Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI) Dimensi, Variabel, dan Indikator

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Powered by TCPDF (

MITIGASI BENCANA BENCANA :

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITR TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSIRIAU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

QANUN ACEH NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHAKUASA GUBERNUR ACEH,

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 5 SERI E

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 7 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

KERENTANAN (VULNERABILITY)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Empowerment in disaster risk reduction

BUPATI BANDUNG BARAT

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

Transkripsi:

Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI) Dimensi, Variabel, dan Indikator I. Dimensi Keamanan dari Bencana (Kebencanaan) Dalam UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. RPJMN 2015 2019 dalam agenda pembangunan 7 menyebutkan salah satu fokus pembangunan adalah pada pelestarian sumberdaya alam, lingkungan hidup, dan pengelolaan bencana. Bencana tidak secara spesifik disebutkan sebagai aspek atau dimensi dalam konsep keamanan manusia menurut UNDP, melainkan bagian dari keamanan lingkungan (environmental security). Dalam Indeks Keamanan Manusia Indonesia, definisi dari dimensi keamanan dari bencana (kebencanaan) adalah keamanan manusia dari bencana di suatu daerah yang dilihat dari kesiapsiagaan menghadapi bencana dibanding risiko bencana yang dihadapi. Fokusnya adalah pada kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana dan risiko bencana alam dan yang terkait dengan alam. 1. Variabel Kesiapsiagaan Bencana Definisi: Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (sesuai dengan UU No. 24 tahun 2007). Bencana pada variabel ini hanya dibatasi pada bencana alam. Pada UU No. 24 tahun 2007, definisi bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Kesiapsiagaan dilakukan melalui: (a) penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana; (b) pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini; (c) penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar; (d) pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat; (e) penyiapan lokasi evakuasi; (f) penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana; dan (g) penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana. Dalam variabel ini yang dimaksud dengan kesiapsiagaan bencana terdiri dari latihan, petunjuk keselamatan, program kegiatan, ketersediaan dana, dan kebijakan. Rasio jumlah desa yang ada simulasi bencana terhadap total jumlah desa Rasio jumlah desa yang ada petunjuk keselamatan bencana terhadap total jumlah desa Rasio jumlah desa yang ada fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana alam terhadap total jumlah desa Rasio jumlah desa yang ada dana antisipasi/mitigasi bencana alam terhadap total jumlah desa Pelaksanaan simulasi bencana pada tingkat desa merupakan kegiatan yang penting untuk kesiapsiagaan bencana Petunjuk keselamatan bencana di tingkat desa merupakan salah satu bentuk dari kesiapsiagaan bencana Fasilitas/upaya antisipasi/mitigasi bencana yang ada di tingkat desa merupakan salah satu bentuk kesiapsiagaan bencana Penganggaran untuk antisipasi bencana merupakan amanat UU dan salah bentuk untuk mempersiapkan warga ketika menghadapi bencana dari mulai tingkat desa BPS - PODES

2. Variabel Risiko Bencana Definisi: Potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (sesuai dengan UU No. 24 tahun 2007). Bencana pada variabel ini hanya dibatasi pada bencana alam. Pada UU No. 24 tahun 2007, definisi bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Variabel risiko bencana dalam Indeks Keamanan Manusia Indonesia, memasukkan unsur kejadian dan jumlah korban dari bencana alam di suatu daerah yang memiliki dampak terhadap manusia secara langsung Jumlah kejadian dari segala jenis bencana alam di satu daerah/propinsi Jumlah korban mengungsi dari segala jenis bencana alam di satu daerah/propinsi Jumlah korban luka-luka dari segala jenis bencana alam di satu daerah/propinsi Kejadian bencana di Indonesia beragam, tidak merata, dan terdapat berbagai jenis bencana alam yang terjadi Pengungsi adalah salah satu resiko dari bencana alam yang terjadi Korban luka-luka adalah salah satu resiko dari bencana alam yang terjadi Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB)

