BAB IV GAMBARAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

ADOLESCENT UNWANTED PRAGNANCY DIKALANGAN REMAJA BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I. perkembangan, yaitu fase remaja. Remaja (Adolescence) di artikan sebagai masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Pria di Provinsi Bengkulu Rendah

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. survey BKKBN tahun 2010 terdapat 52 % remaja kota medan sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. perilaku remaja dalam pergaulan saat ini. Berbagai informasi mampu di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB II LANDASAN TEORI. anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik, tetapi juga perubahan emosional, baik remaja laki-laki maupun perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

Orang tua REMAJA provinsi Bengkulu Perlu waspada ( hasil survey rpjmn tahun 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA Perilaku pada masa remaja sangatlah bermacam-macam. Oleh karena itu pada bab ini penulis akan menjabarkan mengenai perilaku seks pranikah di kalangan remaja yang terdiri dari sub bab karakteristik remaja dan permasalahannya dalam skala nasional yaitu Indonesia dan lokal yaitu Salatiga. 4.1 Karakteristik Remaja dan Permasalahannya di Indonesia Definisi remaja penting digunakan untuk memandang para remaja sebagai suatu kelompok yang heterogen karena kemunculan sebuah gambaran yang berbeda tergantung pada seperangkat kareakteristik khusus para remaja yang digambarkan (Santrock, 2002). Masa remaja digambarkan sebagai suatu masa dimana kematangan sudah dicapai, suatu masa trasisi dari kanank-kanak menuju dewasa, suatu masa dimana kematangan emosional seseorang masih belum stabil, sedangan fisik dan mentalnya sudah mengalami pertumbuhan. Dimasa ini pula remaja mulai mengenal seks. Hall juga berpendapat bahwa remaja merupakan strum and drang yaitu periode yang berada dalam situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewas (Bachtiar, 2004). Hurlock (1980) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bedanya adolescentia yang berarti remaja) yang berati tumbuh. Istilah remaja mempunyai arti yang mencakup kematang mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Piaget, secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja 22

pertengahan 15-18 tahun dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002 dalam Fitrianur, 2010). Pada masa remaja awal usia 12-15 tahun merupakan proses yang sangat menyolok untuk diamati seperti dalam hal perubahan fisik (Gunarsa, 1986). Perubahan fisik pada masa ini meliputi perubahan yang mudah diamati maupun yang sulit diketahui prosesnya seperti rasa ingin tahu, emosi tidak stabil, ego yang tinggi dan lain-lain. Perubahan fisik yang meliputi keduany adalah perubahan sehubungan dnegan pelaksanaan tugas dan peranan dewasa sebagai pria dan wanita. Dan yang erat hubungan dengan proses persiapan fisik yang terjadi di dalam tubuh dan sulit diamati justru sering menimbulkan persoalan yang suka diatasi. Misalnya suasana hati yang bergelora (mulai jatuh cinta). Pada umumnya kegoncangan suasana di dalam diri begini belum pernah dialami pada masa-masa sebelumnya. Masa persiapan diri antara usia 15-18 tahun. Pada waktu memasauki masa persipan yang kedua ini umumnya persiapan fisik sudah selesai dijalani. Kedewasaan tubuh dan kematangan seksual sudah tercapai. Akan tetapi kedewasaan dalam hal rasa tanggungjawab, pelaksanaan tuga-tugas belum sepenuhnya diperoleh. Mereka yang sedang mematangkan diri demi masa depannya perlu menginsyafi bahwa penerimaan diri sebagai telah dewasa dan penilaian dewasa oleh orang lain, hanya dapat dicapai melalui jerih payah sendiri dan tingkah laku yang dewasa dan penuh tanggungjawab. Memperoleh hak-hak kedewasaan berarti mengalami kewajiban kedewasaan pula. Semua pihak perlu memberikan perhatian khusus terhadap proses untuk memperoleh sifat kemampuan berpikir dan bertindak secara dewasa yang masih belum dimiliki dengan sepenuhnya. Dalam proses pengolahan ini masih diperlukan imbinganbimbingan, pandangan-pandangan, pendapat-pendapat dan contoh-contoh dari perbuatan dan tindakan yang patut ditiru, baik dalam lingkungan keluarga maupun di lingkungan luar keluarga. Proses pembebasan diri sebaiknya diterima oleh orangtua dan pelaksanaannya dilakukan tahap demi tahap. Pembebasan dan pelepasan anak dalam arti kebebasan memilih pilihan-pilihan sendiri atau 23

