WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

PERATURAN BUPATI KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

Integrasi Posyandu Dengan PAUD Dan BKB

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAERAH

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

._-" 'x'- '\~ ~ -.'\:.:,;.'.".;,~p,.. ",:,..;...:t;1l. -91.:'l;1. !JI~ f!i'~plj~ ~ wkkta~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2014 Seri E Nomor 2 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 3.A TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK INTEGRATIF PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG UPAYA PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG GERAKAN NASIONAL PERCEPATAN PERBAIKAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

SALINAN NOMOR TENTANG. dan. Menimbang. Dasar : 1. Negara. Provinsi. Bangkaa. Indonesia Tahun Belitung (Lembaran 4268); Indonesia.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

WALIKOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 9 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN KELUARGA BERENCANA DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR MINIMAL PELAYANAN POSYANDU PLUS DI KABUPATEN ACEH TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga selanjutnya disebut

VISI Menjadikan Bogor Sebagai Kota yang Nyaman, Beriman dan Transparan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 5 TAHUN

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN KARANG TARUNA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN POS PELAYANAN TERPADU TERINTEGRASIDI KOTA BUKITTINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BUKITTINGGI, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan Terpadu merupakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini melalui layanan sosial dasar masyarakat untuk menunjang pembangunan; b. bahwa dalam rangka usaha peningkatan derajat kehidupan masyarakat, fungsi Pos Pelayanan Terpadu semakin diperluas pada bidang-bidang layanan sosial dasar yang terintegrasi, pengintegrasian layanan sosial dasar di Pos Pelayanan Terpadu sangat diperlukan peran serta pemerintah daerah dan lintas sektoral agar pelaksanaannya dapat berjalan efektif; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota tentang Pedoman Pelaksanaan Pos Pelayanan Terpadu Terintegrasi di Kota Bukittinggi. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 20); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pedoman Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Layanan Sosial Dasar di Pos Pelayanan Terpadu; 9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 11. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 04 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Kota Bukittinggi (Lembaran Daerah Kota Bukittinggi Tahun 2008 Nomor 04); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN POS PELAYANAN TERPADU TERINTEGRASI DI KOTA BUKITTINGGI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Bukittinggi.

2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Walikota adalah Walikota Bukittinggi. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah selaku instansi pembina posyandu; 5. Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Posyandu adalah salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. 6. Posyandu terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang anak yang dilakukan secara koordinatif dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program untuk kelangsungan pelayanan di Posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal yang dalam kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat. 7. Bina Keluarga Balita yang selanjutnya disingkat BKB adalah upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran ibu serta anggota keluarga lain dalam membina tumbuh kembang balitanya melalui rangsangan fisik, motorik, kecerdasan, sosial, emosional serta moral yang berlangsung dalam proses interaksi antara ibu/anggota keluarga lain nya dengan anak balita. 8. Pos Pendidikan Anak Usia Dini yang selanjutnya disebut Pos PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. 9. Penganekaragaman konsumsi pangan adalah proses pemilihan pangan yang di konsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. 10. Keluarga bermasalah sosial psikologis adalah keluarga yang hubungan antar keluarganya antara suami, istri, anak, kurang serasi sehingga tugas-tugas dan fungsi keluarga tidak dapat berjalan. 11. Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan kesejahteraan sosial.

12. Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan Terpadu yang selanjutnya disebut Pokjanal Posyandu adalah kelompok kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/ pengelolaan Posyandu yang berkedudukan di kota dan kecamatan. 13. Kelompok Kerja Posyandu yang selanjutnya disebut Pokja Posyandu adalah Kelompok Kerja yang tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dalam pembinaan penyelenggaraan/pengelolaan Posyandu yang berkedudukan dikelurahan. 14. Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih, bersedia, mampu, dan memiliki waktu dan kepedulian untuk mengelola Posyandu. 15. Kader Posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan di Posyandu secara sukarela. 16. Kader posyandu terlatih yang selanjutnya disebut kader terlatih adalah kader Posyandu yang telah mengikuti pelatihan terkait bidang layanan Posyandu. 17. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. 18. Sistem Informasi Posyandu yang selanjutnya disingkat SIPadalah tatanan dari berbagai komponen kegiatan Posyandu yang menghasilkan data dan informasi tentang pelayanan terhadap proses tumbuh kembang anak dan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang meliputi cakupan program, pencapaian program, kontinuitas penimbangan, hasil penimbangan dan partisipasi masyarakat. BAB II PENYELENGGARAAN Bagian Kesatu Umum Pasal 2 (1) Posyandu merupakan wadah pemberdayaan masyarakat yang dibentuk melalui musyawarah mufakatkelurahan yang dikelola oleh pengelola Posyandu. (2) Pendirian posyandu ditetapkan dengan keputusan lurah setelah berkoordinasi dengan Pokjanal Posyandu Kecamatan dan Pokjanal Posyandu Kota. (3) Pendirian posyandu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus memperhatikan jumlah balita sasaran, jarak atau wilayah layanan posyandu, kader dan sarana prasarana.

