BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dari hari ke hari berkembang sangat pesat. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

Dibuat Oleh A F I Y A T I NIM Dosen DR. Ir Iwan Krisnadi MBA

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,


LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Kehadiran teknologi telah memberikan nuansa baru bagi kehidupan

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Tidak hanya negara maju saja, namun negara berkembang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

berjalan jauh dan bertatap muka secara langsung. Inilah yang dikenal orang

PENUNJUK UNDANG-UNDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

HASIL WAWANCARA DENGAN AKBP AUDIE LATUHERY KASAT CYBERCRIME DIT RESKRIMSUS POLDA METRO JAYA

Cyber Law Pertama: UU Informasi dan Transaksi Elektronik

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

PENERAPAN PASAL-PASAL KUHP ATAU UU ITE DALAM KEJAHATAN CARDING SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Untuk menjawab rumusan masalah yang dikemukakan penulis, berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI KEDUDUKAN ALAT BUKTI DIGITAL DALAM PEMBUKTIAN CYBER CRIME DI PENGADILAN

bidang HUMANIORA HETTY HASSANAH Program Studi Ilmu Hukum Universitas Komputer Indonesi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

ANALISIS KASUS CYBERCRIME YANG TERPUBLIKASI MEDIA KASUS PENANGKAPAN WNA YANG DIDUGA KELOMPOK CYBERCRIME INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENYADAPAN DATA PRIBADI PENGGUNA INTERNET MELALUI MONITORING AKTIVITAS KOMPUTER DIHUBUNGKAN DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. negara tidak dapat dipisahkan dari peran para tenaga kerja itu sendiri. Pekerja dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI INTERNET. Dewasa ini, disadari dunia sedang berada dalam era informasi (information age),

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan

Informasi Elektronik Sebagai Bukti dalam Perkara Pidana

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR ALGORITMA KRIPTOGRAFI PADA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR: /PER/M/KOMINFO/2/ TAHUN 2010 TENTANG KONTEN MULTIMEDIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. melalui media cetak tetapi juga media kominikasi elektronik. oleh masyarakat untuk mencari dan mengetahui informasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

2011, No Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan suatu alat negara yang mempunyai tujuan untuk. menertibkan, mendamaikan, dan menata kehidupan suatu bangsa demi

PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

15 Februari apa isi rpm konten

Oleh Prihatin Effendi ABSTRAK. a. PENDAHULUAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG - UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengeluarkan pendapatnya secara bebas. Hal ini tertuang dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apa yang sering dihasilkan oleh kemajuan teknologi, tentu mempunyai berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek penyalahgunaannya. Dari sisi manfaat, hasilnya tentu sudah tak dapat dihitung lagi jumlahnya dengan jari. Namun peninggalan-peninggalan dari bentuk penyalahgunaannya juga bukan hal yang patut tak diperhitungkan. Disadari atau tidak kemajuan teknologi yang merupakan hasil dari proses pembangunan telah membawa fenomena baru yang mampu yang mampu mengubah hampir setiap aspek kehidupan manusia. Dan tak dapat dipungkiri bahwa revolusi terbesar yang mengubah nasib jutaan manusia dan kehidupan modern dewasa ini adalah ditemukannya komputer, yang segera di susul oleh berkembang pesatnya teknologi informasi (TI) 1, yang merupakan titik sentral dalam banyak kegiatan manusia tidak terkecuali di bidang hukum 2. hlm 1. 1 BPHN, Penelitian Tentang Perlindungan Hukum Data Digital, (Jakarta:BPHN,2007), 2 Andi Hamzah dan Boedi D. Marsita, Aspek-Aspek Pidana di Bidang Komputer, (Jakarta:Sinar Grafika,2007),hlm 5.

