BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Rizki Dhimas Praditya A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarkat. Menurut Samani dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

KEWARGANEGARAAN. Ruang Lingkup Mata Kuliah Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi : Etika Berkewarganegaraan. Rizky Dwi Pradana, M.Si PSIKOLOGI PSIKOLOGI

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB IV VISI DAN MISI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai Upaya Bela Negara yaitu ketentuan Pasal 27 Ayat (3): Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peradaban dunia. Menurut pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PLEASE BE PATIENT!!!

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

(Analisis Semiotika Terhadap Film Garuda di Dadaku)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata Pramuka merupakan singkatan dari prajamuda karana, yang memiliki arti

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENTAS SENI DAN BUDAYA, FESTIVAL DAN LOMBA CIPTA LAGU CAMPUR SARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berperan penting dalam memajukan bangsa, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

PENGGAMBARAN KARAKTER KERJA KERAS PADA FILM MENEBUS IMPIAN (Analisis Isi untuk Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

C. Pembelajaran PKn 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Jika dirumuskan, adanya pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan antara lain:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume. Modul ke: Fakultas FEB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurul Febrianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesionalisme merupakan kompetensi yang harus ada pada setiap pelaku

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sila ketiga dari Pancasila berbunyi Persatuan Indonesia, negara Indonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai nasionalisme. Kekuatan nilai persatuan dan kesatuan dapat menjaga keutuhan bangsa dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama bagi kelompok manusia. Bangsa yang benar-benar independen lahir dari kesadaran masyarakatnya akan pentingnya persatuan. Representasi nilai-nilai persatuan pada masyarakat Indonesia adalah budaya gotong royong. Dahulu nilai gotong royong sebagai sangat terasa sekali, jika ada tetangga yang melaksanakan hajatan. Ketika petani mau menanam padi atau kedelai di ladang atau memanen pasti tidak bayar, upahnya hanya makan pagi dan siang atau makan kecil. Jadi, kalau ada diantara mereka menanam atau memanen, maka warga yang lainnya ikut gotong royong dan begitu sebaliknya, terjadi semacam barter tenaga. Sekarang keadaanya telah bergeser, kalau mau bercocok tanam atau panenan sudah harus memperhitungkan upah. Bahkan sekarang jika ada kentongan dipukul untuk gotong royong, banyak orang yang berfikir praktis, cukup memberi uang dan tidak udah ikut gotong royong. Persoalanya mengapa hal ini terjadi? Adanya desakan ekonomi pasar yang kuat, memang terlalu sulit dan berat untuk mempertahankan model gotong royong seperti di atas, dan memang tidak harus dipertahankan benar-asal proporsional. Pola pikir praktis dengan hanya memberi uang tanpa mau terlibat gotong royong jelas merupakan pertanda erosi nilai dan munculnya nilai baru yakni indivualisme pada masyarakat perdesaan, Munculnya nilai individualisme ini terjadi karena semakin terbatasnya kepemilikan tanah yang banyak dikuasai oleh tuan tanah lokal atau masuknya petani berdasi dari kota. 1