BagianKedua Mekanisme Pasal 3 (1) Mekanisme penyelenggaraan Posyandu dengan melakukan identifikasi potensi untuk memetakan potensi dan permasalahan di suatu wilayah meliputi: a. gambaran kondisi Posyandu yang akan melakukan pengintegrasian pelayanan dasar; b. jumlah keluarga yang mempunyai anak usia 0 6 tahun; c. kader yang bersedia membantu dalam kegiatan; d. kepedulian dan partisipasi masyarakat untuk mendukung kegiatan; dan e. sarana dan prasarana. (2) Setelah mengetahui potensi dan permasalahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya membuat kesepakatan bersama tokoh masyarakat dan perangkat Kelurahan. (3) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperlukan untuk menambah kegiatan Posyandu secara terintegrasi. (4) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada penanggungjawab teknis Pokjanal Posyandu kecamatan. BAB III RUANG LINGKUP Pasal4 (1) Hasil kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) mengintegrasikan layanan sosial dasar di Posyandu. (2) Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandusebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak; b. pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan; c. prilaku hidup bersih dan sehat; d. kesehatan lanjut usia; e. BKB; f. Pos PAUD; g. percepatan penganekaragaman konsumsi pangan; h. pemberdayaan fakir miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial; i. kesehatan reproduksi remaja; j. peningkatan ekonomi keluarga; dan k. layanan sosial dasar lainnya.

BAB IV SASARAN PENGINTEGRASIAN Pasal 5 (1) Sasaran pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a ditujukan kepada ibu, bayi dan balita. (2) Sasaran pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b ditujukan kepada keluarga dan masyarakat. (3) Sasaran prilaku hidup bersih dan sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c ditujukan kepada keluarga dan masyarakat. (4) Sasaran kesehatan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d ditujukan kepada: a. Pralanjut usia dengan usia 45 (empat puluh lima) sampai usia 59 (lima puluh sembilan) tahun; b. lanjut usia dengan usia lebih dari 60 (enam puluh) tahun; dan c. lanjut usia resiko tinggi dengan usia 60 (enam puluh) tahun dengan keluhan atau lebih dari 70 (tujuh puluh tahun). (5) Sasaran BKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e ditujukan kepadaibu anak usia 0 (nol) sampai dengan 6 (Enam) tahun dan ibu hamil. (6) Sasaran Pos PAUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf f ditujukan kepada anak usia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun. (7) Sasaran percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf g ditujukan kepada ibu dan keluarga. (8) Sasaran pemberdayaan fakir miskin dan penyandang masalah kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf h ditujukan secara umum kepada keluarga dan secara khusus kepada keluarga bermasalah sosial psikologis. (9) Sasaran Kesehatan reproduksi remaja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf i ditujukan kepada remaja dengan usia 12 (dua belas) sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun. (10) Sasaran peningkatan ekonomi keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf j ditujukan kepada keluarga. (11) Sasaran layanan sosial dasar lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) huruf k ditujukan kepada ibu, keluarga dan masyarakat.

