BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).


I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

International Diabetes Federation (IDF) tahun 2005 menyatakan bahwa proporsi orang dengan diabetes diduga akan meningkat menjadi 333 juta (6,3%) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)


BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik dan progresif dengan ciri meningkatnya konsentrasi gula dalam darah. Peningkatan tersebut dapat mengakibatkan komplikasi penyakit lain yang lebih serius (Sizer et al., 2006). Terjadinya peningkatan gula darah disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin atau keduanya (Hadisaputro, 2007). DM dibedakan menjadi dua, yaitu Diabetes Melitus tipe 1 (DM Tipe 1) dan Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2). DM tipe 1 jarang dijumpai, hanya sebesar 10% dari kasus DM seluruhnya, sedangkan yang kasus yang paling banyak ditemukan di masyarakat adalah DM tipe 2 (Sizer et al., 2006). Jumlah penderita DM tipe 2 mengalami peningkatan secara perlahan tiap tahunnya, diperkirakan sekitar 439 juta orang di dunia akan terdiagnosis penyakit DM tipe 2 pada tahun 2030. Prediksi penderita DM di Indonesia diperkirakan tahun 2030 prevalensinya mencapai 21,3 juta orang, sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%, dan di daerah pedesaan menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes RI, 2013). Data Riskesdas terbaru (2013) menunjukkan prevalensi DM sebesar 1,5 untuk total populasi seluruh Indonesia (Riskesdas, 2013). Diet memerankan peranan penting dalam tatalaksana penyakit DM Tipe 2. Asupan diet yang mengandung tinggi karbohidrat dan gula serta miskin serat telah dibuktikan dapat meningkatkan risiko terjadinya DM tipe 2 (Murray et al., 2013). Beberapa negara internasional membuat suatu rekomendasi diet seperti the Europan Association for the Study of Diabetes, American Diabetes Association (ADA) dan Canadian Diabetes Association (CDA). Rekomendasi 1

2 tersebut dibuat tidak hanya untuk membantu pasien DM tipe 2 mendapatkan asupan diet yang cukup tetapi juga untuk membantu mereka dalam mengontrol sistem metabolisme gula darah (Murray et al.,2013). Indonesia membuat kebijakan tersendiri untuk penderita DM tipe 2 yang terangkum dalam Konsensus DM Tipe 2 disusun oleh pakar endokrin yang tergabung dalam Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2006). Kualitas diet penderita DM bergantung pada jenis makanan dan ukuran asupan yang dikonsumsi selama satu hari, untuk mengetahui kualitas diet telah dikembangkan beberapa instrumen pengukuran kualitas diet, antara lain: Diet Quality Index (DQI), Healthy Eating Index- 2010(HEI), Food Hygiene- University of North Carolina at Chapel Hill Diet Quality Index(INHF-UNC- CH DQI) dan Health Diet Indicator (HDI). Empat instrumen yang telah disebutkan merupakan instrumen yang dikembangkan di Amerika Serikat, namun salah satu diantara keempat pengukuran tersebut telah diuji di daerah Asia tepatnya di Negara Cina, yaitu Diet Quality Index (DQI). DQI hasil ujicoba di Cina telah diubah namanya menjadi Diet Quality Index International (DQI-I). Instrumen ini merupakan instrumen yang diadaptasi dari DQI yang telah di kembangkan di Amerika Serikat. DQI dikembangkan untuk mengetahui kualitas diet pada penderita penyakit kronik, namun dalam perkembangannya DQI telah digunakan untuk mengetahui kualitas diet pada penderita gizi buruk. DQI-I yang dikembangkan di Cina telah disesuaikan dengan karakteristik penduduknya yang berbeda dari penduduk Amerika baik dalam sosial ekonomi maupun kebudayaan. DQI-I menilai empat aspek dalam kualitas diet yang meliputi Variasi (Variation), Kecukupan (Adequacy), Ukuran (Moderation) dan Keseimbangan Keseluruhan (Overall Balance) (Kim et al.,2003). Penggunaan DQI-I sebagai instrumen pengukur kualitas diet pada penderita DM Tipe 2 dalam penelitian Murray sebagai alat ukur untuk mengetahui kualitas diet penderita DM yang menjalankan diet mediterania. Penelitian J.A. Tur yang menggunakan DQI-I untuk mengetahui efektifitas penggunaanya dalam menentukan kualitas diet penduduk Balearic, hasil yang didapatkan adalah sekitar 45% penduduk

