DETEKSI DAMPAK BERANTAI BUDIDAYA IKAN KARAMBA JARING APUNG TERHADAP NILAI MANFAAT WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI

dokumen-dokumen yang mirip
permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Bab V Hasil dan Pembahasan

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

2014 KAJIAN KUALITAS AIR TANAH DI SEKITAR KAWASAN BUDIDAYA IKAN PADA KERAMBA JARING APUNG DI WADUK JATILUHUR KABUPATEN PURWAKARTA

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Makalah Baku Mutu Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

III. METODE PENELITIAN

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

KUALITAS DAN BEBAN PENCEMARAN PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB IV TINJAUAN AIR BAKU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

Lampiran 1. Diagram alir instalasi pengolahan air Dekeng

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

Bab V Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN KUALITAS AIR

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh. lpdstltut PERTANIAN BOGOR IRMA PUDRI4RII R. F FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAM

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

ANALISIS WARNA, SUHU, ph DAN SALINITAS AIR SUMUR BOR DI KOTA PALOPO

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ir. H. Djuanda di bagian hilir DAS (luas permukaan air ha) selesai dibangun tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. METODE PENELITIAN

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Hasil analisa laboratorium terhadap konsentrasi zat pada WTH 1-4 jam dengan suplai udara 30 liter/menit

MONITORING KUALITAS AIR DI WADUK Ir. H. DJUANDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

Transkripsi:

Makalah Pendamping: Kimia 27 DETEKSI DAMPAK BERANTAI BUDIDAYA IKAN KARAMBA JARING APUNG TERHADAP NILAI MANFAAT WADUK GAJAH MUNGKUR WONOGIRI Peni Pujiastuti Prodi Analis Kimia Fakultas Teknik Universitas Setia Budi Jl. Let. Jen. Sutoyo Mojosongo Surakarta, Telp. 0271 852518 Fax. 0271 853275 email: p3n1qu_usb@yahoo.com Abstrak Salah satu potensi daerah Kabupaten Wonogiri adalah waduk Gajah Mungkur, merupakan sumberdaya alam yang sangat strategis dan penting bagi perkembangan perekonomian di Kabupaten Wonogiri. Mempunyai nilai manfaat sebagai sumber air untuk irigasi di daerah hilir, sumber air minum PDAM, sumber energi PLTA, budidaya perikanan karamba jaring apung dan pariwisata. Kegiatan budidaya Perikanan sistem karamba jaring apung mampu meningkatkan taraf hidup petani ikan setempat, namun di lain pihak apabila kegiatan ini tidak dipantau secara serius akan merebak sehingga melebihi daya dukung lingkungan sekitarnya. Dimungkinkan dapat menimbulkan dampak berantai pada sistem perikanan, pertanian, perindustrian, pembangkit listrik tenaga air dan pariwisata. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui kualitas air waduk Gajah Mungkur sehubungan dengan usaha budidaya ikan karamba jaring apung; (2) Mengetahui pengaruh limbah pakan ikan terhadap kualitas air waduk dibandingkan dengan baku mutu yang ada; (3) Mempelajari kemungkinan dampak berantai yang ditimbulkan dari limbah pakan ikan dari budidaya ikan dengan karamba jaring apung. Metode penelitian ini adalah deskriptif analitis laboratories dengan menggunakan teknik studi kepustakaan, penelaahan