1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bulutangkis cukup digemari oleh masyarakat dan merupakan salah satu cabang olahraga yang mempunyai peluang untuk menghasilkan medali dalam kejuaraan nasional maupun internasional seperti: Olympiade, Sea Games, Asian Games, dan Pekan Olahraga Nasional, karena olahraga bulutangkis selalu diandalkan dan dibanggakan seluruh warga negara Indonesia. Namun dewasa ini prestasi bulutangkis Indonesia sedang menurun dikarenakan persaingan antar atlet dan jenjang pembinaan bulutangkis Indonesia yang terhambat. Untuk mencapai prestasi dalam cabang olahraga bulutangkis, diperlukan perpaduan beberapa faktor dari individu. Adapun faktor-faktor utama yang dapat menunjang dan diperlukan dalam permainan bulutangkis untuk mencapai prestasi maksimal adalah: aspek fisik, aspek teknik, aspek taktik, dan aspek mental. Faktor kondisi fisik meliputi: kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, keseimbangan, stamina, power. Faktor teknik meliputi: foot work,ready stance, grips, dan strokes. Faktor taktik meliputi: pola penyerangan dan pertahanan. Faktor mental meliputi: persepsi, kondisi, motivasi, kepercayaan diri. Apabila salah satu aspek tersebut kurang mendapat perhatian, prestasi atlet tidak dapat berkembang secara optimal. Mengenai pentingnya aspek-aspek tersebut, Harsono (1988, dalam Satriya, Sidik, dan Imanudin, 2007:49) mengatakan bahwa Ada empat aspek yang perlu diperhatikan dan dilatihkan secara seksama oleh atlet, yaitu: (a) latihan fisik, (b) latihan teknik, (c) latihan taktik, dan (d) latihan mental. Menjadi seorang pemain bulutangkis yang berprestasi tidaklah mudah sebab dituntut memahami dan menguasai sejumlah keterampilan fisik, teknik, taktik, dan psikologi secara efektif, efisien, dan simultan. Sebagaimana Tohar menjelaskan (1991, dalam Subarjah dan Hidayat, 2007:31) bahwa Keterampilan 1
2 dasar merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dikuasai dan dipahami oleh setiap pemain dalam melakukan kegiatan bermain bulutangkis. Sebab merupakan salah satu pendukung pokok prestasi untuk meraih. Secara umum keterampilan dasar permainan bulutangkis dapat dikelompokkan kedalam empat bagian yaitu cara memegang raket (grips), sikap siap (stance atau ready position), gerakan kaki (footwork), gerakan memukul (strokes). Salah satu keterampilan dasar memukul yang harus dikuasai atlet bulutangkis adalah lob bertahan (clear lob). Subarjah dan Hidayat (2007:67) mengartikan lob bertahan sebagai Pukulan yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya. Begitu pula menurut (Kumar, 2006; Subarjah, 2009, dalam Hidayat, 2012:26) yang mengatakan bahwa: Lob bertahan merupakan jenis keterampilan teknik dasar yang dilakukan dari atas kepala dengan gerakan forehand dan arah kok melambung tinggi ke bagian belakang lapangan lawan dengan tujuan untuk bertahan atau mendapatkan paritas ke posisi semula. Lob bertahan termasuk jenis pukulan yang pertama kali harus dipelajari dan dikuasai oleh atlet pemula karena paling mudah dipelajari dan dikuasai. Mengenai pentingnya lob bertahan, Hidayat (2012:26) mengungkapkan bahwa Lob bertahan (overhead forehand defensive clear) termasuk jenis pukulan yang sering digunakan dan berperan penting terutama dalam permainan tunggal. Dari kutipan-kutipan diatas, dapat disimpulkan bahwa lob bertahan adalah jenis pukulan overhead dengan arah kok melambung tinggi ke bagian belakang daerah permainan lawan. Kemudian latihan mental yang dikenal dengan metode latihan keterampilan psikologis (psychological skill training/pst), memegang peranan yang sangat penting dalam pencapaian prestasi yang tinggi, kita selalu mendengar kata-kata mental juara, ini artinya bahwa seorang juara memiliki mental yang berbeda dengan atlet yang bukan juara. Mental biasanya berperan ketika aspek fisik, 2