2 Perkembangan teknologi komputer yang bersifat elektronik tidak terlepas dari kemajuan teknologi yang terus berkembang dan mengikuti kebutuhan manusia. Dengan berkembangnya komputer dan perangkat-perangkat lainnya yang serba bersifat elektronik, telah membuat data elektronik banyak digunakan. Ada beberapa faktor yang membuat data elektronik (seperti audio, citra, video dan text) banyak digunakan, antara lain: mudah diduplikasi dan hasilnya sama dengan aslinya, mudah untuk penduplikasian dan penyimpanan, mudah disimpan untuk kemudian diolah atau diproses lebih lanjut, serta mudah didistribusikan, baik dengan media disk maupun melalui jaringan melalui internet. 3 Data elektronik adalah data yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis, namun hanya dapat dilihat atau digunakan melalui bantuan alat elektronik, salah satu dari alat elektronik yang paling umum digunakan orang untuk membuat dan menggunakan data elektronik adalah komputer. 4 Dengan adanya internet sebagai sistem jaringan terluas di dunia yang menghubungkan hampir seluruh komputer-komputer dunia, membuat semua komputer di dunia ini semakin mudah untuk bertukar data. Dalam cyber space atau dunia maya ini, hampir segala jenis informasi dapat diperoleh, yang dibutuhkan hanyalah sebuah komputer yang terhubung dengan internet. Perkembangan dunia internet pada saat ini telah mencapai suatu tahap yang begitu cepat, sehingga tidak mengherankan apabila di setiap sudut kota banyak ditemukan tempat-tempat internet yang menyajikan berbagai jasa pelayanan 3 BPHN, Op.Cit, hlm 2-3. 4 Ibid, hlm 7

3 internet. Dalam perkembangan internet dan umumnya cyber space disamping memberikan aspek manfaat, namun terdapat pula sisi negatif. Sisi negatif yang bermunculan umumnya adalah penggunaan menyimpang dari teknologi tersebut. Penggunaan menyimpang salah satunya adalah adanya keinginan dari pihak-pihak tertentu untuk menerobos masuk ke dalam situs-situs atau jaringan milik orang lain. Tujuannya mencuri, mengubah, dan/atau mengambil data/informasi milik orang lain yang berada dalam jaringan internet atau di dalam komputer. Fenomena cybercrime memang harus diwaspadai karena kejahatan ini agak berbeda dengan kejahatan lain pada umumnya. Cybercrime dapat dilakukan tanpa mengenal batas teritorial dan tidak diperlukan interaksi langsung antara pelaku dengan korban kejahatan. Bisa dipastikan dengan sifat global internet, semua negara yang melakukan kegiatan internet hampir pasti akan terkena impas perkembangan cybercrime ini. Berita Kompas Cyber Media (19/3/2002) menulis bahwa berdasarkan survei AC Nielsen 2001 Indonesia ternyata menempati posisi ke enam terbesar di dunia atau ke empat di Asia dalam tindak kejahatan di internet. Meski tidak disebutkan secara rinci kejahatan macam apa saja yang terjadi di Indonesia maupun WNI yang terlibat dalam kejahatan tersebut, hal ini merupakan peringatan bagi semua pihak untuk mewaspadai kejahatan yang telah, sedang, dan akan muncul dari pengguna teknologi informasi (Heru Sutadi, Kompas, 12 April 2002, 30). 5 Bahkan tindak kejahatan yang dilakukan oleh para hacker 5 Lina Khoerunnisa, Kejahatan Di Bidang Komputer (On-Line) tersedia di http://www.pemustaka.com/kejahatan-di-bidang-komputer.html, diakses pada Hari Minggu, Tanggal 27 Mei 2012

4 dan cracker di Indonesia cenderung mengalami peningkatan yang luar biasa sehingga pernah menduduki urutan kedua setelah ukraina 6. Penggunaan teknologi informasi seperti internet sekarang bukan hal yang asing lagi. Informasi berupa data-data yang ada di internet tidak ada lagi batasannya karena siapapun bebas untuk mengambil dan menggunakan informasi tersebut tanpa memperdulikan siapa pemilik dari data tersebut, bahkan data yang diambil bukan hanya data yang tidak diketahui pemiliknya saja melainkan data-data yang dengan sengaja dirahasiakan oleh pemiliknyapun dapat diambil. Hal ini sering terjadi dalam persaingan bisnis dengan maksud untuk lawan bisnisnya. Dunia maya secara perlahan merubah kejahatan yang semula bersifat konvensional seperti pengancaman, pencurian dan penipuan kini dapat dilakukan dengan menggunakan media komputer secara online dengan resiko tertangkap yang sangat kecil, yang dilakukan oleh individu maupun kelompok yang menimbukan kerugian yang sangat banyak baik untuk masyarakat maupun negara 7. Teknologi berkembang sampai kepada dunia maya yaitu suatu hal yang sulit dijangkau oleh manusia. Dunia maya hanya berada dalam angan-angan manusia saja tetapi tidak ada dalam kenyataanya. Hukum positif belum mengarah kepada suatu pembuktian terhadap hal-hal yang bersifat maya, oleh 6 Barda Nawawi Arief, Strategi Penanggulangan Kejahatan Telematika (Yogyakarta: Atma Jaya Yoyakarta, 2010), hlm. 23, mengutip Doni B.U., Komunitas Internet Indonesia Terkena Embargo, dalam http://www.free.ulsm.org/vo3/com/ictwatch/paper/paper033.htm diakses 4 Februari 2003. 7 Maruf Effendi, Fenomena Kejahatan Dunia Maya (Cyber Crime) dan Aplikasi Hukumannya Menuju Ketertiban Masyarakat (On-Line) tersedia di http://www.teknologi.kompasiana.com/internet, diakses pada Hari Rabu, Tanggal 16 Mei 2012

