BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental. laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini ialah eksperimental laboratoris in vivo dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimental laboratoris

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental murni

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium yang dilakukan dengan hewan uji secara in vivo. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test dan controlled group design pada hewan uji.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan. uji dengan posttest only control group design

BAB III METODE PENELITIAN. dengan desain posttest only control group design. perlakuan yang akan diberikan, yaitu 6 kelompok.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris secara in-vitro.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan the post test only control group design. 1) Larva Aedes aegypti L. sehat yang telah mencapai instar III

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Pembuatan ekstrak buah A. comosusdan pembuatan hand sanitizerdilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. eskperimental laboratorik dengan rancangan pre test and post test with control

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorik dengan rancangan penelitian pretest and posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium teknik tekstil Universitas Islam Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vivo pada hewan uji

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan the post test only control group design karena pengukuran. dilakukan sesudah perlakuan pada hewan coba.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan desain posttest

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Skema Alur ekstraksi buah lerak (Sapindus rarak DC) Buah lerak 940 gram dicuci, keluarkan bijinya, daging buah dipotong kecil (±3mm).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah eskperimental

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen laboratories murni in

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

BAB III METODE PENELITIAN. design. Posttest untuk menganalisis perubahan jumlah sel piramid pada

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental murni laboratoris

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

LAMPIRAN LAMPIRAN. LXXIV

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

Transkripsi:

34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan eksperimental laboratories in vivo pada tikus (Sprague Dawley) jantan. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa tempat, yaitu : a. Daun Pepaya akan di dapatkan dari perkebunana pepaya milik warga di daerah Muntilan Magelang Jawa Tengah. b. Pembuatan ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) dilaksanakan di Laboratorium Farmasi unit II Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. c. Pembuatan gel ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) dilaksanakan di Laboratorium Farmasi unit II Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. d. Pembuatan preparat sel PMN di bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. e. Pembacaan preparat dilakukan di Laboratorium Histopatologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta f. Pengukuran diameter luka gingiva tikus (Sprague dawley) jantan dilaksanakan di Laboratorium FKIK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 34

35 2. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan desember 2015 sampai dengan bulan januari 2016. C. Subyek Penelitian 1. Subyek a. Tikus (Sprague Dawley) Jantan (n-1) (t-1) > 15 Subyek yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus yang diperoleh dari Abadi Jaya jalan Gandok gg Narodo No 3X Condong Catur Depok Sleman, Yogyakarta. Tikus yang digunakan berusia ± 3 bulan dengan berat badan berkisar antara 250-300 gram. b. Daun papaya (Carica papaya L.) Daun Pepaya akan di dapatkan di perkebunan milik warga di daerah Muntilan Magelang Jawa Tengah. Ciri-ciri daun yang sehat adalah yang hijau dan tampak bersih. 2. Besar sampel Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dihitung dengan rumus Federrer (1963) : Keterangan : n = jumlah sampel t = jumlah variabel sehingga didapatkan, (n-1) (t-1) > 15 (n-1) (3-1) > 15 n = 8,5

36 Dengan pembulatan maka n=9 dan asumsi drop out 2 tiap kelompok, sehingga jumlah subyek penelitian yang digunakan pada tiap kelompok n= 11 ekor. Pada penelitian ini terdapat 3 kelompok perlakuan, sehingga total subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah 33 ekor tikus (Sprague dawley) jantan. D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subyek penelitian yang digunakan adalah 33 ekor tikus (Sprague dawley) jantan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. 1. Kriteria inklusi a. Tikus putih jantan 1) Jenis kelamin = Jantan 2) Umur = 2-3 bulan 3) Berat = 250-300 gram 4) Aktif b. Daun papaya (Carica papaya L.) Daun papaya yang baik adalah berwarna hijau segar. 2. Kriteria eksklusi a. Tikus putih betina 1) Umur 2-3 bulan 2) Berat 250-300 gram 3) Diketahui terjangkit penyakit atau tidak aktif 4) Diketahui mati sebelum perlakuan selesai