BAB V JENIS LAYANAN Bagian Kesatu Pembinaan Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Pasal6 Jenis layanan pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a meliputi: a. suplementasi gizi mikro; b. penyuluhan gizi seimbang, konseling makanan bayi dan balita; c. pelayanan gizi meliputi pemantauan pertumbuhan, pemberian vitamin, pemberian makanan tambahan, penyuluhan, komunikasi informasi dan edukasi gizi; d. pemeriksaan tinggi badan dan berat badan, ukur lingkar lengan atas, tekanan darah, tinggi fundus uteri, pemberian tablet tambah darah, bila diperlukan imunisasi toxoid tetanus, konseling, pemeriksaan kehamilan bagi ibu hamil; e. layanan Keluarga Berencana berupa suntik, pil dan kondom; f. sosialiasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi; g. pemberian imunisasi dasar 0 9 bulan; h. pemantauan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang pada usia 3, 6, 9 dan 12 bulan dan anak usia kurang dari 1 tahun minimal 2 kali dalam setahun; dan i. konseling dan penyuluhan mengenai perawatan bayi baru lahir, tanda-tanda bahaya pada bayi dan balita. Bagian Kedua Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pasal7 Jenis layanan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b meliputi: a. imunisasi; b. lingkungan bersih sehat; dan c. penanggulangan HIV/AIDS, Malaria, TB, DBD. Bagian Ketiga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pasal8 Jenis layanan prilaku hidup bersih dan sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c meliputi: a. penyuluhan; dan b. kunjungan rumah.

Bagian Keempat Kesehatan Lanjut Usia Pasal 9 Jenis layanan kesehatan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf d meliputi: a. screening kesehatan per 3 bulan sekali meliputi pemeriksaan laboratorium HB, gula darah, gangguan ginjal; b. pemeriksaan kemandirian, gangguan emosional, indeks massa tubuh, tekanan darah; c. pemberian makanan tambahan lansia, senam lanjut usia, penyuluhan, pemberian pengobatan secara symptomatic, binaan kerohanian, keterampilan, dan rekreasi. Bagian Kelima Bina Keluarga Balita Pasal10 Jenis layanan BKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e meliputi: a. penyuluhan kepada keluarga/orang tua tentang kesehatan,gizi, perawatan,pengasuhan Balita dilakukan perkelompok umur; b. stimulasi aspek-aspek perkembangan anak menggunakan alat permainan edukatifdan kantong wasiat (BKB Kit); c. rujukan bila anak mengalami gangguan tumbuh kembang. Bagian Keenam Pos PAUD Pasal 11 (1) Jenis layanan Pos PAUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf f meliputi stimulasi pendidikan. (2) Program Pos PAUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini sebagai berikut: a. berorientasi pada kebutuhan anak; b. sesuai dengan kebutuhan anak; c. sesuai dengan keunikan setiap individu; d. kegiatan belajar dilakukan melalui bermain; e. anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal dan dari diri sendiri ke sosial; f. anak sebagai pembelajar aktif; g. anak belajar melalui interaksi sosial;

h. menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar; i. merangsang munculnya kreativitas dan inovatif; j. mengembangkan kecakapan hidup anak; k. menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada dilingkungan sekitar; l. anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya; m. melibatkan peran serta orangtua yang bekerjasama dengan para pendidik di lembaga PAUD; n. stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek perkembangan. (3) Pos PAUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengurus perizinannya kepada Satuan Kerja Perangkat Daerahyang membidangi perizinan. (4) Ketentuan lebih lanjut diatur oleh SKPD teknis yang membidangi Pos PAUD. Bagian Ketujuh Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Pasal 12 (1) Jenis layanan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf g meliputi sosialisasi konsumsi pangan beragam, bergizi berimbang dan aman berbasis sumber daya lokal, penempelan poster, leaflet serta pemutaran VCD. (2) Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan dengan pemanfaatan lahan pekarangan. Bagian Kedelapan Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Pasal 13 Jenis layanan pemberdayaan fakir miskindan penyandang masalah kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf h meliputi konsultasi, informasi, advokasi dan rujukan. Bagian Kesembilan Kesehatan Reproduksi Remaja Pasal 14 Jenis layanan kesehatan reproduksi remaja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf i meliputipenyuluhan, konseling, informasi, dan advokasi kesehatan reproduksi remaja.

Bagian Kesepuluh Peningkatan Ekonomi Keluarga Pasal 15 Jenis layanan peningkatan ekonomi keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf j meliputi simpan pinjam yang khusus dilakukan oleh kelompok perempuan, koperasi, pelatihan dan keterampilan peningkatan ekonomi keluarga. Bagian Kesebelas Jenis layanan lainnya Pasal 16 Layanan sosial dasar lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) huruf k, stake holder terkait bersama dengan kader dapat melaksanakan kegiatan layanan lainnya sesuai dengan kreativitas daninovasi dari kader dan stake holder terkait. BAB VI PEMBERI LAYANAN Pasal 17 (1) Pemberi layanan pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, huruf b dan huruf c diberikan oleh keluarga, tenaga kesehatan dan kader. (2) Pemberi layanan pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, huruf e, huruf f dan huruf g diberikan oleh tenaga kesehatan dan gizi. (3) Pemberi layanan pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf h dan huruf i diberikan oleh tenaga kesehatan dan kader terlatih. Pasal 18 Pemberi layanan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diberikan oleh tenaga kesehatan. Pasal 19 Pemberi layanan prilaku hidup bersih dan sehat sebagaimanadimaksud dalam Pasal 8diberikan oleh tenaga kesehatan dan kader.