berbagai rujukan yang berkaitan dengan permasalahan, survei lapangan dan analisis laboratorium terhadap beberapa parameter fisika dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kualitas air waduk Gajah Mungkur berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, secara keseluruhan masih memenuhi baku mutu air kelas dua untuk air baku air minum, memenuhi baku mutu kelas tiga untuk perikanan, pertanian dan baku mutu kelas empat untuk PLTA, kecuali parameter kecerahan dan karbondioksida; (2) Usaha karamba jaring apung masih memenuhi syarat belum melebihi 10% dari luas waduk dan belum menunjukkan gejala pencemaran yang disebabkan oleh limbah pakan ikan secara signifikan; (3) Belum terlihat adanya dampak negatif berantai akibat budidaya ikan karamba jaring apung di daerah Wonogiri, akan tetapi perlu dikendalikan sebab dalam lima tahun terakhir tren kualitas air mengalami penurunan. Kata Kunci: WG, Kualitas air, Jakapung, Dampak Beranta PENDAHULUAN Kaslan A. Thohir (1991) mendefinisikan waduk adalah situ buatan manusia atau situ asli yang keadaannya telah diperbaiki. Berfungsi mengumpulkan, menyimpan air dan dipergunakan pada saat yang tepat. Keberadaan ekosistem waduk sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup flora fauna, sumber air, pengendali banjir, tenaga listrik, juga memberikan fungsi yang menguntungkan bagi kepentingan hidup manusia seperti rekreasi, rumah tangga, pertanian, perikanan. Berbagai kegiatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran bagi ekosistem waduk, sehingga peranan sumberdaya air waduk di berbagai sektor akan terkena dampaknya. Waduk Gadjah Mungkur Wonogiri merupakan sumberdaya alam buatan potensi daerah Kabupaten Wonogiri. Terletak kurang lebih 9 (sembilan) kilometer ke arah barat daya kota Wonogiri. Potensi sumber daya ini dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan budidaya ikan dalam karamba jaring apung. Telah dikembangkan budidaya ikan air tawar sejak tahun 1993 sampai sekarang dengan jumlah petak yang meningkat mulai tahun 1993 berjumlah 185 petak karamba, meningkat menjadi 231 petak tahun 2003 (Pujiastuti, 2003). Hasil penelitian Sudarmono (2006) menunjukkan bahwa perkembangan jumlah karamba yang menempati perairan waduk Gadjah Mungkur telah menyimpang dari peraturan yang ditetapkan. Usaha karamba yang lokasinya seharusnya hanya berada pada zona usaha perikanan telah menyebar ke zona wisata, zona suaka serta zona bebas.untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian kualitas air waduk dan air pada zona pemeliharaan ikan. Limbah pakan ikan yang menumpuk bertahun-tahun sehingga melebihi batas ambang, akan menurunkan kualitas air antara lain derajad keasaman air diperkirakan mencapai 4 sampai 5 dibawah kondisi normal yaitu 7 sampai 8 (Pujiastuti, 2003). Penurunan kualitas air akan menaikkan tingkat kerusakan bagian-bagian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dilewati seperti sistem cooler, turbin, dan lain-lain (Sumarna, 2005), merusak kehidupan biota air maupun, merusak tanaman yang dialiri. Perubahan kualitas air dapat menyebabkan perubahan fungsi air waduk Gadjah Mungkur yang multi guna tersebut, sehingga dampak berantai tak bisa dihindari lagi. Deteksi lebih dini terhadap kualitas air Waduk Gadjah Mungkur Wonogiridapat mencegah kemungkinan timbulnya dampak yang lebih luas.