37 b. Daun papaya (Carica papaya L.) Daun papaya yang berwarna kecoklatan. E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi variabel penelitian a. Variabel pengaruh 1) Gel ekstrak daun pepaya konsentrasi 75% 2) Kontrol positif : Kenalog 10% 3) Kontrol negatif : Aquades b. Variabel terpengaruh Variabel terpengaruh dalam penelitian ini adalah ukuran diameter luka pada proses penyembuhan luka gingiva pada tikus ( Sprague dawley) jantan. c. Variabel terkendali 1) Jenis kelamin tikus, yaitu tikus (Sprague Dawley) jantan 2) Umur tikus sekitar 2-3 bulan 3) Berat badan tikus 250 gram hingga 300 gram 4) Makanan tikus mengunakan pellet AD-2 11 dan air mineral 5) Air minum : air mineral 6) Alat mengoleskan bahan hidrogen peroksida 7) Pengukuran pembuatan gel ekstrak 8) Pengukuran diameter luka

38 d. Variabel tidak terkendali 1) Infeksi bakteri 2) Penurunan berat badan tikus jantan 3) Komplikasi pasca perlukaan gingiva 2. Definisi operasional a. Hidrogen peroksida adalah zat kimia yang terkandung dalam bahan bleaching yang memiliki konsenterasi tertinggi yang biasa dipakai di tempat praktek dokter gigi adalah konsenterasi 35% yang dapat memberikan proses pemutihan gigi yang baik dibanding bahan pemutih gigi yang lainnya namun disamping kelebihannya itu hidrogen peroksida 35% jika tidak diaplikasikan dengan baik dapat menimbulkan efek samping jika terkena gingiva. Pada penelitian ini akan dilakukan tindakan perlukaan pada daerah gingiva tikus dilakukan dengan cara mengoleskan bahan bleaching kandungan hidrogen peroksida 35% menggunakan micro brush sesuai dengan konsentrasi yang terkandung dalam bahan bleaching, lalu daerah yang diolesi akan timbul luka melepuh akibat zat kimia. b. Ekstrak daun papaya adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstrak senyawa aktif dari simplisia nabati daun pepaya menggunakan pelarut yang sesuai. Ekstrak dengan metode maserasi dengan cara merendam di dalam etanol 70% selama 24 jam dan disaring hingga didapatkan ekstrak kental 100%. Larutan yang

39 diperoleh dipanaskan diatas pemanas hingga menguap dan menyisakan ekstrak kental (pekat). c. Daun papaya mempunyai kandungan saponin, tanin, dan flavonoid yang berfungsi dalam membantu proses penyembuhan luka. d. Gel ekstrak daun pepaya adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar dengan kandungan ekstrak yang diperoleh dengan melalui proses penyaringan daun pepaya menggunakan pelarut etanol 70%. e. Pengamatan proses penyembuhan luka gingiva diperoleh dengan melakukan pengukuran diameter luka pada gingiva yang sebelumnya sudah diberikan pengobatan dengan menggunakan gel ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) 75% f. Sel PMN (neutrofil) jarang ditemukan dalam jaringan ikat normal, dan akan berjumlah banyak pada saat proses inflamasi. Akan dilakukan pengamatan secara mikroskopis melalui pengamatan preparat menggunkanan pewarnaan HE F. Instrumen Penelitian 1. Bahan a. Daun papaya (Carica papaya L.) 3 kg sebagai bahan dasar ekstrak b. Kenalog in ora base 10% sebagai obat pembanding kelompok ke-1 c. Etanol 70%, untuk pelarut ekstrak d. Tikus (Sprague Dawley) jantan sebagai hewan uji.

