PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENnaUPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA

UENTERIPERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 12 Tahun 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

PENYELENGGARAANKEWAJIBANPELAYANANPUBLIK BIDANGANGKUTANLAUTUNTUKPENUMPANG KELASEKONOMITAHUNANGGARAN2014

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26, Tam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2008 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

DENGAN RAHMATTUHANYANGMAlIA ESA MENTERI PERHUBUNGAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat-----:--1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2012, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Tata Cara. Pelayanan Umum. Angkutan Laut. Penumpang. Ekonomi. Pertanggung Jawaban. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS MILIK NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Pelayanan Kelas Ekonomi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia

s r DIN c o*o#,]3il ffr Eiltl1' [:bo' EKoNoM I

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 202/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA UPAYA KHUSUS KEDELAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.214, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Dana Cadangan. Benih Nasional. Benih Unggul.

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK. 02/2010 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 210/PMK.02/2009 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DI LAUT

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 107 TAHUN 2017 TENTANG KEWAJIBAN PELAYANAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN JARAK JAUH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 203/PMK.02/2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Subsidi Benih. Prosedur Penggunaan.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 157/PMK.02/2010 TENT ANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 8 TAHUN 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 22/PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.02/2010 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENCAIRAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN LANGSUNG PUPUK

1 of 6 18/12/ :12

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

PENINGKATAN KUALITAS PERENCANAAN, PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN EVALUASI APBN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2013

1 of 6 18/12/ :13

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 413 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 109/PMK. 02/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No beras pemerintah yang sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.02/2009; d. bahwa berdasarkan pertimbangan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 150/PMK.02/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK. 05/2006 TENTANG TATACARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN, DAN PENGELOLAAN DANA DUKUNGAN INFRASTRUKTUR

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 15 /PER/M.KOMINFO/9/2005 TENTANG

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94/PMK.02/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 190/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN IMBAL JASA PENJAMINAN KREDIT USAHA RAKYAT

TENTANG. penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik (public senice obligation) angkutan kereta api kelas ekonomi;

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/2/2007

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 27 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 05 /PER/M.KOMINFO/2/2007

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.02/2010 TENTANG SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM. 9 TAHUN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Pencairan. Pertanggung Jawaban. Cadangan Beras.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERA TURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 155/PMIC 02/2010 TENT ANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: PM. 36 TAHUN 2011 TENTANG PERPOTONGAN DAN/ATAU PERSINGGUNGAN ANTARA JALUR KERETA API DENGAN BANGUNAN LAIN

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Layanan. Pos Universal. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA S..A...LINAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Belanja Pensiun. PT. Taspen. Prosedur.

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Program. Kegiatan. Operasional. Dewan Koperasi Indonesia.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/PMK.05/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207/PMK.02/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

89/PMK.02/2008 SUBSIDI BIAYA PERAWATAN BERAS DAN SUBSIDI PANGAN PROGRAM BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Repu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENT ANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETAAPI PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN, Menimbang : a. dalam rangka menjamin kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan orang dengan kereta api pelayanan kelas ekonomi dengan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah, maka perlu adanya penugasan kepada penyedia jasa angkutan kereta api untuk menyelenggarakan kewajiban pelayanan umum/public Service Obligation (PSG); b. bahwa sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pemerintah dapat memberikan penugasan khusus kepada Badan Usaha Milik Negara guna menyelenggarakan fungsi kemanfaatan umum; C. bahwa berdasarkan pertimbangan hal-hal tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tentang Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Angkutan Orang Dengan Kereta Api Pelayanan Kelas Ekonomi Tahun Anggaran 2011; 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Rebuplik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 tentang Pengalihan Sentuk Perusahaan Umum (Perum) Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 31); 7. Peraturan Pemerintah No 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang kedudukan, tugas dan fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi, tugas, dan fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2010; 11. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 7 Tahun 2009 tentang Tarif Angkutan Penumpang Kereta Api Kelas Ekonomi; 12. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pehubungan; 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nemer PM. 9 Tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimum Untuk Angkutan Orang Dengan Kereta Api; Memperhatikan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Nomor 0035/999-07.1.03/00/2011 tanggal 6 April 2011 telah tersedia alokasi anggaran pelayanan umum angkutan orang dengan kereta api kelas ekonomi tahun anggaran 2011;

MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK ANGKUTAN ORANG DENGAN KERETA API PELAYANAN KELAS EKONOMI TAHUN ANGGARAN 2011. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta api untuk penumpang kelas ekonomi adalah kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta api untuk penumpang kelas ekonomi sebagaimana diatur oleh Menteri Perhubungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang pengelolaannya ditugaskan kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai pelaksana Public Service Obligation (PSO); 2. Penyelenggara Sarana Perkeretaapian adalah PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang ditugaskan oleh Menteri untuk melaksanakan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi dan telah memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan; 3. Menteri adalah Menteri Perhubungan; 4. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perkeretaapian. (1) Kewajiban pelayanan umumlpublic Service Obligation (PSO) bidang angkutan kereta api untuk penumpang kelas ekonomi diselenggarakan oleh Pemerintah yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Penyelenggara Sarana Perkeretaapian; (2) Penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum Public Service Obligation (PSO) bidang angkutan kereta api untuk penumpang kelas ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut : a. berdasarkan tarif dan lintas pelayanan/relasiltrayek dan/atau nama kereta api yang ditetapkan dan/atau yang disetujui oleh Pemerintah; b. memberikan perlakuan dan pelayanan bagi semua pengguna jasa sesuai standar pelayanan minimum yang ditetapkan; c. menjaga keselamatan dan keamanan penumpang. (1) Pelaksanaan penugasan oleh Penyelenggara Angkutan Perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1), diberikan kompensasi oleh Pemerintah. (2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung berdasarkan selisih tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah dengan tarif yang dihitung oleh penyelenggara sarana perkeretaapian berdasarkan pedoman penetapan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah.

(3) Pedoman penetapan tarif sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Menteri tersendiri. (4) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan untuk pelaksanaan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi Public Service Obligation (PSO) sepanjang Tahun Anggaran 2011, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2011 sampai dengan tanggal 31 Desember 2011. (5) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2011 termasuk perubahannya. Pelaksanaan kewajiban pelayanan publiklpublic Service Obligation (PSO) untuk angkutan orang dengan kereta api kelas ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) diatur dalam Kontrak antara Direktur Jenderal dengan Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (Persero). (1) Direktur Jenderal membuat Perjanjian Kerja dengan Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (Persero) berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan. (2) Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Direktur Jenderal dengan Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (Persero). a. para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan alamat; b. pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis jumlah barang/jasa yang diperjanjikan; c. hak dan kewajiban para pihak yang terkait dalam perjanjian; d. nilai atau harga kontrak, serta syarat-syarat pembayaran; e. persyaratan teknis yang jelas dan terinci; f. persyaratan fasilitas pelayanan; g. tempat dan jangka waktu penyelesaian/penyerahan dengan disertai jadwal penyelesaian/penyerahan yang pasti serta syarat-syarat penyerahannya; h. ketentuan mengenai cidera janji dan sanksi dalam hal para pihak tidak memenuhi kewajibannya; i. ketentuan mengenai keadaan memaksa; dan j. penyelesaian perselisihan.

Penyelenggara Angkutan Perkeretaapian dalam melaksanakan penugasan penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik I Public Service Obligation (PSO) wajib : a. mengoperasikan sarana perkeretaapian dengan lintas pelayanan/relasi/trayek yang telah ditetapkan; b. menjaga kelangsungan pelayanan pada Iintas pelayanan/relasi/trayek yang telah ditetapkan; c. melaksanakan tarif sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Menteri; d. mematuhi jadual kereta api yang ditetapkan; e. melaporkan pelaksanaan PSO secara berkala kepada Direktur Jenderal; f. mematuhi kesepakatan yang telah ditetapkan berdasarkan Kontrak/perjanjian tertulis. Dalam pelaksanaan penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik I Public Service Obligation (PSO), Direktur Jenderal berwenang untuk : a. menetapkan lintas pelayanan/relasi/trayek; b. menetapkan jarak tempuh, frekuensi perjalanan dan standar pelayanan minimum; c. menetapkan sanksi dalam hal Penyelenggara Angkutan Perkeretaapian tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dalam kontrak; d. melaksanakan pemantauan, pengawasan dan 'pengendalian serta analisis dan evaluasi terhadap pelaksanaan penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik I Public Service Obligation (PSO) secara berkala dan sewaktu-waktu jika diperlukan dan melapor kepada Menteri. Pengawasan dan pengendalian dalam pelaksanaan kewajiban pelayanan umumlpublic Service Obligation (PSO), bidang angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi dilakukan oleh Direktur Jenderal dan dilaporkan kepada Menteri. (1) Dalam rangka pencairan anggaran penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum bidang angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi, Direktur Jenderal melakukan verifikasi terhadap penyelenggaraan kewajiban pelayanan umumlpublic Service Obiligation (PSO) bidang angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi. (2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal.