3 teknik, taktik, yang dimliki oleh kedua atlet sama, maka yang berperan dalam penentuan siapa yang juara ialah mental atlet itu sendiri. Disinilah peran mental, sehingga aspek mental perlu dilatihkan pada atlet. Sebagaimana menurut Wann (2002, dalam Hidayat, 2012) bahwa: Latihan keterampilan psikologis (Psychology skill trainning/pst) adalah program latihan yang disusun secara metodis sistematis dan komprehensif sebagai sebuah metode atau teknik belajar yang ditujukan untuk membina dan mengembangkan keterampilan teknik, taktik, fisiologis, dan psikologis secara simultan pada saat yang bersamaan. Kemudian Hardy dan Jones (1994, dalam Hidayat, 2012:49) berpendapat: PST dibedakan menjadi advanced skill dan basic skill techniques. Advanced skillditujukan untuk atlet-atlet elit, terdiri atas pengendalian kecemasan, pengandalian aktivasi, kepercayaan diri, pemeliharaan motivasi, dan pengelolaan perhatian, sementara basic skilltechniques lebih ditujukan untuk atlet-atlet pemula, meliputi penetapan tujuan (goal setting), self-talk, mental imajeri (imagery mental), rileksasi ataurelaxation. Dalam hal ini, penulis khawatir atlet-atlet tidak akan berkembang terutama dari sisi psikologis jika para pelatih tidak mengetahui bagaimana cara melatih mental atlet. Hanya saja hal ini sangat disayangkan, mengingat kenyataan bahwa pentingnya aspek mental pada umumnya dan kepercayaan diri atlet pada khususnya belum disadari oleh para pembina ataupun pelatih olahraga terutama bulutangkis. Atlet diberikan proses latihan fisik maupun teknik secara dominan dibandingkan dengan latihan mental. Gunarsa (2004, dalam Dimyati, 2004:26) menjelaskan bahwa Pelatih dan pembina olahraga di Indonesia lebih dominan memberikan latihan fisik dan teknik, tetapi melupakan latihan mental yang sesungguhnya merupakan faktor yang sangat penting. Pelatih dalam hubungannya dengan atlet, tanpa didukung dengan pengetahuan mengenai tingkat kepercayaan diri atlet dapat menjadi kendala dalam upayanya membina atlet untuk meraih prestasi puncak. Begitu juga atlet yang tidak mampu mengendalikan kepercayaan dirinya akan berdampak negatif. 3
4 Jelaslah bahwa pengetahuan mengenai aspek mental atlet sangatlah penting bagi para pembina atau pelatih cabang olahraga terutama bulutangkis. Para pelatih yang mengenal kondisi mental atletnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses latihannya secara optimal, yang pada gilirannya akan bertujuan pada prestasi puncak. Oleh karena itu, penulis mencoba mengungkapkan beberapa cara alternatif pemecahan masalah tersebut dalam kaitannya dengan latihan mental. Ada beberapa cara metode latihan mental yang menurut penulis dapat menjadi alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan penguasaan ketermpilan gerak dan penampilan dalam beragam cabang olahraga terutama bulutangkis, baik untuk atlet pemula, atlet muda dan dewasa, individual dan beregu, atlet elit maupun non elit, termasuk memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan keterampilan mental, salah satunya kepercayaan diri. Metode latihan mental tersebut diantaranya self-talk dan imajeri mental. Komarudin (2013:127) menjelaskan bahwa Self-Talk adalah Verbalisasi atlet yang ditujukan pada diri sendiri, bersifat multidimensional dalam bentuk terbuka atau tertutup, positif atau negatif, dan memiliki fungsi motivasi dan instruksi. Sedangkan dilihat dari perspektif terapan, Hanton dan Jones (1999, dalam Hidayat, 2011:80) mengungkapkan bahwa Self-talk merupakan bagian integral dari komponen intervensi psikologi. Kemudian menurut Zinsser, Bunker, dan Williams (2006, dalam Hidayat, 2011:80) bahwa Selftalkmerupakan program latihan keterampilan mental yang diajukan oleh para psikolog olahraga dengan tujuan untuk meregulasi kognisi, emosi, perilaku, dan penampilan. bahwa : Lebih lanjut lagi Hardy (2006, dalam Hidayat, 20011:81) mengemukakan Ada lima aspek penting dalam self-talk yaitu: (1) verbalisasi atau pernyataan yang ditujukan pada diri sendiri, (2) bersifat multi-dimensional, (3) memiliki unsur-unsur interpretif berkaitan dengan isi pernyataan yang digunakan, (4) kadang-kadang bersifat dinamik, (5) memiliki dua fungsi pokok, yakni fungsi instruksional dan motivasional. 4