3 Balearic mampu mencapai kualitas diet yang baik sesuai dengan skor DQI (J.A. Tur et al., 2005). Indonesia belum memiliki instrumen pengukur kualitas diet sehingga masih jarang ditemukan penelitian yang mengukur kualitas diet baik pada penderita DM Tipe 2 maupun penderita penyakit lainnya. Penggunaan DQI-I perlu diujicobakan di Indonesia untuk mengetahui kualitas diet penderita DM tipe 2. Faktor sosio-demografi meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan merupakan dasar utama yang digunakan dalam membuat program kesehatan. Amerika Serikat menggunakan data sosiodemografi sebagai penentu kebijakan, pendidikan dan perencanaan program, serta penelitian yang terkait dengan kesehatan. Sebelum merencanakan program untuk kesehatan pada penderita DM, para perancang kesehatan harus mengetahui umur, pendapatan, karakteristik demografi lain yang menjadi target sasaran program kesehatan tersebut. Penderita Diabetes di Amerika kebanyakan adalah orang lanjut usia, perempuan, berasal dari ras yang minoritas, pendidikan kurang dan pendapatan kurang (Cowie & Eberhardt,1995). Penelitian yang dilakukan di North City Iran menunjukkan adanya pengaruh sosio-demografi terhadap prevalensi Diabetes Melitus (Veghariet al., 2010). Penelitian di Indonesia mengenai sosio-demografi dilakukan dengan menggunakan data Riskesdas 2007. Prevalensi Diabetes Melitus ditemukan banyak pada sampel yang memiliki pendidikan kurang (56,4%). Penelitian ini juga mengkaitkan faktor sosio-demografi dengan kontrol gula darah (Miharja, 2009). PERKENI menggunakan beberapa data demografi untuk menyusun tatalaksana diet seperti umur dan jenis kelamin untuk menentukan besar diet dan kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh penderita DM (PERKENI, 2011). Tingkat pendapatan menjadi faktor penentu tarif pelayanan yang dianggarkan oleh departemen kesehatan agar dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat dengan demikian mengetahui faktor sosio-demografi penting bagi penentu kebijakan kesehatan di Indonesia untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

4 sesuai dengan karakteristik penduduk dan terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2013). Penderita penyakit kronik seperti pasien DM sangat tergantung pada keluarganya. Keluarga dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif bagi penderita DM, keluarga mempengaruhi dalam hal ketaatan menjalankan diet, kepatuhan minum obat dan penyediaan fasilitas-fasilitas lain yang mendukung penatalaksanaan DM (Mayberry et al.,2012). Dukungan keluarga sebagai salah satu sumber dukungan sosial merupakan suatu sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit, keluarga berfungsi sebagai system pendukung bagi anggotanya (Friedman, 1998).Penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Yun pada pasien DM di Korea mendapatkan hasil yang signifikan pada dukungan keluarga kaitannya dengan pengendalian gula darah pada penderita DM Tipe 2 (p< 0,01) (Yun & Kim, 2009). Penelitian di Irlandia memperoleh hasil pada penderita DM yang tidak didukung oleh keluarganya memiliki kontrol glikemik yang buruk dibandingkan dengan menderita DM yang mendapatkan dukungan dari keluarganya (Mayberry et al.,2012). Pemilihan menu dan pola makan penderita DM tipe 2 berkaitan erat dengan keadaan psikososial, perilaku dan elemen lingkungan sekitar. Hal tersebut penting untuk diketahui agar dapat memodifikasi diet penderita diabetes sesuai dengan keadaan penderita tersebut (Sacova & Miler, 2001). Balikpapan merupakan kota perdagangan, jasa dan industri karena letak geografisnya sangat strategis dari aspek lalu lintas perekonomian dan perhubungan bagi daerah-daerah di Kalimantan Timur. Penduduk Balikpapan heterogen dan tidak memiliki makanan tradisional tertentu yang menjadi faktor risiko DM seperti di wilayah lain contohnya di daerah Bali dan Banjar. Pada Penelitian yang di lakukan di Tabanan Bali, makanan tardisional yang kadar karbohidratnya tinggi memiliki pengaruh pada kejadian DM (OR=7,87;CI=2,569-24,133) terbukti signifikan (Sujana, 2009). Penelitian yang dilakukan di Banjar mendapatkan hasil yang serupa yaitu makanan tradisional Banjar memiliki pengaruh pada kejadian DM (OR=6,2; CI=2,6-17,9) (Syam, 2012). Balikpapan tidak memiliki makanan khas karena