(3) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan berdasarkan Standard Operating Prosedure (SOP) pelaksanaan verifikasi penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum/public Service Obligation (PSO) bidang angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi yang disusun dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal. (4) Standard Operating Prosedure (SOP) sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3), memuat paling sedikit, sebagai berikut: a. Ketentuan umum; b. Objek yang akan diverifikasi; dan c. Prosedur pelaksanan verifikasi. (5) HasHverifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). ditandatangani oleh Tim Verifikasi selaku verifikator dan Penyelenggara sarana Perkeretaapian selaku pihak yang diverifikasi dan disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen. (6) Hasil verifikasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam Serita Acara Verifikasi dan ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen selaku pihak yang memverifikasi dan Direktur Utama atau Direktur Penyelenggara sarana Perkeretaapian terkait selaku pihak yang diverifikasi. (7) Serita Acara Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya bersifat administratif dan tidak membebaskan Penyelenggara sarana Perkeretaapian untuk diaudit oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penyelenggara sarana Perkeretaapian bertanggung jawab formal dan material atas pelaksanaan dan penggunaan dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum/public Service Obligation (PSO) bidang angkutan kereta api penumpang kelas ekonomi. Kuasa Pengguna Anggaran bertanggungjawab atas penyaluran dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum/public Service Obligation (PSO) bidang angkutan kereta api untuk penumpang kelas ekonomi kepada Penyelenggara sarana Perkeretaapian. (1) Direksi Penyelenggara sarana Perkeretaapian menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umum/public Service Obligation (PSO) bidang angkutan perkeretaapian penumpang kelas ekonomi kepada Direktur Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktur Jenderal menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran dengan tembusan kepada Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (1) Penggunaan dana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, diaudit oleh auditor yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Laporan hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Kuasa Pengguna Anggaran dan Direktur Jenderal Anggaran. (3) Auditor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah instansi yang berwenang melakukan audit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (1) Dalam hal terdapat selisih kurang antara jumlah dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umumlpublic Service Obligation (PSO) bidang angkutan perkeretaapian penumpang kelas ekonomi yang telah dibayarkan kepada Penyelenggara sarana Perkeretaapian dengan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) pada satu tahun anggaran, kekurangan pembayaran tersebut tidak dapat ditagihkan kepada Negara, sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Dalam hal terdapat selisih lebih antara jumlah dana penyelenggaraan kewajiban pelayanan umumlpublic Service Obligation (PSO) bidang angkutan perkeretaapian penumpang kelas ekonomi yang telah dibayarkan kepada Penyelenggara sarana Perkeretaapian dengan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) pada satu tahun anggaran, kelebihan pembayaran tersebut harus disetor ke Kas Negara oleh Penyelenggara sarana perkeretaapian (penerimaan kembali belanja lainnya rupiah murni tahun anggaran yang lalu). Penyelenggara sarana Perkeretaapian yang ditugaskan untuk melaksanakan penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik/public Service Obligation (PSO), sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) yaitu : Nama Perusahaan Dasar Hukum pendirian perusahaan PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1998 tentang pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Jalan Perintis Kemerdekaan NO.1 Bandung 40117.

Penugasan penyelenggaraan pelayanan angkutan kereta api kelas ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 terhitung sejak tanggal1 Januari 2011 sampai dengan tanggal 31 Desember 2011. Ditetapkan di Pada Tanggal JAKARTA 12 Juli 2011 SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas; 5. Menteri Negara BUMN; 6. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para Kepala Badan di Iingkungan Kementerian Perhubungan; 7. Direksi PT. Kereta Api (Persero). IS SH MM MH Utama Muda (IV/c) 30220 198903 1 001