Jumlah korban hilang dari segala jenis bencana alam di satu daerah/propinsi Jumlah korban meninggal dari segala jenis bencana alam di satu daerah/propinsi Korban hilang adalah salah satu resiko dari bencana alam yang terjadi Korban meninggal adalah salah satu resiko dari bencana alam yang terjadi Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) Data dan Informasi Bencana Indonesia (DIBI BNPB) II. Dimensi Pemenuhan Kesejahteraan Sosial (Kesejahteraan Sosial) Dimensi pemenuhan kesejahteraan sosial dalam Indeks Keamanan Manusia Indonesia merujuk pada beberapa aspek dalam konsep Keamanan Manusia versi UNDP meliputi keamanan ekonomi, keamanan kesehatan, dan keamanan/ketahanan pangan. Ketiga aspek tersebut sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas hidup dan kapasitas individual, dalam rangka mencapai kesejahteraan sosial. Pada UU No. 11 tahun 2009 kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Dalam IKMI, kesejahteraan sosial didefinisikan sebagai pemenuhan kebutuhan kesejahteraan sosial sebagai pemenuhan kebutuhan manusia dilihat dari aspek kebutuhan biologis dan fisiologis, serta aktualisasi diri, yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan manusia. Variabel yang terdapat di dalam dimensi ini dipisahkan berdasarkan model hierarki kebutuhan manusia, yang mencakup komponen-komponen mendasar setiap individu atau masyarakat untuk dapat hidup layak dan mengembangkan diri. 1. Variabel Pemenuhan terhadap Kebutuhan Biologis dan Fisiologis Definisi: Terpenuhinya aspek biologis dan fisiologis manusia yang elementer untuk mewujudkan kesejahteraan, mencakup ketersediaan energi, air bersih, pangan, kesehatan, serta tempat tinggal yang layak.

Pemenuhan kebutuhan biologis dan fisiologis tersebut dijabarkan dengan indikator yang terkait dengan energi, air, pangan, kesehatan, dan tempat tinggal. Rasio akses rumah tangga yang memiliki akses terhadap bahan bakar/energi utama bersih untuk memasak, terhadap total rumah tangga di suatu daerah. Rasio akses rumah tangga terhadap sumber air bersih terhadap total rumah tangga di suatu daerah. Rasio akses rumah tangga terhadap ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan Angka Harapan Hidup Persentase rumah tangga menurut keadaan/kondisi atap, lantai dan dinding bangunan tempat tinggal dan tipe daerah, yang baik atau rusak Akses terhadap energi (untuk memasak) merupakan salah satu kebutuhan dasar dalam setiap rumah tangga. Akses terhadap sumber air bersih penting untuk kelangsungan hidup yang sehat. Keamanan pangan, yang terdiri dari ketersediaan, keterjangkauan harga, serta pemanfaatan pangan. Kesehatan merupakan salah satu dasar kebutuhan individu dalam kelangsungan hidupnya. Kondisi tempat tinggal layak merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk mendapatkan perlindungan dan rasa aman. BPS - SUSENAS BPS - SUSENAS Indeks Ketahanan Pangan/Sensus Pertanian BPS Indeks Pembangunan Manusia - BPS Statistik Perumahan dan Permukiman - BPS

2. Variabel Pemenuhan terhadap Kebutuhan Sosial dan Pengembangan Diri Definisi: Terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri manusia dan pengembangan kapasitas individu dalam rangka peningkatan kesejahteraan, yang mencakup asosiasi, pendidikan serta pekerjaan. Variabel ini dijabarkan dalam indikator keaktifan kegiatan lembaga non-profit (proksi asosiasi), pendidikan, dan lapangan pekerjaan. Rasio keaktifan kegiatan lembaga nonprofit Pendidikan Kegiatan yang dilakukan lembaga non profit merupakan salah satu akses dan sarana untuk pengembangan diri, solidaritas dan kepedulian sosial Pendidikan formal merupakan sarana pengembangan diri yang paling mendasar yang berhak untuk diperoleh oleh setiap warga negara. BPS PODES* Indeks Pembangunan Manusia - PODES Tingkat Pengangguran Terbuka Pekerjaan merupakan sarana untuk mendapatkan sumber ekonomi dan bagian dari hak untuk pengembangan diri. BPS III. Dimensi Perlindungan dan Pemanfaatan atas Kebhinnekaan (Kebhinnekaan) Perlindungan dan pemanfaatan atas kebhinnekaan didefinisikan sebagai perlindungan dan pemanfaatan terhadap keberagaman di dalam masyarakat Indonesia yang terkait dengan agama, politik/pemikiran, dan kelompok rentan. Setiap individu ataupun