28 Makalah Pendamping: Kimia Mempelajari latar belakang diatas maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kualitas air waduk Gajah Mungkur Wonogiri pada titik inlet, titik outlet dan zona manfaat dibandingkan dengan PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air. 2. Apakah limbah pakan ikan pada usaha budidaya ikan dalam karamba jaring apung telah berpengaruh terhadap penurunan kualitas air waduk Gadjah Mungkur di beberapa titik manfaat air, antara lain irigasi, sumber air baku PDAM, PLTA dan perikanan? 3. Apakah kualitas air di waduk Gajah Mungkur Wonogiri membawa dampak terhadap nilai manfaat air waduk antara lain pertanian daerah hilir, kerusakan cooler dan turbin PLTA Wonogiri, penurunan kualitas air minum dari PDAM Wonogiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemungkinan penurunan kua-litas air dan kemungkinan terjadinya dampak berantai terhadap ekosistem waduk, irigasi pertanian, pembangkit listrik tenaga air, air baku perusahaan air minum daerah dari budidaya ikan dalam karamba jaring apung. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai peta kualitas air waduk di titik input dari DAS, titik out put dan pada titik manfaat air, serta dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk mencegah terjadinya dampak berantai METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian Deskriptif laboratoris. Penelitian ini akan memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti. Lokasi Penelitian adalah waduk Gadjah Mungkur Wonogiri pada daerah inlet, outlet dan daerah pemanfaatan air waduk untuk bahan baku air minum, budidaya ikan, pertanian dan untuk pembangkit listrik tenaga air. Lokasi inlet dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air waduk setelah masuknya air sungai ke badan air waduk yaitu dari DAS Wuryantoro, DAS Beling, DAS Alang-alang, DAS Wiroko, dan DAS Keduang. Sedangkan untuk mengetahui kualitas air waduk secara umum ditetapkan lokasi penelitiannya adalah di bagian tengah waduk. Penentuan lokasi daerah outlet waduk dimaksudkan untuk mengetahui kualitas air waduk secara keseluruhan bila dibandingkan dengan kualitas air di daerah masuknya air waduk. Variabel Penelitian, variabel bebas: daerah Inlet air waduk, outlet air waduk dan titik manfaat. Sedangkan variable tetap: suhu, warna, ph, kekeruhan, total padatan terlarut, oksigen terlarut, amoniak bebas, nitrit, BOD, COD dan logam berat Cr. Teknik pengumpulan data menggunakan alat-alat gelas laboratorium sesuai SNI 06-2421-1991 dan SNI 06-2413-1991. Bahan: Kalium-merkuri sulfat, asam sulfat pekatperak sulfat, indicator feroin, serbuk ammonium sulfat, baku kalium dikromat 0,025N, asam sulfat pekat, air suling, serbuk asam sulfama, NH 4 Cl, Larutan Nessler, Buffer Borat, NaOH 6N, H 2 SO 4 1N, asam borat 2%, kertas ph universal, HNO 3 pekat. Teknik Penentuan Titik Penarikan sampel air waduk mengacu prinsip pengelolaan dan pengambilan sampel lingkungan (Hadi, A. 2005) dan Standar Nasional Indonesia No. 6989.57:2008 tentang metode pengambilan contoh air permukaan. Sampling dilakukan pada pagi hari kurang lebih jam 08.00, sebanyak tiga (3) kali ulangan sampling pada hari yang berbeda. Pada masing-masing titik sampling diambil secara representatif sesuai aturan SNI No. 6989.57:2008 sebanyak 5 liter dengan menggunakan jerigen plastik 5 liter. Kemudian sampel di bawa ke laboratorium Air & Limbah Universitas Setia Budi. Prosedur Analisis Sifat Fisika Air Waduk mengacu SNI 06-2413-1991, dan SNI 06-6989.11: 2004, Analisis COD mengacu SNI 06-2504-1991 tentang cara uji kebutuhan oksigen kimiawi air limbah, Analisis oksigen terlarut mengacu pada SNI 06-2425-1991 dan SNI 06-6989.14:2004, Analisis logam berat dengan spektrofotometer serapan atom (AAS) mengacu pada SNI 19-1127-1989 untuk Fe, SNI 19-1138-1989 untuk Pb, SNI 06-2511- 1991 untuk Cr, SNI 06-2462-1991 untuk Hg, SNI 06-2507-1991. Analisis data, data hasil uji laboratorium terhadap beberapa parameter kualitas air dibandingkan dengan baku mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air untuk menentukan kualitas air dari beberapa titik sampling tsb. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Waduk Untuk Budidaya Ikan Karamba Jaring Apung Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap kualitas air waduk yang diambil disekitar tempat budidaya ikan dengan sistem karamba jaring apung, seperti tertera dalam grafik 1 dan grafik 2 dan secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1.

