BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan kuantitatif observasional dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. penduduk usia lanjut di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

BAB I PENDAHULUAN. tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat. Memasuki era globalisasi, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB I PENDAHULUAN. hampir sama dengan anak kebanyakan. Namun takdir berkata lain anak yang

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur. diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025 yaitu 73,7 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan penduduk lansia yang sangat cepat terjadi pada abad 21.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu maka salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. negatif terhadap kehidupan. Dilihat dari dampak positif, teknologi membuat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan menyebabkan meningkatnya taraf dan kualitas hidup masyarakat, baik

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

hiperkolesterolemia, asam urat, dan lain-lain. Pada tahun 2003 WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan masyarakat Indonesia merupakan usaha yang dilakukan pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa dapat berhasil dilaksanakan dengan adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas, antara lain kesehatan (fisik dan mental), faktor gizi, dan perkembangan kemampuan terhadap ilmu dan teknologi. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia. Faktor utama yang menentukan Indeks Pembangunan Manusia adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang berhubungan dengan status gizi suatu masyarakat (Azwar, 2004). Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat hubungan antara status gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi optimal terpenuhi (Wiryo, 2002). Gizi sangat dibutuhkan oleh setiap orang, salah satunya untuk pekerja. Pekerja memerlukan zat-zat gizi sesuai dengan jenis pekerjaannya. Zat-zat gizi yang berasal dari makanan sehari-hari berfungsi sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Kebutuhan akan zat-zat gizi tergantung dari usia, jenis kelamin, ukuran 1

2 tubuh, dan jenis aktivitas. Gizi pada pekerja ditujukan untuk kesehatan pekerja agar mampu bekerja secara optimal. Zat gizi utama yang paling dibutuhkan oleh pekerja adalah karbohidrat sebagai sumber energi untuk kerja otot. Selain karbohidrat, pekerja tetap memerlukan protein untuk memelihara fungsi tubuh dan sebagai sumber energi (Djunaedi, 2001). Berdasarkan jenis kelamin, pekerja terdiri dari pria dan wanita. Wanita pekerja memerlukan asupan energi yang sesuai dengan pekerjaannya. Berdasarkan data BPS/ Sakernas (2007) ada sebanyak 11.564.044 pekerja wanita. Salah satu jenis pekerjaan yang banyak ditekuni oleh wanita adalah pekerja rumah tangga (pembantu rumah tangga - PRT). Pembantu rumah tangga merupakan salah satu bagian dari pekerjaan pada sektor informal. Negara Indonesia mengirim TKI sebanyak 744.488 orang ke negara di Timur Tengah dan 99% diantaranya bekeja di sektor informal, termasuk pembantu (Wibisono, 2008). Pembantu rumah tangga mengurus pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, menyetrika, membersihkan rumah (menyapu dan mengepel lantai), serta mengasuh anak. Banyaknya jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pembantu rumah tangga harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi yang seimbang, agar mereka dapat bekerja dengan optimal dan tidak mudah terserang penyakit. Salah satu cara untuk mengetahui gambaran keseimbangan zat gizi adalah dengan pengukuran status gizi. Melalui pengukuran status gizi maka dapat ditentukan seseorang yang mengalami status gizi kurang, normal dan lebih. Semua pekerja sangat mengharapkan status gizi normal, begitu pula dengan pembantu rumah tangga.

3 Pembantu rumah tangga yang tinggal menetap di rumah pengguna jasa cenderung memiliki pola makan dan jenis makanan yang sama. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa makanan yang dikonsumsi pengguna jasa berbeda dengan yang dikonsumsi oleh pembantu rumah tangga. Ada pengguna jasa yang tidak peduli akan hak-hak asasi pembantu rumah tangga selaku pekerja informal. Mereka tetap memperoleh penghidupan yang layak, seperti dalam hal mengonsumsi makanan. Perbedaan makanan yang dikonsumsi juga mengakibatkan adanya perbedaan asupan energi dan zat gizi lain seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Perbedaan ini juga tercermin dari status gizi yang berbeda antara pengguna jasa dengan pembantu rumah tangga. WHO (2000) melakukan penelitian mengenai status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh di beberapa negara terpilih. Salah satunya adalah Amerika Serikat, dimana prevalensi obesitas di negara Amerika Serikat (1988-1994) sebanyak 19,9% pada pria dan 24,9% pada wanita. Selain itu, WHO (2000) juga menemukan prevalensi obesitas di beberapa negara kawasan Asia, seperti China, Jepang, dan Saudi Arabia. Prevalensi obesitas di China (1992) sebesar 1,2% pada pria dan 1,6% pada wanita. Prevalensi obesitas di Jepang (1997) dialami oleh 1,7% pria dan 2,7% wanita. Prevalensi obesitas di Saudi Arabia (1990-1993) dialami oleh 16% pria dan 24% wanita (Gibson, 2005). Berdasarkan survei nasional tahun 1996-1997 di 27 kota di Indonesia, didapatkan data status gizi overweight pada pria sebesar 14,9%, sedangkan wanita sebesar 24%. Masalah overweight juga terjadi pada kelompok usia yang lebih tua. Berdasarkan data Hellen Keller Indonesia (HKI) pada tahun 1999-2001, status gizi overweight di wilayah pedesaan banyak dialami oleh wanita dewasa. Indonesia