40 e. Natrium CMC (CMC-Na) 3gram (5%) sebagai bahan tambahan dalam pembuatan gel f. Aquades 100ml (10%) steril sebagai pembanding ke-2 g. Pellet AD-2-11, bahan pakan tikus h. Alkohol 70% i. Stik ph universal untuk mengukur Ph pada ekstrak j. Xylol untuk larutan yang digunakan saat pembuatan preparat k. Kapas sebagai alat bantu dalam proses induksi luka serta saat proses perlakuan berjalan l. Hidrogen peroksida 35% sebagai bahan uang digunakan untuk menginduksikan luka m. Chloroform dari toko bahan kimia Bratachem 2. Alat alat a. Penyaring, untuk menyaring ekstrak daun pepaya b. Pemanas, untuk memanaskan larutan ekstrak daun pepaya c. Autoklave, untuk sterilisasi alat-alat pembuatan ekstrak daun pepaya d. Timbangan, untuk menimbang bahan saat pembuatan ekstrak daun papaya dan saat pembuatan gel ekstrak daun pepaya e. Gelas ukur dan gelas beker, sebagai alat ukur larutan saat proses ektraksi daun pepaya f. Water bath, pemanas bahan ekstrak daun pepaya g. Cahwan porselin, wadah pemanas bahan ekstrak daun pepaya

41 h. Sendok stainless stell, sebagai pengaduk saat proses pembuatan gel ekstrak daun pepaya i. Mortil, tempat pencampuran bahan saat pembuatan gel ekstrak daun pepaya j. Botol gel, untuk menyimpan gel ekstrak daun pepaya k. Kaca alroji, untuk uji daya serap gel ekstrak daun pepaya l. Sentrifugator, untuk uji konsentrasi larutan ekstrak daun pepaya m. Kandang tikus diberi kode nomor n. Jangka sorong untuk alat pengukuran diameter luka pada gingival tikus o. Micro brush, untuk pengolesan dalam setiap perlakuan G. Cara Kerja 1. Tahap persiapan a. Ekstraksi bahan uji Pembuatan ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) 75% dilakukan di LPPT UNIT II UGM. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi dengan bahan pelarut etanol 70%. 3 kilogram daun pepaya dicuci terlebih dahulu hingga bersih, kemudian di keringkan dengan menggunakan oven. Langkah selanjutnya, daun papaya dipotong kecil, kemudian diblender dan disaring lalu diambil serbuknya sebesar 300 gram. Rendam di dalam etanol 70% selama 24 jam dan dilakukan penyaringan hingga didapatkan ekstrak kental 100%. Kemudian larutan yang diperoleh dipanaskan diatas pemanas hingga menguap dan menyisakan ekstrak kental (pekat).

42 b. Pembuatan bentuk sedia an gel Pembuatan gel ekstrak daun pepaya terdiri dari bahan basis gel dan yang berperan sebagai basisnya adalah bahan-bahan seperti natrium CMC (CMC-Na) 5 gram (5%) dan aquades 70 ml (0%) steril. Adapun proses pembuatan gel adalah sebagai berikut : 1) Siapkan bahan dasar pembuat gel yaitu serbuk CMC-Na. 2) Timbang CMC-Na seberat 5 gram, masukkan ke dalam gelas ukur. 3) Larutkan bahan dasar dengan aquades sebanyak 100 gram sedikit demi sedikit dan di aduk sampai rata. 4) Selanjutnya tambahkan ekstrak daun papaya sesuai dengan konsentrasi yaitu 75% 5) Masukkan ekstrak ke dalam gelas beker dan satukan dengan serbuk CMC-Na, aduk sampai rata sehingga membentuk masa gel. 6) Setelah bahan menjadi padat maka akan menghasilkan 100 gram gel ekstrak daun papaya dengan konsentrasi 75% setelah itu bahan tersebut di masukkan ke botol gel dan disimpan di dalam lemari es bersuhu 4-6ºC.

43 Daun papaya (Carica papaya L.) 3 kg dicuci bersih dengan air Daun papaya (Carica Papaya L.) dikeringkan pada suhu 60-70 o C Daun digiling dengan menggunakan blender hingga berupa serbuk Serbuk (Carica Papaya L.) direndam dengan etanol 70% sambil di aduk selama 30 menit lalu diamkan selama 24 jam Ampas filltrat Diuapkan dengan vacuum rotary evaporator dengan suhu 70 o C Ekstrak kental Daun papaya (Carica Papaya L.) dengan konsentrasi 100% Pembuatan gel ekstrak Daun papaya (Carica Papaya L.) 75% Gambar 4. Pembuatan Gel