Pasal20 (1) Pemberi layanan kesehatan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a diberikan oleh tenaga kesehatan. (2) Pemberi layanan kesehatan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b diberikan oleh tenaga kesehatan dan kader terlatih. (3) Pemberi layanan kesehatan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c diberikan oleh tenaga kesehatan dan kader. Pasal21 Pemberi layanan BKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diberikan oleh kader BKB. Pasal22 Pemberi layanan Pos PAUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 diberikan oleh kader Pos PAUD. Pasal23 Pemberi layanan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 diberikan oleh penyuluh, kader pangan dan tim pangan. Pasal24 Pemberi layanan pemberdayaan fakir miskindan penyandangmasalah kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 diberikan oleh: a. pekerja sosial yang meliputi tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat,dan psikologi; b. pekerja sosial masyarakat; dan c. tenaga kesejahteraan sosial kecamatan. Pasal25 Pemberi layanan kesehatan reproduksi remaja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diberikan oleh kader. Pasal26 Pemberi layanan peningkatan ekonomi keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 diberikan oleh kader. Pasal27 Pemberi layanan pada layanan sosial dasar lainnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 diberikan oleh kader, stake holder dan SKPD terkait.

BAB VII WAKTU LAYANAN Pasal28 Dalam rangka memberikan layanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 16, waktu layanan posyandu diatur sebagai berikut : 1. Layanan utama dilaksanakan 1 (satu) hari dalam sebulan dengan kegiatan mulai dari hari H-1 sampai hari H+1 yang meliputi kegiatan sebagai berikut : a. Hari H-1 adalah persiapan pelaksanaan posyandu dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Sebelum pelaksanaan Posyandu, kader memastikan sasaran seperti jumlah bayi baru lahir, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, pasangan usia subur. 2) Persiapan pelaksanaan posyandu sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan dengan : a) Menyebarluaskan informasi hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat (majelis tak lim, kebaktian, pertemuan keagamaan lainnya, arisan, dll); b) Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu; c) Mempersiapkan sarana Posyandu berupa : Kebutuhan sarana berupa Kartu Menuju Sehat/buku Kesehatan Ibu dan Anak, alat ukur (alat timbang/dacin, pengukur tinggi badan, pita lingkar lengan atas, pengukur panjang badan, dll), obat gizi (kapsul vitamin A, tablet tambah darah, oralit), alat bantu penyuluhan, buku pencatatan dan pelaporan, dan lainnya; d) Melakukan pembagian tugas antar kader : Pembagian tugas dilakukan sesuai dengan langkah kegiatan yang dilakukan di Posyandu seperti pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, dapat dilakukan oleh kader dan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan; e) Kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya. Sebelum pelaksanaan kegiatan di Posyandu, kader berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait dengan sasaran, tindak lanjut dari kegiatan Posyandu sebelumnya, dan rencana kegiatan berikutnya; f) Mempersiapkan bahan Pemberian Makanan Tambahan penyuluhan. Kader membuat Pemberian Makanan Tambahan penyuluhan dengan bahan makanan yang diperoleh dari daerah setempat, beraneka ragam dan bergizi.