Makalah Pendamping: Kimia 29 Kualitas Air Waduk Gajah Mungkur 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 (C) (mg/l) NTU (mg/l) (mg/l) rerata inlet Zona budidaya rerata outlet Suhu TSS Kekeruhan ph CO2 bebas DO " ",-.%." Gambar 1. Grafik Kualitas Air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Pada Titik Sampling Inlet, Zona Budidaya Ikan, dan outlet Data-data tersebut di jabarkan dalam pembahasan di bawah ini. a. Parameter Kandungan Oksigen Hasil pemeriksaan laboratorium pada tahun 1995-1999 menunjukkan angka 5,3-7,5 mg/l dan tahun 2003 menunjukkan angka rerata 6,1 mg/l (Pujiastuti, 2003). Pada penelitian ini kandungan Oksigen terlarut pada daerah inlet berkisar antara 5,12-8,3 mg/l dan daerah karamba 6,1 mg/l. Menurut Suhaili Asmawi ( 1984) untuk budidaya ikan kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 4 mg /l, Jadi kandungan Oksigen terlarut di sekitar tempat pemeliharaan ikan dengan sistem karamba jaring apung, masih memenuhi syarat untuk budidaya ikan. b. Parameter Derajad Keasaman Derajad keasaman adalah ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah masih asam ataukah basa. Derajad keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan air, sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk untuk untuk menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup biota air. Data yang diperoleh selama kurun waktu 1995-2003, keasaman air waduk Gajah Mungkur Wonogiri sekitar 7,5-8,4 (Pujiastuti, 2003). Pada penelitian ini derajad keasamana daerah inlet berkisar 7,13-7,48 dan zona budidaya ikan karamba adalah 7,7. Perairan yang baik untuk budidaya ikan adalah perairan dengan derajat keasaman 6-8,7 (Suhaili Asmawi, 1984) dan PP. No. 20 tahun 1990 mensyaratkan kualitas air kelas tiga untuk perikanan berkisar antara 6-9. Dengan demikian kualitas air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri daerah inlet maupun zona karamba masih sesuai untuk budidaya ikan. c. Parameter Suhu Suhu air mempunyai pengaruh yang nyata terhadap proses pertukaran atau metabolisme makhluk hidup. Selain mempengaruhi proses pertukaran zat, suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen yang terlarut adalam air, juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan nafsu makan ikan. Dalam berbagai hal suhu berfungsi sebagai syarat rangsangan alam yang menentukan beberapa proses seperti migrasi, bertelur, metabolisme, dan lain sebagainya. Diperairan zona budidaya ikan karamba mempunyai kisaran suhu antara 28,24 C. Ikan dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 25-32 C, tetapi dengan perubahan suhu yang mendadak dapat membuat ikan stress. Dengan demikian kisaran suhu di lokasi budidaya ikan di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri masih sesuai untuk budidaya ikan. d. Kecerahan Parameter kecerahan dapat untuk mengetahui sampai dimana proses asimilasi dapat berlangsung di dalam air. Air yang tidak terlampau keruh dan tidak terlampau jernih baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang baik adalah kekeruhan yang disebabkan oleh jasad renik atau plankton. Hasil pemeriksaan laboratorium nilai kecerahan air waduk Gajah Mungkur Wonogiri dari tahun 1995-1999 berkisar antara 98,2-102 cm, tahun 2003 sebesar 84 cm (Pujiastuti, 2003). Pada penelitian ini kecerahan air pada zona budidaya ikan karamba adalah 82,2 cm.