5 penduduknya berasal dari berbagai macam suku, namun penderita DM tipe 2 di Balikpapan meningkat setiap tahun dan jumlah penderita diabetes merupakan jumlah penderita non-communicable disease paling banyak kedua setelah hipertensi yaitu sebesar 10.989 orang pada tahun 2011 dengan prevalensi sebesar 5,7% (Dinkes Balikpapan, 2011). Rumah Sakit Umum Kanujoso Djatiwibowo (RSKD) Balikpapan merupakan rumah sakit tipe B+ yang memberikan pelayanan sekaligus berfungsi sebagai tempat pendidikan. Jumlah kunjungan pasien setiap bulannya rata-rata 1546 kunjungan, pasien rawat inap dengan penyakit DM merupakan peringkat nomor satu di RSKD. Kualitas diet, sosio-demografi dan dukungan keluarga akan berdampak terhadap manajemen penyakit DM, hubungan diantara ketiga hal tersebut belum pernah diteliti sebelumnya. Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk megetahui hubungannya dengan kontrol gula darah. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Kualitas Diet, Sosio- Demografi, dan Dukungan Keluarga Hubungannya dengan HbA1c Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan? C. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui hubungan kualitas diet, sosio-demografi,dan dukungan keluarga dengan HbA1c pada penderita DM tipe 2 di RS.Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. 2. Tujuan Khusus : a. Mendeskripsikan kualitas diet pasien DM rawat jalan b. Mendeskripsikan karakteristik sosio-demografi pasien DM rawat jalan c. Mendeskripsikan dukungan keluarga pasien DM tipe 2 rawat jalan d. Menganalisis hubungan kualitas diet, pendidikan, pendapatan dan dukungan keluarga denganhba1c.

6 D. MANFAAT 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan mengenai hubungan kualitas diet, sosio-ekonomi, dan dukungan keluarga dengan HbA1c pasien DM tipe 2. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk menyusun program kesehatan untuk perawatan pasien DM Tipe 2. b. Bagi Diabetisi Hasil Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi penderita DM dalam menjalankan tatalaksana DM sesuai dengan program yang telah dirancang terutama terkait dengan peningkatan kualitas dietnya. c. Bagi Keluarga Hasil Penelitian ini dapat meningkatkan partisipasi anggota keluarga penderita DM untuk selalu memberikan dukungan pada penderita DM.

7 E. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.Keaslian Penelitian Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Veghari et al., (2010) Association between sociodemographic factors and diabetes mellitus in the north of Iran: A population-based study Variabel : sosiodemografi Subjek : pria dan wanita Desain : Population Based Study Variabel:Obesitas, Lokasi:Iran Murray et al., (2013) Dietary quality in a sample of adults with type 2 diabetes mellitus in Ireland; a cros-sectional case control study Variabel Independen : DQI Variabel Dependden : Pasien DM Tipe 2 Subjek : Suku Kaukasian Tempat : Irlandia Miharja, (2009) Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia Desain : Crosssectional Variabel : Faktor Sosio-Demografi, Variabel Terikat Kontrol Gula Darah Variabel Bebas : Obesitas Tempat Penelitian : Jakarta Yun & Kim (2009) Relationships of family support, diet therapy practice and blood glucose control in type II diabetic patient Variabel Bebas : Dukungan Keluarga Desain : Casecontrol Variabel Bebas : Diet Theraphy