BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. muda agar kelak dapat menghadapi kehidupan seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat signifikasi terhadap berbagai jenis dimensi kehidupan baik. dalam ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. utama untuk mengembangkan kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kunci

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi, sosial budaya dan juga pendidikan. kepribadian yang bulat dan untuk membentuk manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai. Maka yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena diyakini bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses usaha manusia guna menimbulkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik individu maupun kolektif. Agama memberi sumbangan bagi sistem sosial,

BAB I PENDAHULUAN. menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan. siswa memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. karena maju dan mundurnya bangsa di tentukan oleh keadaan pendidikan yang di

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010, Gerakan Pramuka, Pasal 10, ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan anak melalui bimbingan, mendidik, dan latihan

BAB I PENDAHULUAN. keshalehan akan sangat bergantung kepada pendidikan masa kecilnya

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi untuk mengukur kualitas keberhasilan dari proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda yang menjadi perhatian utama adalah masalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan,

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa di kelas. Bahan pelajaran yang guru

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, begitu pentingnya nilai dalam menjaga keharmonisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di masa ini Indonesia sedang dilanda berbagai masalah baik dalam

Tabel 13 : Rekapitulasi angket indikator variabel y pengalaman religiusitas santri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. taat dan juga pikirannya dibina dan dikembangkan. 1. merupakan salah satu konsep pendidikan yang menekankan betapa penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu membantu dan membentuk karakter dan keyakinan yang kuat pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. sebagai salah satu rahmat yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah-masalah seputar karakter atau moral yang terjadi sekarang ini jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya. Persoalan karakter menjadi bahan pemikiran sekaligus menjadi keprihatinan bersama di karenakan negara ini bisa di anggap menderita krisis karakter. Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, karakter memberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan melewati suatu jaman dan mengantarnya pada sustu derajat tertentu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. Demikianlah yang pernah terjadi dalam sebuah perjalanan sejarah. 1 Membangun karakter bangsa menjadi tanggung jawab bersama semua pihak dan komponen dari bangsa ini untuk ikut terlibat menyingsingkan lengan baju membangun karakter yang kuat dan khas. Semua potensi bangsa haruslah bangkit dan bersatu padu untuk melakukan sebuah gerakan dan tindakan dalam membangun karakter bangsa agar negeri ini bangkit dan meraih cita-cita besarnya sehingga mampu memberikan konstribusi bahkan menjadi pusat peradaban. 2 1 Muwafik shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, (Jakarta: Erlangga, 2012),1 2 Ibid,10 1

2 Semua itu tentu harus bermula dari semangat, visi, dan keteladanan yang dimunculkan dalam diri para pemimpinnya. Dari sekian banyak metode membentuk dan menanamkan karakter, metode keteladananlah yang paling kuat. Karena keteladanan memberikan gambaran secara nyata bagaimana seseorang harus bertindak. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk menjadi contoh dan miniatur yang sesungguhnya dari sebuah perilaku dan keteladanan harus bermula dari diri sendiri. Di dalam Islam, keteladanan bukanlah hanya semata persoalan mempengaruhi orang lain dengan tindakan, melainkan sebuah keharusan untuk melakukan tindakan itu yang berhubungan langsung secara spiritual dengan Allah SWT. Karenanya, tidak adanya contoh keteladanan akan mengakibatkan kemurkaan dari Allah SWT sebagaimana firman-nya : Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. ( Qs Ash-Shaff : 2-3 ) 3 3 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjamah, (Semarang: Grafindo, 1994), hal 356

3 Nabi Muhammad SAW sebagai manusia sempurna yang pernah hidup di muka bumi telah memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun sebuah karakter bangsa dan mempengaruhi dunia. Hasil pembentukan karakter itu bertahan dengan sangat baik, kuat dan kokoh dalam tiga generasi. Namun hasil pembentukan karakter itu tidak hanya berhenti pada tiga generasi tersebut melainkan terus bertahan dalam kurun yang sangat panjang dan berdampak luas. Cahaya Islam melalui karakter dan perilaku umatnya pada saat itu telah mampu membangun kebangkitan moral dan keilmuwan di jantung eropa. Sehingga mampu menghasilkan para ilmuwan yang sangat berpengaruh bagi ilmu pengetahuan. 4 Hal ini menandakan bahwa awal pembentukan karakter itu memiliki kekuatan sangat luar biasa. Perubahan serba cepat dalam kehidupan masyarakat, akibat perkembangan ilmu dan teknologi serta macam-macam tuntutan kebutuhan dari berbagai sector sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekolah. Sekolah sebagai system terbuka sebagai system social dalam menghadapi struktur kehidupan social yang semakin memburuk ini, tentunya sekolah-sekolah menyadari bahwa mereka harus mencoba melakukan sesuatu dalam proses memberikan pendidikan tentang nilai moral melalui pendidikan karakter. Karna itu pembentukan karakter pada setiap individu sangatlah penting, seperti yang diungkapkan William Killpatrick dalam pemikirannya tentang pentingnya pendidikan moral : 4 Muwafik shaleh, Membangun Karakter Dengan Hati Nurani, (Jakarta: Erlangga, 2012),3