30 Makalah Pendamping: Kimia Nilai kecerahan yang baik untuk pemeliharaan ikan adalah antara 98,2-102 cm. Dengan demikian kecerahan air disekitar lokasi budidaya ikan karamba jaring apung mengalami penurunan. Hal ini mungkin disebabkan oleh akumulasi pakan ikan dan sedimentasi air waduk akibat erosi di daerah hulu. e. Kandungan Karbondioksida Karbondioksida memegang peranan yang penting sebagai unsur makanan untuk semua tumbuhan berhijau daun untuk berasimilasi, baik tumbuhan renik yang merupakan phytoplankton dalam air maupun tumbuhan lainnya. Kadar karbondioksida di lokasi budidaya ikan mengalami kenaikan dari tahun 1995-1999 berkisar antara 7,79-9,29 mg/l (Pujiastuti, 2003). Pada Penelitian ini kualitas air pada zona karamba mengalami peningkatan yaitu 14,5 mg/l. Menurut Djariah (1994) keadaan konsentrasi karbondioksida yang masih dapat ditolerir oleh ikan nila merah adalah tidak lebih dari 15 mg/l. Dari data diatas berarti perairan di lokasi budidaya ikan masih layak untuk membudidayakan ikan nila merah, hanya saja perlu diwaspadai agar tidak terjadi peningkatan, sebab kandungan karbondioksida sudah mendekati ambang batas toleransi. f. Kandungan Nitrogen sebagai Amoniak, Nitrit, dan Nitrat Keberadaan senyawa nitrogen dalam perairan dengan kadar yang berlebihan dapat menimbulkan permasalahan pencemaran. Kandungan nitrogen yang tinggi di suatu perairan dapat disebabkan oleh limbah yang berasal dari limbah domestik, pertanian, peternakan dan industri. Hal ini berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton. Hasil pengukuran kadar nitrat di perairan waduk Gajah Mungkur Wonogiri berkisar antara 0,18 1,05 mg/l. Secara umum, kandungan nitrat perairan waduk masih berada di bawah baku mutu air kelas 1, yang mensyaratkan kandungan nitrat untuk air baku air minum maksimal 10 mg/l. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perairan waduk Gajah Mungkur Wonogiri tergolong tidak tercemar oleh senyawa nitrat dan masih layak sebagai sumber air baku air minum. 2. Kualitas Air Waduk Terhadap Baku Mutu Air Berdasarkan SK Gubernur Jateng No. 660.1/26/1990 Sesuai dengan pemanfaatan air waduk Gajah Mungkur Gajah Mungkur Wonogiri yaitu untuk air baku air minum di PDAM, pembangkit tenaga listrik, pertanian dan perikanan, maka kualitas air waduk yang diambil di daerah output waduk didasarkan pada kualitas air kelas dua, tiga dan empat. Menurut PP No. 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan air kelas dua adalah air baku yang baik untuk air minum dan rumah tangga, dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lainnya tetapi tidak sesuai dengan kelas satu. Adapaun air baku kelas tiga adalah air baku yang baik untuk keperluan perikanan dan peternakan. Sedangkan air kelas empat adalah air yang baik untuk keperluan pertanian, dan dapat simanfaatkan untuk perkantoran, industri, listrik tenaga air. Hasil pemeriksaan air Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang diambil pada outlet waduk yang dimanfaatkan untuk beberapa keperluan dapat dibaca pada grafik 2. ' ('' ) * +",, -.- +- / /*# / /# / /" Gambar 2. Grafik Hubungan Kualitas Air WGM pada Zona KJA dengan Zona Manfaa 0$ +1% 2. 0 "&"$! %& 3!#!$ %!!43 ## 3# & $ 2 5 "34& & %! 3"3 3 % %$4!43 "! % & 06(7 "& &!#" 3$3 &## 3# "&4 4! "$ "$ 4 0,!,+,-.%."/&012&+31/.%##".# % $ # "! "&" 33%"##$ 3$ 3 " 4 $!#!&" " # &! ', 7. "33& &3" 3#" 3& %" "&% &! $!& 3