2 Kehidupan pekerja penggilingan padi di UD. Fresto Gabah di Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen adalah masyarakat yang bertahan hidup di tengah-tengah himpitan ekonomi. Para pekerja bekerja keras mengurus padi mulai dari pengeringan gabah hingga menjadi beras. Para pekerja bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya dengan orientasi mendapatkan upah dari pemilik penggilingan padi. Terlepas dari keragaman dan persaingan antara pelanggan, sumber daya dan legitimasi, ada peningkatan kesadaran persatuan antar pekerja dan manfaat dari kolaborasi (Huybrechts, 2010: 232). Kegiatan operasional penggilingan padi, seluruh pekerja sudah mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing. Pekerja penggilingan padi harus bekerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga tidak ada masalah yang muncul pada proses penggilingan padi. Para pekerja sudah memiliki kesadaran akan pentingnya memiliki sikap tanggungjawab. Menurut Jamal Ma mur (2009: 118) Tanggung jawab adalah fenomena batin, ia dilihat dari sikap perilaku lahirnya. Kalau dalam keadaan apapun ia memperioritaskan tugas dengan penuh kesungguhan, tanpa pamrih, maka dalam jiwanya tertanam tanggung jawab besar dalam menunaikan tugas. Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku yang penting dalam kehidupan karena dengan adanya tanggung jawab seseorang akan berhati-hati dalam melakukan perbuatan yang dilakukannya sehingga perbuataan yang dilakukannya akan bernilai positif baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Selain itu, orang yang bertanggung jawab akan selalu berusaha maksimal memenuhi atau menjalankan tugas-tugas yang telah diamanahkan kepadanya. Seseorang yang memiliki sikap tanggung jawab dalam dirinya akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Keterampilan politik karyawan tidak hanya membantu mereka dalam berurusan dengan para pemimpin, tetapi juga dapat merangsang rasa tanggung jawab kerja (Ming Kong, et. al. 2013: 441) Bagi masyarakat petani khususnya pekerja penggilingan padi di UD. Fresto Gabah di Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen, menjaga

3 nilai persatuan dan tanggung jawab merupakan hal yang lebih penting meskipun selalu dihadapkan pada perubahan jaman dan tantangan kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, harus ada penjiwaan kuat yang menjadikan suatu tekad dan komitmen bulat seluruh bangsa Indonesia khususnya masyarakat petani padi untuk menjaga nilai-nilai persatuan demi kerukunan kehidupan bermasyarakat. Nilai persatuan bukan merupakan fenomena baru, ini telah ada sejak lama, karena keberhasilan suatu pekerjaan disebabkan adanya persatuan, dan hal itu akan berdampak kepada pekerjaan yang lain (Aghazadeh, 2009: 294). Kenyataan menunjukkan bahwa nilai persatuan dan tanggung jawab yang terlihat pada kehidupan buruh penggilingan padi telah menjadi realitas sosial yang ada sebagai wujud rasa cinta pada bangsa dan negara. Nilai persatuan yang dapat dicontohkan dengan adanya budaya gotong royong, ringan sama dijinjing berat sama dipikul serta saling menghormati terhadap bentuk-bentuk perbedaan pada kehidupan para butuh penggilingan padi. Meskipun para buruh penggilingan padi tersebut sebenarnya tidak ingin memamerkan bahwa dirinya baik atau berusaha kelihatan baik. Mereka memang secara alamiah (natural) telah mengkonstruk, memandang, beranggapan, berfikiran mengenai pentingnya nilai persatuan dan tanggung jawab di antara para pekerja sehingga membawa manfaat yang baik dan positif bagi kehidupan kerja di penggilingan padi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Tanggung jawab pada organisasi merupakan kunci keberhasilan dalam menjaga hubungan dalam bekerja (Yim dan Fock, 2013: 665). Keberadaan tradisi gotong royong dalam kehidupan bangsa Indonesia merupakan sebuah kearifan lokal yang perlu dikembangkan dalam kehidupan generasi masa kini. Nilai gotong royong dapat dimanfaatkan secara positif dalam kehidupan untuk menggerakkan persatuan dan kesatuan bangsa agar mampu menghadapi tantangan perubahan jaman, globalisasi, maupun berbagai hal yang mengancam kehidupan masyarakat seperti bencana alam, konflik sosial maupun politik. Gotong royong menjadi pranata untuk menggerakkan solidaritas masyarakat dan menciptakan kohesi sosial dalam kehidupan bangsa Indonesia. Konservasi nilai budaya gotong royong dalam kehidupan masa kini akan tetap