5 sebab itu dalam hal pembuktian sangat sulit untuk dilaksanakan. Sekalipun perangkat hukum seperti Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) sudah dimiliki indonesia, namun peraturan itu masih belum cukup mampu menjerat pelaku tindak pidana di internet. 8 Apalagi dalam Pasal 1 KUHP disebutkan tidak ada perbuatan pidana jika sebelumnya tidak dinyatakan dalam suatu ketentuan undang-undang. Artinya, pasal itu menegaskan kalau pelaku kejahatan internet belum tentu dapat dikenakan sanksi pidana. Itulah alasannya pemerintah indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE (Informasi dan Informasi elektronik) untuk mengatur penggunaan teknologi informasi secara luas dan tearah, demi terciptanya masyarakat elektronik yang selalu menerapkan moral dan etika dalam seluruh aspek kehidupanya. Tindak pidana pencurian diatur dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Adapun isi dari pasal tersebut adalah: Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Berdasarkan Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dimaksud dengan pencurian adalah mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain untuk dimiliki secara melawan hukum. Unsur mengambil ini berarti memindahkan barang yang telah diketahuinya bahwa barang tersebut milik orang lain, sementara itu yang 8 Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung:Refika Aditama,2005),hlm. 6.

6 dimaksud dengan barang adalah setiap benda yang bernilai ekonomis. Salah satu benda yang memiliki nilai ekonomis adalah data yang terdapat dalam jaringan komputer seperti internet. Walaupun tidak berwujud, suatu data dapat benilai ekonomis bagi pemiliknya dan suatu data merupakan benda yang yang tidak berwujud karena tidak dapat disentuh oleh indera manusia. Pelaku tindak pidana pencurian yang objeknya berupa benda berwujud, dapat dijerat oleh hukum yaitu Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) karena pihak yang berwenang (seperti Polisi) dapat dengan mudah untuk mencari dan menemukan bukti-bukti yang riil, sedangkan dalam tindak pidana pencurian melalui dunia maya seperti internet sangat sulit untuk membuktikannya karena bukti-bukti atas kejahatannya sulit untuk didapatkan sehingga pelaku dapat dengan bebas melakukan aksinya secara berulang-ulang tanpa dapat dijerat oleh hukum. Sebagai tindak lanjut dari penanganan tindak pidana pencurian data melalui internet ini, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut dalam bentuk skripsi yang diberi judul TINDAK PIDANA PENCURIAN DATA MELALUI INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

7 B. Pokok Permasalahan Berdasarkan hal-hal yang sebagaimana telah diuraikan oleh penulis diatas, maka timbul beberapa permasalahan yang dapat penulis ajukan dalam skripsi ini. Adapun permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk penerapan Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dapat digunakan untuk menjerat para pelaku tindak pidana pencurian data melalui internet? 2. Bagaimanakah pembuktian hukum dalam kasus pencurian data lewat internet? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bentuk penerapan Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dan UU ITE dapat digunakan untuk menjerat para pelaku tindak pidana pencurian data melalui internet. 2. Untuk mengetahui cara pembuktian dalam kasus pencurian data lewat internet. D. Definisi operasional 1. Data adalah Semua fakta yang dipresentasikan sebagai input baik dalam bentuk untaian kata (teks), angka (numerik), gambar pencitraan (images), suara (voice) yang telah diproses ataupun telah mengalami perubahan

8 bentuk atau penambahan nilai menjadi sesuatu bentuk yang lebih berarti sesuai dengan konteknya. 9 2. Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat elektronik (electronic mail), telegram, teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 10 3. Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu memahaminya. 11 9 Mizamil, Modul Kuliah Hukum Telematika, 2011, Universitas Esa Unggul. 10 Indonesia, Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, LN. No. 58 TLN No. 4843, pasal 1 butir 1. 11 Loc.cit, Undang-Undang No. 11 tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, pasal 1 ayat butir 4.