masyarakat Indonesia telah dilindungi hak-haknya yang terkait dengan kebebasan untuk memilih kepercayaan/agama, berpolitik, menyatakan pemikiran, dan berhak untuk bebas dari perlakuan diskriminatif atas dasar apapun seperti yang dinyatakan dalam UUD 1945 (Pasal 28E ayat 1-3 dan Pasal 28I ayat 1-2). Dimensi ini menjadi penting dalam IKMI tidak hanya sebagai salah satu prinsip Indonesia yang mendasar tetapi juga untuk memastikan terjaganya situasi keberagaman yang positif di dalam masyarakat di Indonesia. Secara teoritis, dimensi ini terkait dengan komponen community security dalam konsep human security UNDP. Komponen community security menjelaskan bahwa keamanan individu juga bergantung kepada relasi sosial sebagai anggota dalam komunitas masyarakat. Komponen human security UNDP lain yang juga terkait dengan dimensi kebhinnekaan adalah political security, yaitu terjaminnya hak-hak asasi manusia untuk menentukan sikap politiknya secara bebas. Dalam dimensi kebhinnekaan terdapat tiga variabel, yaitu variabel kebebasan politik dan pemikiran, kebebasan berkeyakinan, dan variable kebebasan dari diskriminasi. 1. Variabel Kebebasan Politik dan Pemikiran Definisi: Kebebasan untuk berserikat dan berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan serta menyampaikan pendapat di muka umum. Definisi tersebut didasarkan dari UUD 1945 pasal 28E ayat 2-3, yaitu Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat Kebebasan untuk menentukan sikap politik dan menyampaikan pemikiran merupakan salah satu komponen dari political security dalam konsep human security UNDP. IDI

Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat. Tindakan atau penggunaan kekerasan dari aparat pemerintah atau masyarakat merupakan ancaman terhadap political security. Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat 2. Variabel Kebebasan Berkeyakinan Definisi: Kebebasan individu/masyarakat untuk menjalankan agama dan keyakinan yang dianutnya. Definisi tersebut didasarkan kepada UUD 1945 pasal 28E ayat 1 dan 2 yang menjelaskan hak untuk memilih agama dan menjalankannya dengan bebas serta kebebasan untuk meyakini suatu kepercayaan. Dalam Universal Declaration of Human Rights kebebasan untuk beragama dan menjalankan agamanya dinyatakan pada article 18.

Jumlah aturan tertulis yang membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat dalam menjalankan agamanya Jumlah tindakan atau pernyataan pejabat Pemerintah yang membatasi kebebasan atau mengharuskan masyarakat untuk menjalankan ajaran agamanya Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan dari satu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lain terkait dengan ajaran agama Kebebasan untuk beragama dan menjalankan agama dengan bebas dilindungi oleh UUD 1945 serta Universal Declaration of Human Rights. Aturan, tindakan, ataupun pernyataan dari pemerintah yang menghambat kebebasan beragama merupakan ancaman terhadap kebhinekaan IDI 3. Variabel Kebebasan dari Diskriminasi Definisi: kebebasan dari perlakuan yang membedakan individu warga negara dalam hak dan kewajiban yang dimiliki dimana perbedaan tersebut didasarkan pada alasan etnis, gender, dan kemampuan fisik yang berbeda (difabilitas). Definisi tersebut sesuai dengan UUD 1945 pasal 28I ayat 2 yang menyatakan bahwa Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang diskriminatif tersebut.

Diskriminasi adalah perlakuan yang membedakan individu warga negara dalam hak dan kewajiban yang dimiliki di mana perbedaan tersebut didasarkan pada alasan etnis, gender, dan kemampuan fisik yang berbeda (difabilitas). Jumlah aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau kelompok rentan lainnya Jumlah tindakan atau pernyataan pejabat pemerintah daerah yang diskriminatif dalam hal gender, etnis atau kelompok rentan lainnya Jumlah ancaman kekerasan atau penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender, etnis atau kelompok rentan lainnya Negara dengan pemerintahannya bertanggung jawab untuk melindungi warganya dari diskriminasi, sehingga aturan, tindakan, atau pernyataan diskriminatif dari pemerintah merupakan ancaman terhadap kebhinekaan masyarakat IDI IV. Dimensi Keamanan dari Kekerasan Kekerasan merupakan penggunaan kekuatan fisik atau kekuasaan secara sengaja terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap kelompok atau komunitas, yang berpotensi mengakibatkan cedera, kematian, kerugian psikologis, dan lain sebagainya. Dalam IKMI dimensi keamanan dari kekerasan merujuk pada kekerasan langsung, yaitu penggunaan kekerasan secara langsung pada manusia yang menyebabkan korban baik luka, cacat maupun hilangnya nyawa. Dimensi ini terdiri dari variabel kriminalitas, variabel kekerasan komunal dan variabel kekerasan negara-masyarakat.