Apabila beberapa parameter tersebut dianalisis dengan membandingkan baku mutu air golongan kelas dua, kelas tiga dan kelas empat adalah sebagai berikut: a. Parameter Suhu Berdasarkan PP No. 82 Tahun 2001, baku mutu air golongan B mensyaratkan suhu air adalah temperatur air normal, pada kelas tiga disyaratkan suhu air adalah temperatur normal air ± 3ºC, sedangkan kelas empat adalah temperatur normal air. Hasil uji laboratorium pada air titik manfaat waduk Gajah Mungkur adalah berkisar antara 27,78 28,50ºC. Sedangkan pada zona karamba 28,24 ºC. Kualitas air waduk tersebut memenuhi baku mutu air untuk parameter suhu, Jadi dilihat dari parameter suhu air tersebut layak untuk dimanfaatkan sebagai air irigasi, pembangkit tenaga listrik dan untuk perikanan. Budidaya karamba belum berpengaruh terhadap suhu air di beberapa titik manfaat tersebut. b. Total Suspended Solid (TSS) TSS pada baku mutu air kelas dua, tiga dan empat disyaratkan sebesar 1000 mg/l, sedangkan hasil analisa laboratorium adalah 241 mg/l. Hal ini dapat diasumsikan bahwa residu terlarut air pada mulut waduk memenuihi syarat baku mutu air kelas dua, tiga dan empat. Jadi berdasarkan parameter TSS air waduk yang diambil pada outlet dan titik manfaat waduk Gajah Mungkur tersebut layak untuk digunakan sebagai air baku air minum, air untuk irigasi pertanian, untuk perikanan dan untuk pembangkit tenaga listrik. c. Parameter Ion Logam Berat Cr. Logam berat besi, Mangan, tidak disyaratkan pada air kelas empat, akan tetapi disyaratkan pada air kelas dua, yaitu sebesar: besi 5 mg/l, Mangan 0,5 mg/l. Hasil pengamatan laboratorium untuk kandungan logam berat besi 2 mg/l, Mangan 0,2 mg/l. Sedangkan untuk logam berat Seng, Tembaga disyaratkan pada air kelasdua sebesar seng 0,5 mg/l dan tembaga 1 mg/l. Hasil pengamaatan laboratorium kandungan logam berat seng pada air waduk adalah 0,3 mg/l; tembaga 0 mg/l. Dapat kita asumsikan bahwa kualitas logam berat yang diperiksa memenuhi syarat baku mutu air kelas dua yaitu untuk air baku air minum, akan tetapi tidak memenuhi syarat untuk air kelas empat. d. Parameter Amoniak Bebas, Nitrit, Nitrat sebagai N Makalah Pendamping: Kimia 31 Amoniak merupakan senyawa nitrogen yang berubah menjadi NH4+ pada ph rendah. Amoniak berasal dari limbah domestic dan limbah pakan ikan. Dalam air kelas satu dan dua kandungannya harus nol dan dalam mutu air kelas empat harus di bawah 0,5 mg/l. Hasil analisis menunjukkan nilai maksimum diperoleh 0,4mg/l pada titik sampling sumber air baku PDAM dan terendah 0,2 pada zona wisata. Pada titik sampling zona budidaya ikan karamba diperoleh 0,33 mg/l. Jadi kualitas air pada semua titik sampling masih memenuhi baku mutu, akan tetapi pada titik sampling input air baku PDAM mendekati ambang batas. Nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen yang larut dalam air. Pencemaran dari pemupukan, kotoran hewan dan manusia merupakan penyebab tingginya kadar nitrat. Baku mutu air kelas satu, dua dan tiga maksimum 10 mg/l. Hasil analisis laboratorium menunjukkan besarnya konsentrasi nitrat maksimum sebesar 1,05 mg/l pada zona wisata dan minimum 0,18mg/l pada titik input air PDAM. Jadi secara keseluruhan kualitas air pada zona karamba dan zona manfaat lainnya masih memenuhi baku mutu. e. Oksigen terlarut (DO) Kandungan oksigen terlarut menunjukkan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air. Adanya oksigen yang terlarut dalam air secara mutlak terutama dalam air permukaan. Dalam hubungannya dengan pencemaran limbah pakan ikan dalam KJA dan limbah domestic, pengukuran oksigen terlarut merupakan dasar pengukuran BOD. Peraturan Pemerintah menganjurkan nilai oksigen terlarut dalam air adalah 6 mg/l untuk kelas satu dan 4mg/ untuk kelas tiga, sehingga dari analisis sampel menunjukkan kandungan paling rendah 5,9 mg/l di zona pertanian dan paling tinggi 7,3 mg/l di zona PLTA, sedangkan di zona budidayapun kandungan oksigen terlarut 6,1 mg/l, hal ini sudah melampaui ambang batas baku mutu air kelas tiga dan empat. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas air waduk Gajah Mungkur Wonogiri mulai turun, dari sepuluh titik sampling hanya satu di DAS Keduang sebagai inlet air waduk Gajah Mungkur yang memenuhi baku mutu itupun berada diambang batas SIMPULAN 1. Berdasarkan baku mutu PP No. 82 tahun 2008 kualitas air waduk Gajah Mungkur Wonogiri berada di bawah ambang batas