b. Hari H adalah hari pelaksanaan layanan utama posyandu dengan kegiatan sebagai berikut : 1) Pendaftaran : a) Pendaftaran Balita i. Balita didaftar dalam pencatatan balita, orang tua Balita mengisi daftar hadir di dalam pencatatan BKB dan daftar sasaran anak PAUD juga diisi di pencatatan buku administrasi Pos PAUD; ii. Kader memastikan bahwa sasaran sudah memiliki Kartu Menuju Sehat/Buku Kesehatan Ibu dan Anak dan catat nama balita pada secarik kertas, diselipkan pada Kartu Menuju Sehat/Buku Kesehatan Ibu dan Anak; iii. Ibu dipersilahkan membawa balita menuju ke tempat penimbangan. b) Pendaftaran Ibu hamil Ibu hamil didaftar dalam formulir catatan untuk ibu hamil, kemudian dipersilahkan menuju ke tempat penimbangan dan pengukuran lingkar lengan atas. c) Pendaftaran Pasangan Usia Subur Pasangan Usia Subur didaftar dalam formulir catatan dan namanya ditulis di secarik kertas, kemudian dipersilahkan langsung menuju ketempat penyuluhan, dilanjutkan dengan penapisan status imunisasi TT oleh petugas kesehatan. 2) Penimbangan : a) Mempersiapkan Dacin; b) Menimbang Balita; c) Pengukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil dan wanita usia subur. 3) Pencatatan a) Balita i. Pencatatan dilakukan dengan pengisian Kartu Menuju Sehat/Buku Kesehatan Ibu dan Anak oleh Kader Posyandu; ii. Salin semua data dari Kartu Menuju Sehat/Buku Kesehatan Ibu dan Anak padasip; iii. Pencatatan stimulasi tumbuh kembang Balita diisi ke dalam Kartu Kembang Anak oleh Kader BKB. b) Ibu Hamil Hasil penimbangan berat badan dan pengukuran lingkar lengan atas Ibu Hamil dicatat dalam Buku Kesehatan Ibu dan Anak dan register ibu hamil (SIP).

c) Pasangan Usia Subur/Wanita Usia Subur Hasil pengukuran lingkar lengan atas pada wanita usia subur dicatat pada register Pasangan Usia Subur/Wanita Usia Subur. 4) Penyuluhan kesehatan, Keluarga Berencana, Tumbuh Kembang Anak /BKB dan Pos PAUD. Penyuluhan dilakukan untuk perorangan yang dapat diperkaya dengan penyuluhan kelompok. a) Penyuluhan Kesehatan meliputi : i. Penyuluhan untuk ibu balita sesuai kondisi anak. ii. Penyuluhan untuk ibu hamil sesuai kondisi ibu. iii. Penyuluhan untuk ibu Nifas dan Ibu Menyusui. iv. Penyuluhan untuk Pasangan Usia Subur. b) Penyuluhan Keluarga Berencana disesuaikan dengan jenis/metode kontrasepsi yang cocok bagi Ibu. c) Penyuluhan BKB dilaksanakan perkelompok umur minimal dilaksanakan dua kali dalam satu bulan. d) Pos PAUD Peserta didik di Pos Paud dikelompokkan berdasarkan usia untuk mendapatkan pengasuhan bersama dan Bermain bersama oleh pendidik Pos PAUD. 5) Pelayanan kesehatan meliputi antara lain : a) Pemberian Vitamin A pada ibu nifas, bayi dan balita; b) Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil; c) Pemberian Penyuluhan Pemberian Makanan Tambahan; d) Pelayanan KB; e) Pemberian imunisasi; f) Pemberian oralit dan tablet Zink. 6) percepatan penganekaragaman pangan; dan 7) peningkatan perekonomian keluarga. c. Hari H+1 adalah hari untuk pengisian data dan membuat laporan hasil kegiatan posyandu ke dalam SIP. 2. Diluar hari layanan utama, posyandu juga memberikan layanan di waktu lain, yaitu : a. Penyelenggaraan Pos PAUD, dilaksanakan minimal 4 (empat) hari dalam 1 (satu) minggu yang pelaksanaannya mempedomani ketentuan teknis dari SKPD yang membidangi PAUD.

b. Bina Keluarga Balita dilaksanakan minimal 2(dua) kali dalam 1 (satu) bulan yang pelaksanaan mempedomani ketentuan teknis dari SKPD yang membidangi BKB c. Waktu waktu lain yang disepakati oleh kader dengan kelompok sasaran posyandu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 16. BAB VIII INSTANSI TEKNIS PEMBINA Pasal29 Instansi teknis pembina adalah SKPD yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatanlayanan sosial dasar di Posyandu. Pasal 30 (1) SKPDyang membidangi kesehatandan lingkungan sebagai Instansi teknis pembina pada pembinaan gizi dan kesehatan ibu dan anak, pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan danprilaku hidup bersih dan sehat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c. (2) SKPD yang membidangi kesehatan dan sosialsebagai Instansi teknis pembina pada kesehatan lanjut usia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (2) huruf d. (3) SKPD yang membidangi Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebagai Instansi teknis pembina pada BKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf e. (4) SKPD yang membidangi pendidikan sebagai Instansi teknis pembina pada pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf f. (5) SKPD yang membidangi ketahanan pangan sebagai Instansi teknis pembina pada percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf g. (6) SKPD yang membidangi permasalahan sosialsebagai Instansi teknis pembina pada pemberdayaan fakir miskindan penyandang masalah kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf h. (7) SKPD yang membidangi Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencanadan kesehatansebagai Instansi teknis pembina pada kesehatan reproduksi remaja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf i. (8) SKPD yang membidangi Pembinaan ekonomi masyarakatsebagai Instansi teknis pembina pada peningkatan ekonomi keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf j.