4 mengalami beban ganda masalah gizi, dimana masalah gizi lebih dan gizi kurang cenderung meningkat dalam kurun waktu yang sama (Atmarita, 2005). Berdasarkan SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga) tahun 2001, terlihat bahwa prevalensi IMT pada WUS (Wanita Usia Subur) mengalami kekurangan energi kronik (IMT < 18,5 kg/m 2 ) sebesar 14,7% dan prevalensi WUS yang mengalami obesitas (IMT > 25 kg/m 2 ) sebesar 17%. WUS yang mengalami kekurangan energi kronik lebih banyak terjadi pada umur muda (rentang umur 15 19 tahun dan 20 29 tahun). WUS yang mengalami kegemukan (obesitas) lebih banyak terjadi pada umur tua (rentang umur 30 39 tahun dan 40 49 tahun). Pada WUS yang berstatus tidak kawin mengalami prevalensi KEK yang lebih tinggi (22,5%) daripada WUS yang berstatus kawin (9,8%) (Bisara, dkk, 2002). Hellen Keller Indonesia melakukan penelitian mengenai status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh di propinsi Jawa Barat pada bulan September- Desember (2000). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada sebesar 12,3% wanita yang mengalami status gizi kurang, 70,4% status gizi normal, dan 17,4% status gizi lebih (Depkes, 2005 b ). Banyak faktor yang dapat memengaruhi status gizi seseorang, yang terdiri dari faktor biologis, faktor sosial ekonomi, konsumsi makanan, faktor perilaku, dan status kesehatan. Salah satu diantaranya adalah konsumsi makanan berupa asupan energi. Berdasarkan penelitian Renur (2007) didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan Indeks Massa Tubuh pekerja wanita di tiga sektor industri. Proporsi pekerja wanita yang memiliki asupan energi kurang (< 80%AKG) dengan IMT kurus (< 18,5 kg/m 2 ) adalah sebesar 38,8%, sedangkan proporsi pekerja wanita dengan asupan energi baik ( 80% AKG) dan IMT kurus ( 18,5 kg/ m 2 )

5 adalah sebesar 10,4%. Hal ini membuktikan bahwa status gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh asupan energi. Umur berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Pada umumnya wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga masih berumur 18 tahun (Gunanti, 2005). Mereka sudah mulai bekerja dengan alasan tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan ingin mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kebutuhan akan zat-zat gizi disesuaikan dengan umur individu. Pada umur 18 tahun yang masih tergolong remaja memerlukan zat gizi seperti kalsium dan zat besi untuk menunjang perkembangan anggota tubuh (Apriadji, 1986). Status gizi akan berdampak pada proses tubuh. Akibat yang terjadi apabila seseorang mengalami gizi kurang, antara lain terganggunya proses pertumbuhan dan perkembangan (terutama pada anak-anak), kekurangan energi yang berfungsi untuk memproduksi tenaga, menurunnya daya tahan tubuh, menurunnya produktivitas kerja (malas bekerja dan lebih lambat dalam melakukan pekerjaan), dan menimbulkan perilaku yang tidak tenang. Sedangkan akibat yang dapat terjadi apabila seseorang mengalami gizi lebih adalah kegemukan (obesitas), dimana kegemukan merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadinya berbagai macam penyakit degeneratif, seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, hati, dan kantung empedu (Almatsier, 2001). Berbagai penelitian mengenai status gizi menyebutkan bahwa prevalensi terjadinya gizi lebih cenderung meningkat di propinsi Jawa Barat, dimana berdasarkan penelitian Hellen Keller Indonesia pada tahun 1999 prevalensi status gizi lebih sebesar 14,0% meningkat pada tahun 2000 menjadi 17,4% (Depkes,