32 Makalah Pendamping: Kimia untuk parameter suhu, ph, DO, COD, BOD, N-NO2, N-NH3, N-N03, Crom. Untuk parameter kecerahan di bawah ambang batas dan parameter karbondioksida berada pada ambang batas. Namun demikian berdasarkan data penelitian lima tahun terkahir, tren kualitas air waduk Gajah mungkur Wonogiri mengalami penurunan kualitas. 2. Limbah pakan ikan budidaya ikan karamba jaring apung dapat menyebabkan perubahan kualitas air waduk, akan tetapi di waduk Gajah Mungkur Wonogiri belum menunjukkan terjadi perubahan kualitas air secara signifikan. Hal ini disebabkan budidaya ikan dengan karamba jaring apung belum melebihi daya dukung waduk pada zona budidaya ikan. 3. Dampak berantai akibat budidaya ikan dalam karamba jarring apung di WADUK gajah Mungkur Wonogiri terhadap nilai manfaatnya belum terlihat secara signifian, akan tetapi perlu dikendalikan sebab dalam lima tahun terakhir tren kualitas air mengalami penurunan. DAFTAR PUSTAKA Bappeda, 2007, Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Wonogiri, Bappeda Kabupaten Wonogiri. BSN, 2008, SNI No. 6989.57: 2008 tentang Metode Pengambilan Contoh Air Permukaan, BSN: Jakarta. Damandiri, 2006, Kajian Keterkaitan Antara Cadangan Oksigen dengan Beban Masukan Bahan Organik di Waduk Ir. H. Juanda, http://www.damandiri.or.id /file/asmikaharnalisimarmataipb.pdf. Daniel H. Ndahawali, 2000, Dampak Budidaya Ikan Terhadap Pencemaran Perairan, Laporan Peneliian Program Pasca Sarjana Prodi Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia. Dinas Perikanan & Kelautan, 2007, Laporan Tahunan. Dinas Perikanan & Kelautan Kabupaten Wonogiri Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta Garno, Y.S. 2002. Beban pencemaran limbah perikanan budidaya dan euutrofikasi di perairan waduk pada DAS Citarum. J. Tek. Ling. P3TL-BBPT 3 : 112-120. Hadi, A. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan. PT Gramedia Utama. Jakarta. Haryadi, S. 2003. Pencemaran daerah aliran sungai (DAS). Di dalam Manajemen Bioregional Jabodetabek: Tantangan dan Harapan. Workshop Pengembangan Konsep Bioregional Sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan. Bogor, 4-5 Nopember 2002. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor. pp. 165-172. Hasan Z., 1993, Pengaruh Kegiatan Budidaya Ikan dalam Jaring Apung Terhadap Tingkat Kesuburan Perairan dan Komunitas Fitoplankton di Waduk Saguling Jawa Barat, Tesis Program Pasca Sarjana IPB. Kaslan A. Thohir, 1991, Butir-butir Tata Lingkungan, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Pujiastuti, Peni, 2003, Dampak Berantai Budidaya Ikan dalam Karamba Jaring Apung terhadap Ekosistem Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Prosiding Seminar Nasional Nasional Lingkungan Hidup Unika Soegijapranata, Semarang 15 16 September 2003 ISBN 979-8366-61-1 Pujiastuti, Peni., (2004) Pengembangan Wilayah Ekosistem Daerah Tangkapan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Perpustakaan USB, Surakarta. PP No. 82 Tahun 2001, Peraturan Pemerintah RI tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran. Satari, G. 2001. Pengelolaan dan pemanfaatan waduk dan waduk. Di dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Waduk dan Waduk. Proseding Semiloka Nasional. Universitas Padjadjaran Bandung. Bandung. pp. 3-41- 3-47. Sihotang B., 2009, Dampak Pencemaran Keramba Jaring Apung (KJA) PT. Aquafarm Nusantara, Up load Minggu, 01 Februari 2009 14:07 http://www. benss.co.cc/lingkungan-hidup-sda/134- penelitian-dampak-pencemaran-keramba-jaring-apung-kja-pt-aquafarmnusantara. Sudarmono, 2006, Budidaya Karamba Apung Serta Peranannya Bagi Pendapatan Pemilik Karamba di Perairan Waduk Gadjah Mungkur Kabupaten Wonogiri, jtptums-gdl-s1-2006-sudarmonoe- 3004-ums Digital Library-GDL4.0 Sumarna, 2005, Harus Ada Perbaikan Pembangkit (laporan utama), Majalah Bulanan Indonesia Power edisi 3 tahun 2005. Wisnu A.W., 2001, Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta: Penerbit Andi