(9) Untuk layanan sosial dasar lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf k, pembinaan dilakukan oleh SKPD yang membidangi sesuai dengan kewenangannya. BAB IX MITRA Pasal 31 (1) Pemberi layanan dalam memberikan pelayanan sosial dasar di Posyandu memerlukan mitra. (2) Mitra sebagimana dimaksud pada ayat (1) antara lain terdiri atas: a. lembaga sosial kemasyarakatan; b. lembaga adat kekerabatan sesuai kearifan lokal; c. lembaga sosial; d. lembaga bantuan hukum; e. organisasi sosial; f. dunia usaha dan lembaga pendidikan; g. advokat, penegak hukum dan tokoh agama; dan h. komisi daerah lanjut usia. BAB X PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 32 (1) Pokjanal Posyandukota Bukittinggi melakukan pemantauan dan evaluasi pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu pada masing-masingkecamatan. (2) Pokjanal Posyandu Kecamatan melakukan pemantauan dan evaluasi pengintegrasian layanan sosial dasardi Posyandu pada masing-masing Kelurahan. Pasal33 (1) Kader Posyandu wajib mengisi dan membuat buku wajib untuk Posyandu yang meliputi : a. Buku Susunan Pengurus; b. Buku catatan kahadiran anak dan pengantar; c. Buku daftar hadir kader; d. Buku kegiatan; e. Buku notulen; f. Buku inventaris; g. Buku daftar bantuan; h. Buku tamu; i. Buku kunjungan rumah; j. Buku kas; k. Buku pencatatan perkembangan anak; l. Buku rujukan; dan m. Sistem InformasiPosyandu

(2) Kader dapat membuat buku administrasi lainnya untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu sesuai dengan kreativitas dan inovasi kader bersama stake holder terkait di Posyandu. Pasal 34 (1) Kader posyandu menyampaikan hasil rekapitulasi kegiatan bulanan kepada Lurah melalui Pokja posyandu Kelurahan setiap bulan. (2) Lurah melaporkan pelaksanaan pengintegrasian layanan sosial dasar kepada Camat melalui Pokjanal Posyandu Kecamatan. (3) Camat melaporkan pelaksanaan pengintegrasian layanan sosial dasar kepada Walikota melalui Pokjanal Posyandu Kota. (4) Pokjanal Posyandu Kota melaporkan pelaksanaan pengintegrasian layanan sosial dasar kepada Walikota. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 35 (1) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Posyandu terintegrasi, Walikota membentuk Pokjanal Posyandu Kota Bukittinggi. (2) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Posyandu terintegrasi di Kecamatan, Camat membentuk Pokjanal Posyandu Kecamatan. (3) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan Posyandu terintegrasi di Kelurahan, Lurah membentuk Pokja Posyandu Kelurahan. (4) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),ayat (2),dan ayat (3) dilakukan melalui: a. sosialisasi; b. rapat koordinasi; c. konsultasi; d. workshop; e. lomba; f. penghargaan; dan g. pelatihan. BAB XII PEMBIAYAAN Pasal 36 Pembiayaan pelaksanaanpengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bukittinggi dan sumber pembiayaan lainnya yang sah dan tidak mengikat.

BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Bukittinggi. Ditetapkandi Bukittinggi pada tanggal 1 Desember 2015 Pj. WALIKOTA BUKITTINGGI, ttd ABDUL GAFAR Diundangkan di Bukittinggi pada tanggal 1 Desember 2015 SEKRETARIS DAERAH KOTA BUKITTINGGI, ttd YUEN KARNOVA BERITA DAERAH KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2015 NOMOR 32