta, 2005, hlm. 12 12 Sjahdeini Remy, Pencucian Uang: Pengertian, Sejarah, Faktor-faktor Penyebab, dan Dampaknya Bagi Masyarakat, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 22 No. 3 Tahun 2003, hlm. 2 13 14 ketergantungan regulator. kepada d. Pegawai PPATK belum semua berstatus sebagai pegawai tetap. PPATK banyak mempekerjakan pegawai dari bantuan instansi lain seperti Bank Indonesia, Polisi, KPK, Kejaksaan dan lain-lain 13. e. Pemahaman masyarakat tentang Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana diperlukan peran serta dari berbagai pihak baik baik dari Penyedia Jasa Keuangan, aparat penegak hukum maupun masyarakat. Menurut Indra Ismawan 14, bagi masyarakat kurangnya pemahaman akan pentingnya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang tercermin dari kurangnya kesadaran masyarakat dalam memberikan data informasi ketika berhubungan usaha www.ppatk.go.id Indra Ismawan, Derivatif Modus Favorit Pencuciang Uang, Bisnis Indonesia, Edisi 22 Juni. 2001, hlm. 1 12

dengan Penyedia Jasa Keuangan. Selain itu apabila masyarakat menemukan adanya transaksi keuangan mencurigakan diharapkan masyarakat dapat memberikan informasi kepada PPATK sehingga penanganan perkara tersebut dapat lebih optimal. f. Laporan kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan Dalam laporan tahunan PPATK, bahwa laporan transaksi keuangan yang disampaikan oleh Penyedia jasa keuangan kepada PPATK dinilai masih relatif lebih rendah baik kuantitas maupun kualitas. g. Budaya penegak hukum yang kurang bagus Menurut Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional, kinerja dan profesionalisme penegak hukum yang belum memadai merupakan kendala dalam pengungkapan kejahatan tindak pidana pencucian uang. Kecanggihan pelaku merupakan tantangan yang berat bagi penegak hukum 15. III. PENUTUP 15 A. Kesimpulan 1. PPATK adalah lembaga yang independen karena PPATK yang diberikan kewenangan yang diberikan oleh Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang dan berbagai peraturan PPATK dan pedoman pelaporan transaksi keuangan tunai dan tata cara pelaporan bagi penydia jasa keuangan. Kewenangan PPAT antara lain, pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang, pengeolahan data transaksi yang mencurigakan, pengawasan terhadap penyedia jasa keuangan, analisis terhadap transkasi pencucian uang dan merekomendasikan dan meneruskan kepada penyidik terhadap terjadinya pencucian Mardjono Reksodiputro, Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional pada tanggal 2 Maret 2006 13

uang sebagai bahan awal dalam melakukan penyidikan. 2. Hambatan aparat PPATK dalam pelaksanaan kewenangan dapat berupa database yang terbatas dan belum terintegrasi dan belum semua transaksi yang mencurigakan dilaporkan atau lambat dilaporkan, kewenangan PPATK yang terbatas seperti tidak dapat mengkroscek, melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap data yang dilaporkan, PPATK tidak dapat menjatuhkan sanksi kepada penyedia jasa keuangan yang tidak melaporkan hanya memberikan rekomendasi untuk diberikan sanksi, pegawai PPATK belum semua pengawai tetap sebagian diperbantukan, masyarakat kurang paham terhadap criteria pencucian uang, dan budaya penegak hukum yang kurang 3. professional dan banyak terlibat dalam pencucian uang. B. Saran 1. Perlunya kewenangan PPATK diperluas utamanya kewenangan dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sehingga penegakan hukum pencucian uang tidak tergantung pada Kepolisian, Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kejaksaan. 2. Perlunya kesiapan aparat penegak hukum di dalam melaksanakan tugas mereka sebagai bagian dari implementasi Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang, ini menyangkut pula masalah moral penegak hukum, keberanian dan ketegasan dalam menindak pelaku, sehingga Indonesia dapat keluar dari daftar hitam pencucian uang. 14

DAFTAR PUSTAKA Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang, PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 2008 Anonim, PPATK, Indonesia Melawan Praktik Pencucian Uang, Jakarta. 2004 Erman Rajagukguk, Tindak Pidana Pencucian Uang (money laundering) Peraturan Perundang-Undangan. Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, Jakarta, 2004 H. Soewarsono dan Reda Manthovani, Pencucian Uang Di Indonesia, CV.Malibu, Jakarta. 2004 Indra Ismawan, Derivatif Modus Favorit Pencuciang Uang, Bisnis Indonesia, Irman, TB, Hukum Pembuktian Pencucian Uang, MQS Publishing & AYYCCS Group, Jakarta. 2006 Edisi 22 Juni. 2001 Indra Ismawan, Derivatif Modus Favorit Pencuciang Uang, Bisnis Indonesia, Edisi 22 Juni.2001 Erman Rajagukguk, Tindak Pidana Pencucian Uang (money laundering) Peraturan Perundang-Undangan. Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi, Jakarta, 2004 Mardjono Reksodiputro, Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional pada tanggal 2 Maret 2006 Munir Fuady, Bisnis Kotor Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004 N.H.T, Siahaan, Money Laundering dan Kejahatan Perbankan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2002 PPATK, Indonesia Melawan Praktik Pencucian Uang, Jakarta. 20047 Sjahdeini Remy, Pencucian Uang: Pengertian, Sejarah, Faktor-faktor Penyebab, dan Dampaknya Bagi Masyarakat, Jurnal Hukum Bisnis Vol. 22 No. 3 Tahun 2003 Yunus Husein, Negeri Sang Pencuci Uang, Pustaka Juanda Tigalima, Jakarta, 2005 15

2. Undang-Undang Kitab Undang-undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pencucian Uang 3. Jurnal, Makalah, Internet Ateng Syafrudin, Menuju Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bersih dan Bertanggung Jawab, Jurnal Pro Justisia Edisi IV, Universitas Parahyangan, Bandung, 2000 Mardjono Reksodiputro, Optimalisasi Penanganan Tindak Pidana Pencucian Uang, oleh Tim Peneliti Komisi Hukum Nasional pada tanggal 2 Maret 2006. Zulkarnain Sitompul, Reformasi Hukum Vol. VII No.2 Juli-Desember 2004 http://ppatk.go.id, diakses pada tanggal 20 Okrober 2014 16

BIODATA NAMA LENGKAP : SULAIMAN BAKRI TTL : PALU, 15 MARET 1992 ALAMAT : JL.TANJUNG MANIMBAYA NO.14 ALAMAT E-MAIL : bakrisulaiman@yahoo.com NO HP : 081340325782 17