membuat keputusan sendiri. Kebebasan memilih yang pada permulaan masih disertai pandangan dan pengarahan orangtua, tahap demi tahap dikurangi, dan tidak bersifat pemaksaan kehendak orang tua pada anak. Sebaliknya para remaja jangan pula menyalahtafsirkan kedewasaan semata-mata hanya sebagai pembebasan diri. Usaha berdikari harus dilihat dalam arti persiapan masa dewasa. Proses pembebasan diri dari ikatan keluarga bukan berati melepaskan diri dari segala keterikatan, misalnya hubungan keluarga. Proses pembebasan diri harus diartikan dalam usaha-usaha melepaskan diri dari ketergantungan emosionil dan ekonomis keluarga. Denagn demikian para remaja dalam persiapannya harus belajar berbagai ketangkasan, ketrampilan supaya kelak dapat beridiri sendiri dan dapat megambil suatu keputusan sendiri dengan bijak. Masa persiapan dewasa antara umur 18-21 tahun. Memasuki masa persiapan pendewasaan tahap terkahir ini berati telah dapat diharapkan sudah tercapainya status kedewasaan dalam lingkungan keluarga. Data yang diperoleh peneliti mengenai fakta-fakta seputar remaja adalah sebagai berikut : 24

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2011 Kelompok Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 0-4 11 662 369 11 016 333 22 678 702 5-9 11 974 094 11 279 386 23 253 480 10-14 11 662 417 11 008 664 22 671 081 15-19 10 614 306 10 266 428 20 880 734 20-24 9 887 713 10 003 920 19 891 633 25-29 10 631 311 10 679 132 21 310 443 30-34 9 949 357 9 881 328 19 830 685 35-39 9 337 517 9 167 614 18 505 131 40-44 8 322 712 8 202 140 16 524 852 45-49 7 032 740 7 008 242 14 040 982 50-54 5 865 997 5 695 324 11 561 321 55-59 4 400 316 4 048 254 8 448 570 60-64 2 927 191 3 131 570 6 058 761 65-69 2 225 133 2 468 898 4 694 031 70-74 1 531 459 1 924 872 3 456 331 75-79 842 344 1 135 561 1 977 905 80-84 481 462 661 708 1 143 170 85-89 182 432 255 529 437 961 90-94 63 948 106 951 170 899 95+ 36 095 68 559 104 654 Jumlah 119 630 913 118 010 413 237 641 326 Sumber : BPS tahun 2011 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui penduduk Indonesia kategori remaja usia berjumlah 63443448 jiwa yang tersebar dalam 10-14 tahun sebesar 9,54%, usia 15-19 tahun sebesar 8,78% dan 20-24 tahun sebesar 8,37%. 25

Grafik 2. Piramida Penduduk Indonesia Tahun 2010 95+ 27,6% Penduduk Indonesia (2010) adalah Remaja 90-94 Laki-laki 85-89 80-84 75-79 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4 Perempuan Remaja 800000,0 700000,0 600000,0 500000,0 400000,0 300000,0 200000,0 100000,0,0,0 100000,0 200000,0 300000,0 400000,0 500000,0 600000,0 700000,0 800000,0 Jumlah Remaja kurang lebih 64 juta jiwa. Sensus Penduduk, 2010 Sumber : Bahan Sosialisasi PIK Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui penduduk Indonesia sebesar 27,6% adalah remaja. Dari sekian banyaknya remaja tersebut sangat rentan terhadap perilaku tidak sehat seperti narkoba, seks bebas, tawuran, bolos, nyontek, pornografi, dan lain-lain. Dalam hal seks bebas peneliti memperoleh data sebagai berikut : 26

Grafik. 3 Umur Pertama Kali Melakukan Hubungan Seks Pranikah Sumber : Bahan Sosialisasi PIK (RISKESDAS 2010) Berdasarkan garfik diatas dapat diketahui bahwa umur pertama kali melakukan hubungan seks pranikah adalah antara usia 8 sampai 24 tahun. Pada usia 20 tahun laki-laki menduduki peringkat paling tinggi sebesar 18,5%, sedangan pada usia 19 tahun perempuan menduduki peringkat paling tinggi sebesar 14,3%. Dapat disimpulkan bahwa umur pertama kali melakukan seks pranikah mengalami fluktuasi, pada usia 13 tahun mulai mengalami peningkatan dan yang paling tinggi tingkatannya berada pada usia 17 dan 20 tahun untuk lakilaki dan 19-20 tahun untuk perempuan. Mengalami penurunan pada usia 21 tahun. 27