44 c. Cara pengaplikasian gel 1) Siapkan gel ekstrak daun papaya (Carica papaya L.) 75%. 2) Ambil gel dengan menggunakan micro brush sekitar 0,01mm dan oleskan pada luka gingiva tikus satu kali sehari selama 7 hari. 3) Perlakuan tersebut terus dilakukaan dimulai pada hari ke-1 setelah 24 jam gingiva berkontak dengan hidrogen peroksida 35% sampai luka pada gingiva tikus (Sprague dawley) jantan sembuh sesuai dengan indikator atau parameter sembuhnya luka. d. Persiapan hewan uji Sebelum dilakukan perlakuan, hewan uji diadaptasikan (diaklimatisasi) selama 3 hari. Hewan uji yang berjumlah 33 ekor dibagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok I (diaplikasikan kenalog) sebanyak 11 ekor, kelompok II ( perlakuan gel ekstrak daun papaya) konsentrasi 75% sebanyak 11 ekor, kelompok kontrol III (diaplikasikan aquades) sebanyak 11 ekor. Masing-masing kelompok dikandang yang berbeda dan diletakkan pada kondisi lingkungan yang sama serta diberi kode nomer. 2. Jalannya penelitian a. Induksi luka pada tikus (Sprague dawley) jantan Tikus yang sudah diadaptasikan dengan lingkungan laboratorium selama satu minggu diolesi hidrogen peroksida 35% menggunakan micro brush dan ditunggu hinga 24 jam. Luka yang akan nampak adalah luka melepuh berwarna keputihan yang diakibatkan dari iritasi

45 zat kimia yang tergolong sebagai luka bakar (Sjamsuhidayat dan Jong, 2012). Tiga puluh tiga ekor tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif diaplikasikan kenalog 10% (kelompok I), Kelompok perlakuan gel ekstrak daun papaya 75% (II), kelompok positif aplikasi aquades (kelompok III). Hari ke nol (0), 33 ekor tikus putih (Sprague Dwaley) jantan di beri perlukaan dengan mengoleskan hidrogen peroksida 35%, kemudian diberi perlakuan pada hari ke-1 yaitu setalah 24 jam pasca perlakuan hidrogen peroksida 35%. Pada masing-masing kelompok pada hari ke-1, ke-3, ke-5 dan ke- 7 setelah dibuat perlukaan ambil 1 ekor tikus secara random dari tiap kelompok perlakuan lalu diukur diameter luka menggunakan jangka sorong serta diambil foto luka nya dengan jarak foto yang disesuaika pada setiap kali foto, setelah itu tikus-tikus yang telah diukur dan di foto akan dikorbankan untuk diambil rahangnya (dekapitulasi rahang). b. Pemberian Perlakuan gel ekstrak Tikus yang sudah dikelompokkan dan diukur diameternya diberikan perlakuan sesuai kelompoknya. Kelompok I adalah kelompok hewan uji kontrol positif dengan diberikan kenalog. Kelompok II adalah kelompok hewan uji dengan kontrol positif yang diberikan aquades. Kelompok III adalah kelompok hewan uji diberi sediaan gel ekstrak daun papaya (Carica papaya L.). Pemberian setiap

46 perlakuan dilakukan setiap hari dengan volume 0,1 ml sampai luka pada tikus sembuh. c. Evaluasi luka Evaluasi luka dilakukan pada hari ke-1 sebelum diberi perlakuan menggunakan gel ekstrak daun papaya 75%, kenalog, dan aquades untuk melihat luka yang sedang mengalami inflamasi setelah 24 jam terkena hidrogen peroksida 35%, lalu diamati lagi pada hari ke- 1, ke-3, ke-5 dan ke-7 pasca diberi perlakuan. Jalannya evaluasi melalui pengamatan lama waktu penyembuhan luka dengan indikator pengecilan diameter luka (Rahman dkk.,2013). Selain itu juga dilakukan pengambilan foto dengan jarak kamera dan luka yang disamakan setiap kali diamati. d. Pembuatan preparat Organ rahang yang telah didekapitulasi kemudian dimasukkan ke formalin 10% untuk disimpan dan selanjutnya dibuat preparat. Metode pembuatan preparat histopatologi berdasarkan Dirjen Kesehatan Hewan (1999) adalah sebagai berikut : 1) Spesimen diambil segera setelah hewan mati, jika terlambat akan terjadi autolisis sehingga akan mengacaukan interpretasi. 2) Dilakukan pemotongan jaringan untuk spesimen agar berisi jaringan yang mengalami perubahan dari jaringan normal, penelitian ini menggunakan pemotongan melintang.