5 Dalam hal ini, penulis menggunakan metode latihan mental self-talk motivasional. Sebagaimana menurut Theodorakis, Stamou, Kokaridas, Perkos, dan Kessanopoulou (2000, dalam Hidayat, 2011:83) bahwa Self-talk motivasional berkenaan dengan pernyataan-pernyataan yang didesain untuk membantu penampilan melalui peningkatan kepercayaan diri, usaha, energi yang dikeluarkan, dan penciptaan mood positif. Mengenai metode latihan imajeri mental, Hidayat (2010:1) berpendapat bahwa Imajeri mental adalah sebuah metode keterampilan psikologis dalam preoses pembelajaran atau pelatihan olahraga yang memainkan peranan penting dalam meningkatkan keterampilan motorik dan aspek mental atlet. Sedangkan Paivio (1985, dalam Hidayat, 2012) telah mengembangkan sebuah kerangka kerja penggunaan imajeri mental dalam aktivitas olahraga yang memfostulasi bahwa imajeri mental dapat digunakan untuk fungsi kognitif dan motivasional. Mengenai hal ini Hidayat (2012:126) menjelaskan bahwa: Imajeri kognitif adalah jenis imajeri mental yang berfungsi untuk mengembangkan dan melakukan keterampilan gerak yang spesifik sebaik mungkin dalam situasi latihan atau pertandingan secara jelas dan benar dengan menggunakan beragam metode latihan yang sesuai dan dilakukan baik dari perspektif eksternal maupun internal. Adanya dua metode latihan mental diatas yang berbeda baik cara melakukan, penerapannya, maka akan menghasilkan pengaruh yang berbeda pula terhadap, ini merupakan faktor yang cukup dominan dalam mendukung kegiatan olahraga prestasi terutama dalam pembinaan olahraga bulutangkis Bertitik tolak dari latar belakang inilah penulis ingin mencoba meneliti tentang pengaruh metode latihan mental antara self-talk motivasional dan imajeri instruksional terhadap. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah: 5
6 1. Apakah metode latihan mental self-talk motivasional dapat memberikan pengaruh terhadap? 2. Apakah metode latihan mental imajeri instruksional dapat memberikan pengaruh terhadap? 3. Apakah ada perbedaan hasil latihan lob bertahan antara metode latihan mental self-talk motivasional dan imajeri instruksional? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji pengaruh metode latihan self-talk motivasional terhadap. 2. Untuk menguji pengaruh metode latihan imajeri instruksional terhadap. 3. Untuk menguji perbedaan hasil latihan keterampilan dasar lob bertahan antara metode latihan mental self-talk motivasional dan imajeri instruksional. D. Manfaat Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan, maka manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara praktis dapat memberikan panduan kepada para praktisi olahraga untuk menerapkan metode latihan self-talk motivasional dan imajeri instruksional untuk meningkatkan penguasaan keterampilan dasar lob bertahan. 2. Secara teoritis diharapkan dapat menemukan proposisi-proposisi yang menjelaskan pengaruh antara self-talk motivasional dan imajeri instruksional. E. Batasan Penelitian Untuk menghindari terjadinya variabel penelitian yang lebih luas, maka peneliti berusaha membatasi variabel penelitian yang sekiranya dapat dijangkau. Adapun penelitian ini terbatas pada latihan mental dengan metode latihan self-talk 6
7 motivasional dan imajeri instruksional sebagai variabel bebas, dan sebagai variabel terikat terhadap. F. Struktur Organisasi Struktur ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi yang akan di uraikan sebagai berikut: Bab I a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi dan Perumusan Masalah c. Tujuan Penelitian d. Manfaat Penelitian e. Batasan Penelitian f. Struktur Organisasi Penelitian Bab II a. Kajian Teoretis b. Kerangka Pemikiran c. Hipotesis Bab III : Metode Penelitian a. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian b. Desain Penelitian c. Metode Penelitian d. Definisi Operasional e. Instrumen Penelitian f. Proses Pengembangan Instrumen g. Teknik Pengumpulan Data h. Analisis Data Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Pemaparan Data 7
8 b. Pembahasan Data Bab V : Kesimpulan dan Saran 8