Dapat disimpulkan bahwa pada saat usia sekolah remaja sudah mulai melakukan sek pranikah. 4.2. Karakteristik Remaja dan Permasalahannya di Salatiga Data yang penulis temukan terkait mengenai fakta-fakta seputar remaja sebagai berikut : Tabel. 4.2 Jumlah Penduduk Salatiga Menurut Umur dan Jenis Kelamin Umur Laki-laki Perempuan Jumlah 0 4 7.082 6.652 13.734 5 9 6.748 6.395 13.143 10 14 6.613 6.363 12.976 15 19 7.585 7.947 15.532 20 24 7.708 8.328 16.036 25 29 7.635 7.925 15.560 30 34 7.238 7.129 14.367 35 39 6.256 6.412 12.668 40 44 6.095 6.548 12.643 45 49 5.134 5.819 10.953 50 54 4.878 5.056 9.934 55 59 3.867 3.687 7.554 60 64 2.053 2.351 4.404 65 69 1.594 1.975 3.569 70 74 1.261 1.761 3.022 75+ 1.732 2.505 4.237 J u m l a h 83.479 86.853 170.332 Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS Salatiga Berdasarkan tabel tersebutt diketahui penduduk Salatiga kategori remaja berjumlah 44544 jiwa yang tersebar dalam 10-14 tahun sebesar 7,62%, usia 15-19 tahun sebesar 9,12% dan 20-24 tahun sebesar 9,41%. 28

Grafik. 4 Jumlah Penduduk Kota Salatiga Tahun 2011 Sumber : Sensus Penduduk 2010, BPS Salatiga Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui bahwa penduduk Salatiga paling banyak ditempati oleh remaja dari usia 15 24 tahun. Usia 15-19 tahun sebesar 9,11% dan untuk usia 20 24 sebesar 9,41%. Pada usia tersebut remaja berada masa-masa sekolah, dimana remaja mulai mengenal dunia baru, lingkungan baru yang mengakibatkan remaja ini rentan terhadap perilaku yang tidak sehat. Banyaknya remaja di Salatiga sangatlah rentan terhadap perilaku tidak sehat, seperti yang ditemukan peneliti mengenai perilaku seks pranikah penyebab pernikahan dini serta beberapa kasus di Pengadilan Agama tentang Dispensasi Kawin karena Hubungan Luar Nikah. Di Pengadilan Agama Salatiga mempunyai kebijakan mengenai Dispensasi Kawin karena Hubungan Luar Nikah yaitu Penetapan No. 04/Pdt.P/2005/PA.Sal dan No. 05/Pdt.P/2005/PA.Sal 1, terdapat beberapa kasus pernikahan yang terjadi karena hubungan di luar nikah atau pasangan yang telah 1 http://share.pdfonline.com/959619a0c30942fbb5ea6ce4c69eb837/ws4001.pdf, diunduh tanggal 8 Januari 2013 pukul 12.05 WIB. 29

melakukan seks pranikah dimana salah satu usia pasangan tersebut masuk dalam kategori remaja akhir yaitu usia 18-21 tahun dan telah hamil. Selain itu temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Daru Purnomo dan Seto Herwandito mengenai Dampak Perkawinan Usia Dini Terhadap Kondisi Sosio-Ekonomi Keluarga. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa pernikahan dini yang tinggi berkorelasi dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di kalangan remaja. KTD berhubungan dengan pernikahan dini lantaran pernikahan adalah solusi yang terbaik. Dalam hal ini di kalangan remaja telah terjadi perilaku seks pranikah. Berdasarkan kasus di atas telah menunjukkan bahwa masalah sosial telah terjadi pada kehidupan remaja. Masalah sosial adalah semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarakat (dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup bersama) dan situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar dari warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak (Kartono, 1981). Tingkah laku yang menyebabkan masalah sosial diatas adalah tingkah laku menyimpang. Tingkah laku menyimpang ini biasanya didefinisikan sebagai tingkah laku abnormal yang mempunyai arti tingkah laku yang tidak tepat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya dan tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di masyarakat (Kartono, 1981). Norma adalah kaidah, aturan pokok, ukuran, kadar atau patokan yang diterima secara utuh oleh masyarakat, guna mengatur kehidupan dan tingkah laku sehari-hari, agar hidup terasa aman dan menyenangkan (Kartono, 1981). Dahulu masyarakat secara relatif terintegrasi dengan baik, norma-norma untuk mengatur tingkah laku menyimpang itu ada jelas dan tegas. Akan tetapi seiring perkembangan zaman dan adanya globalisasi dengan masuknya bermacam-macam kebudayaan maka yang terjadi norma-norma yang dulu jelas dan tegas sedikit demi sedikit menjadi samar-samar. Sebab. Kebiasaan-kebiasaan, tingkah laku dan sikap hidup yang dirasakan sebagai normal oleh suatu kelompok masyarkat, bisa dianggap sebagao abnormal/menyimpang oleh kelompok masyarakat yang lain. Seperti kasus diatas gaya berpacaran zaman 30

dahulu dan sekarang yang sangat jauh berbeda. Sekarang berparan selalu diikuti oleh kontak fisik, seperti gandengan tangan, ciuman, bahkan ada yang sampai melakukan seks sebelum menikah yang akhirnya muncullah istilah merried by accident (MBA). 31