9 E. Metode Penelitian Dalam rangka mendapatkan data-data yang di perlukan untuk penyelesaian dan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan agar mendapatkan hasil yang ilmiah, maka penulis mempergunakan metode penelitian dengan cara sebagai berikut: 1. Tipe penelitian Dalam rangka mendapatkan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian dan pembahasan skripsi ini secara keseluruhan agar mendapatkan hasil yang ilmiah, maka penulis mempergunakan teknik penelitian hukum normatif, yaitu suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. 12 Pengumpulan data dengan cara mengumpulkan berbagai sumber dari buku-buku yang terdapat di perpustakaan, perundang-undangan, internet, modul kuliah, website, artikel di majalah atau koran serta hasil-hasil penelitian yang bersifat laporan atau sebagai informasi. 2. Sifat penelitian Dikarenakan tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memberikan penjelasan mengenai perbedaan pengaturan hukum di dalam teori dengan kenyataan di lapangan. Maka dalam penelitian ini penulis melakukan penilitian yang bersifat eksplanatoris dimaksudkan untuk menguji hipotesa- 12 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet 3, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm.43.

10 hipotesa tertentu. 13 Bertujuan untuk menemukan korelasi antara beberapa gejala yang ditelaah 14. 3. Bahan Hukum Penelitian Penelitian ini menggunakan berbagai jenis bahan hukum, yang terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer, berupa perundang-undangan yaitu Kitab Undangundang Hukum Pidana dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. b. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan pustaka yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer, seperti hasil-hasil penelitian berupa wawancara dengan aparat kepolisian yang khusus menangani kejahatan di dunia maya, 15 artikel-artikel yang berkaitan dengan kejahatan pencurian data melalui internet. c. Bahan Hukum Tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia dan kamus hukum 16. 13 Ibid, hlm.10. 14 Ibid, hlm.53. 15 Dalam rangka penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan AKBP Audie S. Latuheru, Kepala Subdit IV Cyber Crime Dit Reskrimsus Polda Metro Jaya, tanggal 7 Agustus 2012 pukul 12.30 WIB dan 16 Agustus 2012 pukul 12.00 WIB. 16 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 2009), hlm.33.

11 4. Objek Penelitian Data yang diperoleh selanjutnya dianalis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga tidak mempergunakan grafik angka maupun rumus-rumus, tetapi dilakukan dengan mengklarifikasi masalah-masalah yang ada. 5. Cara Penarikan Kesimpulan Setelah data primer dan data sekunder terkumpul, kemudian diadakan analisis secara kualitatif data berupa uraian-uraian yang sistematis dan penulisannya tidak menggunakan angka-angka dan rumusan statistik. F. Sistematika penulisan Adapun bentuk sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Tediri dari latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II ASPEK HUKUM TINDAK PIDANA PENCURIAN, HUKUM TELEMATIKA DAN PERLINDUNGAN DATA DAN/ATAU INFORMASI PRIBADI DI INTERNET Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai: 1. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencurian Dalam KUHP dan UU ITE. 2. Pengertian Hukum Telematika Serta Aspek-Aspek Dalam Hukum Telematika

12 3. Perlindungan Data Dan/Atau Informasi Pribadi Di Internet BAB III SEJARAH MENGENAI INTERNET, LATAR BELAKANG PEMBENTUKKAN UNDANG-UNDANG TELEMATIKA DAN BEBERAPA CYBER LAW DI NEGARA LAIN Dalam bab ini penulis akan menjelaskan mengenai: 1. Sejarah internet 2. Latar Belakang Pembentukan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik 3. Cyberlaw Di Negara Lain 4. Macam-macam Kejahatan CyberCrime BAB IV ANALISA YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DATA DENGAN PASAL 362 KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) DAN UU ITE Dalam bab ini akan dibahas analisa dari tindak pidana pencurian data melalui internet dihubungkan dengan Pasal 362 Kitab Undangundang Hukum Pidana (KUHP), cara pembuktian dalam kasus pencurian data melalui internet dan penanganan tindak pidana pencurian data melalui internet. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Terdiri dari kesimpulan dan saran.