4 Hal mendasar yang di hadapi sekolah adalah tentang pendidikan moral. Masalah-masalah lain yang kemudian muncul sebenarnya pada pendidikan moral yang di sampaikan. Bahkan perkembangan ilmu pengetahuan pun bergantung pada hasil pendidikan karakter 5 Sekolah bertanggung jawab bukan hanya mencetak siswa yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi juga pada pendidikan moral. Sebagaimana seperti yang diungkapkan Theodore roosolvelt : Mendidik seseorang hanya untuk berpikir dengan akal tanpa disertai pendidikan moral berarti membangun suatu ancaman dalam kehidupan bermasyarakat 6 Dalam pendidikan karakter ini, segala sesuatu yang dilakukan pendidik harus mampu mempengaruhi karakter peserta didik sebagai pembentuk watak peserta didik, pendidik juga harus menunjukan keteladanan. Segala hal tentang perilaku pendidik hendaknya menjadi contoh peserta didik. Pendidikan karakter memerlukan metode khusus yang tepat agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Sebuah keteladanan sikap merupakan salah satu langkah penting dalam membangun karakter sebagai pribadi yang unggul. Pembentukan nilai-nilai karakter harus ditanamkan sejak usia dini, yakni dimulai pada lingkungan keluarga, sedang jenjang pendidikan formal. Agar sesuai dengan sistem pendidikan nasional, penerapan pendidikan karakter harus dimulai 5 Thomas lickona, Educating For Character Jakarta (Jakarta: Bumi Aksara, 2012 ),1 6 Ibid, 2

5 sejak usia kanak-kanak. Tetapi, sebagai dasar dalam pendidikan karakter sebaiknya mulai diterapkan di SD mengingat usia Sekolah Dasar merupakan sebuah fondasi dalam pembentukan kepribadian bangsa yang sangat berpengaruh. Masa usia sekolah dasar merupakan masa emas dalam penanaman karakter yang kuat sebagai bekal masa depan. Pendidikan karakter pada usia sekolah dasar perlu secara sadar dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehingga dalam proses pembelajarannya terjadi pula proses pembentukan sikap dan perilaku yang baik. Oleh karena itu, dalam menerapkan pendidikan karakter, perlu komponen-komponen yang mendukung berlangsungnya pendidikan karakter agar terjadi keseimbangan dan keselarasan dalam penerapan pendidikan karakter. Sebagai upaya mendukung pelaksanaan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan cara keteladanan seorang guru Guna mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah, maka peran guru sebagai pendidik sangat penting. Karena suksesnya proses pendidikan itu sendiri sesungguhnya adalah kalau guru dan warga sekolah mampu mengusung keteladan dalam setiap langkah dan kebijakannya. Sekolah adalah galeri keteladanan. Seorang guru yang berkepribadian baik dituntut untuk untuk menjadi teladan bagi murid-muridnya maupun bagi masyarakat sekitarnya. Keteladan guru dilihat secara fisik diantaranya dari ketepatan waktu masuk dan keluar kelas, cara berpakaian dan berpenampilan layaknya seorang guru, cara berbaris ketika upacara bendera, cara berhias dan memakai perhiasan yang berlebihan.

6 Mengingat pentingnya masalah tersebut di atas maka penulis mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut dengan judul skripsi : Korelasi Keteladanan Guru Pendidikkan Agama Islam Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SDN Taman Sidoarjo B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 7 1. Bagaimana keteladanan Guru pendidikan agama islam di SDN Taman Sidoarjo? 2. Bagaimana karakter siswa di Sekolah SDN Taman Sidoarjo? 3. Adakah Korelasi Keteladanan Guru pendidikan agama islam Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SDN Taman Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian: Tujuan dari pembahasan penulisan skripsi ini adalah sesuai dengan rumusan masalah tersebut di atas sehinggga pembahasannya adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui keteladanan Guru pendidikan agama islam di SDN Taman Sidoarjo 2. Untuk mengetahui karakter siswa di SDN Taman Sidoarjo 7 Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), 46

7 3. Untuk mengetahui korelasi keteladanan Guru pendidikan agama islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDN Taman Sidoarjo D. Kegunaan Penelitian Setiap pembahasan secara ilmiah tentu ada manfaatnya, adapun manfaat yang di harapkan bagi peneliti adalah : 1. Manfaat Teoritis a) Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai sikap keteladanan guru pendidikan agama Islam dan pembentukan karakter siswa b) Bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya 2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti : a. Peneliti dapat mengetahui keteladanan Guru pendidikan agama Islam di SDN Taman Sidoarjo b. Peneliti dapat mengetahui karakter siswa di SDN Taman Sidoarjo b) Bagi Sekolah : Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai parameter bagaimana korelasi keteladanan guru pendidikan agama Islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDN Taman Sidoarjo

8 E. Hipotesis Menurut Mardalis hipotesis berasal dari dua kata, yaitu hypo artinya di bawah dan thesa artinya kebenaran atau pendapat. 8 Maka yang dimaksud hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian sampai data terkumpul. 9 Berdasarkan anggapan dasar tersebut di atas, hipotesis itu sendiri di bagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Hipotesis Awal (Hipotesis Nol) Hipotesis awal merupakan hipotesis yang mengandung pernyataan yang menyangkal dan biasanya ditulis dengan (Ho). 2. Hipotesis Alternatif (Hipotesis Kerja) Hipotesis kerja merupakan hipotesis yang isinya mengandung pernyataan yang tidak menyangkal dan biasa ditulis dengan (Ha). Adapun hipotesis yang di ajukan penulis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hipotesis Awal yaitu menyatakan tidak adanya korelasi keteladanan Guru pendidikan agama islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDN Taman Sidoarjo 8 ibid 48 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta:Rineka Cipta 2006),71.