47 3) Tebal spesimen tidak boleh lebih dari 5mm untuk mempermudah penetrasi cairan fiksasi. 4) Spesimen difiksasi segera dengan formalin 10%. 5) Perbandingan volume spesimen dengan larutan formalin adalah 1:10, agar didapat hasil fiksasi yang sempurna. 6) Setiap kontainer spesimen diberi label yang berisi informasi tentang identitas hewan, tanggal pengambilan spesimen, macam spesimen dan bahan pengawet yang dipakai. 7) Kontainer tersebut harus tertutup rapat dan tidak boleh bocor. 8) Dihindarkan agar tidak membekukan jaringan yang akan dipilih dengan pemeriksaan histopatologi. Untuk melihat sel PMN maka digunakan perwarnaan dengan HE. Jaringan yang akan diberi pewarnaan diparafinisasi dengan menggunakan larutan Xylol dan alkohol yang dilanjutkan dengan proses rehidrasi dengan alkohol, kemudian dicuci dengan air mengalir dan dibilas dengan aquades lalu dilap. Kaca benda kemudian dimasukkan kedalam Hematoksilin Meyers dan dicuci dengan air mengalir serta dibilas dengan aquades. Proses pewarnaan dilanjutkan dengan memasukkan kaca benda ke dalam Mallory untuk pewarnaan dilanjutkan dengan memasukkan kaca benda ke dalam Mallory untuk pewarnaan Mallory, lalu pewarnaan dinilai dibawah mikroskop cahaya. Bila pewarnaan telah dianggap baik maka selanjutnya adalah proses dehidrasi dengan alkohol secara bertingkat kemudian dilap,

48 setelah itu, dimasukkan kedalam larutan Xylol dan terakhir objek glass ditutup dengan deck glass dan dilakukan pengamatan dengan mikroskop cahaya dengan perbesaran 40x. e. Pembacaan preparat histopatologi Kriteria penilaian histologi sel PMN dibuat berdasarkan jumlah sel nya. Dilihat dengan mikroskop cahaya pada perbesaran 40x. dilakukan penjumlahan sel PMN dengan cara melihat pada 5 lapang pandang lalu di bagi sejumlah lapang pandangnya dan di ambil nilai rata-ratanya pada setiap sediaan preparat. H. Analisi Data 1. Uji normalitas yang digunakan adalah Saphiro Wilk karena sampel < 50 2. Jika distribusi data normal maka akan dilakukan analisa dengan uji One Way Anova. Perbedaan dianggap bermakna jika p >0,05 3. Jika distribusi data tidak normal maka akan dilakukan analisa dengan uji Kruskal Wallis. Perbedaan dianggap brmakna jika p>0,05 4. Uji lanjutan dengan menggunakan uji Least Significant Difference untuk mengetahui perbedaan tiap kelompok I. Etik Penelitian Penelitian dilakukan dengan melindungi hak subyek selama proses penelitian, untuk itu peneliti mengajukan ethical clearance dan mendapatkan persetujuan dari Tim Komite Etik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bahwa penelitian dilakukan tidak melanggar kode etik penelitian.

49 Manfaat yang diharapkan adalah untuk membuktikan secara ilmiah tentang efektifitas gel ekstrak daun pepaya (Carica papaya L.) terhadap penurunan diameter luka pada proses penyembuhan luka pada gingiva tikus (Sprague Dawley) jantan akibat efek samping bleaching kandungan hidrogen peroksida 35%.