4 relevan, karena dengan semangat gotong royong, solidaritas masyarakat serta persatuan dan kesatuan bangsa akan terpelihara. Kewajiban moral merupakan persepsi individu atas tanggung jawab untuk melakukan atau menolak untuk melakukan perilaku tertentu, hal ini memiliki hubungan dengan pengambilan keputusan etis manusia (Strader, et.al. 2009: 467). Nilai, norma, dan pesan moral dari budaya gotong royong memiliki hubungan erat dengan wacana pendidikan moral, pembentukan sikap-sikap, pembangunan watak bangsa (the character building). Dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia mata pelajaran yang sesuai adalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Nilai, norma, dan pesan moral dari budaya gotong royong pada pekerja penggilingan padi menjadi contoh bagi masyarakat dalam menjabarkan karakter dirinya ke dalam tingkah laku yang kongkrit. Nilai, norma dan pesan moral dapat dijadikan standar/ukuran bagi kualitas suatu tingkah laku. Hal ini sesuai dengan visi yang diusung oleh Program Studi PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta yang dituangkan dalam Rencana Strategis Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (RSPSPPKn) Tahun 2014-2019, yaitu: Menjadi pusat pengembangan pendidikan dan pembelajaran bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan, untuk membentuk bangsa yang berkarakter kuat dan memiliki kesadaran berkonstitusi menuju masyarakat madani. Selanjutnya merujuk pada visi tersebut, maka misi yang diemban oleh Program Studi PPKn FKIP UMS dalam RSPSPPKn Tahun 2014-2019 adalah: 1. Menyelenggarakan pendidikan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan. 2. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta meningkatkan sumberdaya manusia yang berkarakter kuat, sehingga mampu memecahkan permasalahan bangsa dan memberikan pelayanan pendidikan menuju masyarakat madani. 3. Menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui program pendidikan kepramukaan.

5 Visi dan misi tersebut adalah bagian dari upaya untuk mencapai tujuan dari Program Studi PPKn FKIP UMS. Tujuan ini tertuang dalam RSPSPPKn Tahun 2014-2019 sebagai berikut: 1. Menghasilkan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan yang profesional, mampu mengembangkan pembelajaran inovatif dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Menghasilkan guru yang mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk mendukung profesionalisme sebagai guru. 3. Menghasilkan guru berkarakter kuat dalam rangka mencapai tujuan dan citacita nasional. 4. Menghasilkan guru yang memiliki kemampuan dalam membina generasi muda melalui pendidikan kepramukaan. Visi, misi, dan tujuan tersebut menjadi fokus pada pembentukan mahasiswa yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Melalui penerapan visi, misi, dan tujuan ini mahasiswa pada akhirnya dapat menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul: Pencerminan Nilai Persatuan dan Tanggung Jawab Pada Pekerja (Studi Kasus pada Penggilingan Padi di UD. Fresto Gabah Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen).

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pencerminan nilai-nilai persatuan yang muncul dari kehidupan kerja para pekerja penggilingan padi di UD. Fresto Gabah Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen? 2. Bagaimanakah pencerminan nilai-nilai tanggung jawab yang muncul dari kehidupan kerja para pekerja penggilingan padi di UD. Fresto Gabah Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mendeskripsikan nilai-nilai persatuan yang muncul dari kehidupan kerja para pekerja penggilingan padi di UD. Fresto Gabah Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen. 2. Mendeskripsikan nilai-nilai tanggung jawab yang muncul dari kehidupan kerja para pekerja penggilingan padi di UD. Fresto Gabah Desa Gerdu Kecamatan Pilangsari Kabupaten Sragen. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat luas mengenai penanaman karakter khususnya terkait dengan penanaman nilai persatuan dan tanggungjawab di dalam kehidupan kerja dan bermasyarakat, serta sebagai bahan referensi atau masukan untuk penelitian sejenis dan bahan pengembangan tentang penanaman nilai-nilai persatuan. b. Menambah cakrawala pengetahuan khususnya mengenai kehidupan buruh tani di desa.

7 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan yang berguna bagi instansi terkait untuk memberdayakan kehidupan buruh tani khususnya pekerja penggilingan padi. b. Memberi sumbangan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang nilai-nilai persatuan dan tanggung jawab yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.