9 b. Hipotesis Alternatif yaitu menyatakan adanya korelasi keteladanan Guru pendidikan agama islam terhadap pembentukan karakter siswa di SDN Taman Sidoarjo F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian a. Ruang Lingkup Penelitian Variabel dalam Penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. 10 Dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan hanya melibatkan dua variabel pertama variabel bebas yaitu Keteladanan Guru pendidikan agama islam (X), variabel kedua variabel terikat yaitu Pembentukan karakter Guru pendidikan agama islam di SDN Taman Sidoarjo (Y). b. Keterbatasan Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup penelitian di SDN Taman Sidoarjo diperlukan batasan masalah agar yang diteliti tidak meluas dan tetap fokus pada permasalahan. Dalam penelitian ini penulis hanya fokus pada Korelasi Keteladanan Guru pendidikan agama Islam Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SDN Taman Sidoarjo. G. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasikan atau diteliti. Konsep 10 Ibid,73.

10 ini sangat penting karena hal yang diamati itu membuka kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan hal yang serupa. Sehingga apa yang dilakukan oleh penulis terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. 11 Untuk mengetahui lebih jelas tentang maksud dari penulisan skripsi ini, maka penulis akan menjabarkan definisi operasional dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Keteladanan Guru pendidikan agama islam Keteladanan berasal dari kata dasar teladan yang berarti sesuatu atau perbuatan yang patut ditiru atau di contoh. 12 Dalam bahasa arab diistilahkan dengan uswatun hasanah yang berarti cara hidup yang di ridhoi oleh Allah SWT. 2. Pembentukan Karakter Secara umum, istilah karakter sering diasosiasikan dengan apa yang disebut dengan temperamen yang memberinya, seolah definisi yang menekankan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. 13 Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Pendidikan karakter mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang 11 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998), hal. 76. 12 W,J,S.Purwadarmitha, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hal 1036 13 Donie Koesoema, Pendidikan Karakter ( Jakarta: Grasindo, 2010), 79

11 didasari atau berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau baik, bukan yang negatif atau buruk. Sedangkan pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter pada hakekatnya ingin membentuk individu menjadi seorang pribadi bermoral yang dapat menghayati kebebasan dan tanggung jawabnya, dalam relasinya dengan orang lain dan dunianya dalam komunitas pendidikan. Dengan demikian pendidikan karakter senantiasa mengarahkan diri pada pembentukan individu bermoral, cakap mengambil keputusan yang tampil dalam perilakunya, sekaligus mampu berperan aktif dalam membangun kehidupan bersama. 14 H. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan merupakan susunan pembahasan yang diperlukan guna mempermudah pembaca untuk memahami isi dari penelitian yang diteliti. Oleh karena itu, di bawah ini dikemukakan sistematika pembahasan penelitian yang berjudul Efektivitas Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam 14 Fihris, Pendidikan Karakter di Madrasah Salafiyah, (Semarang: PUSLIT IAIN Walisongo, 2010), 24-28

12 Terhadap Pembentukan Karakter Siswa Di SDN Taman Sidoarjo antara lain sebagai berikut: Adapun sistematika pembahasan dalam penulisan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I, mencakup tentang Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, hipótesis dan sistematika pembahasan. BAB II, yaitu tentang Landasan teori yang terdiri dari tiga sub bab, yakni bagian pertama mencakup keteladanan guru pendidikan agama Islam, kepribadian dan kriteria guru pendidikan agama islam., bagian kedua mencakup tentang pembentukan karakter, pengertian karakter, pembiasaan karakter di sekolah, pembentukan karakter dalam pendidikan Dan bagian yang ketiga adalah Efektivitas Keteladanan guru pendidikan agama islam Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di SDN Taman Sidoarjo. BAB III, yaitu meliputi metode Penelitian dan terdiri dari jenis penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrument penelitian dan analisis data. BAB IV, yaitu tentang hasil Laporan hasil penelitian, dalam bab ini menguraikan tentang laporan hasil penelitian yang meliputi subbab pertama, yaitu: gambaran umum obyek penelitian yang meliputi letak geografis, sejarah singkat berdirinya keadaan guru, karyawan dan siswa, keadaan sarana dan prasarana,

13 struktur organisasi di SDN Taman Sidoarjo. Subbab ke dua yaitu penyajian dan analisis data yang merupakan hasil empiris yang di teliti dari lapangan. BAB V, merupakan BAB Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Saransaran.