6 2005 b ); sehingga masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan kota Bekasi merupakan salah satu kota yang berada di propinsi Jawa Barat. Penelitian Renur (2007) menemukan ada sebanyak 23,5% tenaga kerja wanita di tiga sektor industri yang mengalami status gizi kurang. Berdasarkan uraian di atas, status gizi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang dan belum adanya data-data dan penelitian mengenai status gizi pada pekerja sektor informal membuat penulis merasa perlu untuk mengetahui gambaran status gizi berdasarakan IMT dan faktorfaktor yang berhubungan pada pembantu rumah tangga wanita. Pemilihan Perumahan Duta Indah berdasarkan karakteristik masyarakat dengan status sosial ekonomi menengah ke atas yang banyak menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Selain itu, di perumahan tersebut belum pernah diadakan penelitian mengenai status gizi dan faktor-faktor yang berhubungan. Faktor-faktor yang akan diteliti, antara lain faktor biologis (umur), konsumsi makanan (frekuensi makan, asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak), serta faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan gizi). 1.2. Rumusan Masalah Pembantu rumah tangga merupakan salah satu jenis tenaga kerja yang perlu mendapat perhatian dalam hal mendapat penghidupan yang layak dari pengguna jasa. Penghidupan yang layak tersebut dapat terjamin apabila pembantu mendapatkan kebebasan dalam mengonsumsi makanan (tidak diatur oleh pengguna jasa) dan mengonsumsi makanan yang sama dengan pengguna jasa.

7 Pembantu rumah tangga wanita memerlukan asupan energi untuk dapat bekerja secara optimal, dimana asupan energi berasal dari makanan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan berfungsi untuk menghasilkan energi, pemeliharaan tubuh, perbaikan sel-sel dan jaringan, dan pertahanan tubuh. Memperbaiki konsumsi zat gizi dapat memperbaiki keadaan gizi (status gizi), meningkatkan daya tahan tubuh dan ketahanan fisik, meningkatkan produktivitas dan menambah pendapatan, serta membantu mengurangi infeksi. Di propinsi Jawa Barat terlihat kecenderungan wanita yang lebih banyak menderita gizi kurang dan gizi lebih dibandingkan dengan pria. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Renur (2007) mengenai status gizi pada tenaga kerja wanita di tiga sektor industri didapatkan data bahwa sebanyak 23,5% tenaga kerja wanita menderita status gizi kurang (kurus). Belum banyak penelitian yang dilakukan mengenai pembantu rumah tangga, termasuk mengenai status gizi. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Pembantu Rumah Tangga (PRT) Wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi, maka penulis tertarik untuk mengetahui, mempelajari dan menganalisis lebih jauh mengenai masalah tersebut. 1.3. Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah gambaran status gizi berdasarkan IMT, faktor biologis (umur), konsumsi makanan (frekuensi makan, asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, dan asupan lemak), faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan,

8 pendapatan, dan pengetahuan gizi) pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008? Apakah ada hubungan antara faktor biologis (umur), konsumsi makanan (frekuensi makan, asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, dan asupan lemak), serta faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan gizi) dengan status gizi berdasarkan IMT pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008? 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran status gizi berdasarkan IMT dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. 1.4.2. Tujuan Khusus 1. Diketahui informasi mengenai gambaran faktor biologis (umur) pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. 2. Diketahui informasi mengenai gambaran konsumsi makanan (frekuensi makan, asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, dan asupan lemak) pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008.

9 3. Diketahui informasi mengenai gambaran faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan) pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. 4. Diketahui hubungan antara faktor biologis (umur) dengan status gizi berdasarkan IMT pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. 5. Diketahui hubungan antara konsumsi makanan (frekuensi makan, asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, dan asupan lemak) dengan status gizi berdasarkan IMT pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. 6. Diketahui hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan gizi) dengan status gizi berdasarkan IMT pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah Bekasi Tahun 2008. 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Pembantu Rumah Tangga Pembantu rumah tangga bisa lebih memperhatikan kondisi kesehatannya, khususnya mengenai status gizi. Pembantu dapat meningkatkan pengetahuan mengenai dasar-dasar ilmu gizi. 1.5.2. Bagi Pengguna Jasa Pembantu Rumah Tangga Pengguna jasa dapat memperhatikan kesehatan dan status gizi pembantu rumah tangganya.

10 1.5.3. Bagi Mahasiswa Sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis serta mengembangkan kemampuan berbagai teori dan konsep yang diperoleh selama perkuliahan ke dalam pola pikir dalam bentuk penelitian. 1.6. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bekasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada pembantu rumah tangga (PRT) wanita di Perumahan Duta Indah, Bekasi. Sebagai responden adalah pembantu rumah tangga yang tinggal menetap di rumah pengguna jasa di Perumahan Duta Indah, Bekasi. Penelitian dimulai pada 29 Mei 2008 sampai dengan 24 Juni 2008. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Disain studi yang digunakan adalah cross sectional dan bersifat deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengukuran berat badan dan tinggi badan, wawancara, serta data sekunder mengenai gambaran umum Perumahan Duta Indah Bekasi. Data konsumsi makanan (asupan energi, protein, karbohidrat, dan lemak) didapatkan dengan cara wawancara menggunakan metode recall 24 jam selama dua kali yang dibantu dengan model makanan (food model) dan buku daftar bahan makanan penukar. Data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi diperoleh melalui kuesioner yang diisi berdasarkan hasil wawancara dengan responden.