1. Variabel Kriminalitas Definisi: Kejadian tindakan kejahatan yang disertai dengan kekerasan. (pencurian dengan kekerasan, penganiayaan, pemerkosaan, perdagangan orang dan pembunuhan) Variabel ini terkait dengan aspek personal security pada konsep human security UNDP yang menjelaskan keamanan dan perlindungan manusia dari kekerasan fisik. Pemilihan indikator berdasarkan jumlah kejadian/kasus yang terjadi di suatu daerah. Jumlah kejadian tindak pencurian dengan kekerasan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir Jumlah kejadian tindak penganiayaan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir Jumlah kejadian tindak perkosaan/kejahatan terhadap kesusilaan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir Jenis kejahatan yang termasuk dalam variabel ini merupakan tindak pidana (sesuai dengan KUHP) disertai dengan kekerasan yang mempunyai dampak buruk secara langsung (hingga hilangnya nyawa) kepada fisik manusia. BPS - PODES Jumlah kejadian tindak perdagangan orang (human trafficking) yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir

Jumlah kejadian tindak pembunuhan yang terjadi di desa/kelurahan selama setahun terakhir 2. Variabel Kekerasan Komunal Definisi: Perseteruan dan/atau benturan fisik dengan kekerasan antara dua kelompok masyarakat atau lebih yang berlangsung dalam waktu tertentu dan berdampak luas yang mengakibatkan ketidakamanan dan disintegrasi sosial sehingga mengganggu stabilitas nasional dan menghambat pembangunan nasional (sesuai dengan UU No. 7 tahun 2012). UNSFIR (United Nations Support Facility for Indonesian Recovery) mendefinisikan kekerasan komunal sebagai kekerasan sosial yang terjadi antara dua kelompok masyarakat/komunal atau bisa berupa satu kelompok diserang oleh kelompok lain. Pengelompokan komunal tersebut bisa berdasarkan etnis, agama, kelas sosial, afiliasi politik atau hanya sekedar perbedaan kampung, dan lain-lain. Variabel ini terkait dengan aspek personal security pada konsep human security UNDP. Keberadaan korban luka-luka akibat perkelahian antarkelompok masyarakat, antardesa, antarsuku, dan antaragama Keberadaan korban meninggal akibat perkelahian antar antarkelompok masyarakat, antardesa, antarsuku, dan antaragama Salah satu bentuk peringatan dini dan pemetaan daerah yang rentan/rawan terjadinya konflik komunal BPS - PODES

3. Variabel Kekerasan Negara-Masyarakat Definisi: Kekerasan antara negara (state) dan masyarakat yang sedang mengekspresikan protes dan ketidakpuasan mereka kepada institusi negara tanpa motif separatisme. Variabel ini terkait dengan aspek personal security pada konsep human security UNDP. Masyarakat yang melakukan aksi/protes telah melaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku tetapi masih tetap mendapatkan tindakan kekerasan oleh aparat keamanan dan/atau aparat pemerintahan hingga mengakibatkan korban lukaluka dan/atau meninggal. Keberadaan korban luka-luka akibat benturan dengan aparat keamanan dan aparat pemerintah yang disebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan, ketidakpuasan atas kebijakan/pelayanan Keberadaan korban meninggal akibat benturan dengan aparat keamanan dan aparat pemerintah yang disebabkan oleh motif harta, kekuasaan, ideologi/kepercayaan, ketidakpuasan atas kebijakan/pelayanan Warga negara berhak untuk mendapatkan perlindungan dari kekerasan fisik yang mungkin untuk dilakukan oleh aparat kemananan dan/atau aparat pemerintah tanpa disertai dan dilandasi oleh proses hukum yang berlaku. BPS - PODES