BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected

dokumen-dokumen yang mirip
karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Kartasapoetra, 1988) tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet berbentuk pohon, tinggi m, bercabang dan

STUDI KARAKTER FISIOLOGIS DAN SIFAT ALIRAN LATEKS KLON KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

IDENTIFIKASI KARAKTER SPESIFIK UNGGUL KARET BERDASARKAN. Budi Martono Edi Wardiana Meynarti SDI Rusli KODE JUDUL: X.26

SELEKSI PROJENI TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) DARI HASIL PERSILANGAN TAHUN SEBAGAI PENGHASIL LATEKS DAN KAYU

Seleksi Progeni F1 Sebagai Klon Unggul Penghasil Lateks dan Lateks Kayu

KERAGAAN DAN POTENSI HASIL KARET DARI BEBERAPA GENOTIPE HASIL PERSILANGAN ANTAR TETUA TANAMAN BERKERABAT JAUH

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

KERAGAAN MATERI GENETIK KLON KARET HASIL PERSILANGAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

I. PENDAHULUAN. meningkat. Sementara lahan pertanian khususnya lahan sawah, yang luas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

KARAKTER FISIOLOGI, ANATOMI, PERTUMBUHAN DAN HASIL LATEKS KLON IRR SERI 300

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

Seleksi Progeni F1 Hasil Persilangan Tetua Betina IRR 111 dengan Beberapa Tetua Jantan 2006Pada Tanaman Karet(Hevea brassiliensis Muell Arg.).

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti : Amerika

METODE PENELITIAN. (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian

SELEKSI GENOTIPE TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DARI HASIL PERSILANGAN TAHUN SEBAGAI PENGHASIL LATEKS DAN KAYU SKRIPSI

THE POTENTIAL BENEFITS OF EIGHT GENOTYPE MATERIAL AMAZON 1981 PLANT RUBBER (Hevea brasiliensis Muell.-Arg.)

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

BAB I PENDAHULUAN. Mangga merupakan salah satu buah tropis unggulan. Luas panen dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

ANALISIS DAYA HASIL LATEKS DAN HERITABILITAS KARAKTER KUANTITATIF DARI BEBERAPA GENOTIPE KARET PP/07/04

V. GAMBARAN UMUM KARET ALAM. dikenal dengan nama botani Hevea Brasiliensis berasal dari daerah Amazone di

KONSTRUKSI PETA PAUTAN GENETIK DAN ANALISIS QTL TANAMAN KARET PADA POPULASI HASIL PERSILANGAN ANTARA RRIM 600 DENGAN PN 1546

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

Afdholiatus SYAFAAH, Sigit ISMAWANTO, dan Eva HERLINAWATI

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

homozigot lebih banyak didapatkan pada tanaman BC2F2 persilangan Situ Bagendit x NIL-C443 dan Batur x NIL-C443 dibandingkan dengan Situ Bagendit x

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

SELEKSI DINI POHON INDUK TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DARI HASIL PERSILANGAN RRIM 600 X PN 1546 BERDASARKAN PRODUKSI LATEKS DAN KAYU

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Studi Segregasi dan Pewarisan Marka-marka RAPD pada Tanaman Karet Hasil Persilangan PB 260 dengan PN

EVALUASI PENGUJIAN LANJUTAN KLON KARET IRR SERI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Keragaan dan Hubungan Berbagai Komponen Hasil Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) pada Dua Populasi Hasil Persilangan PB 260 dengan PN

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. yang dapat tumbuh di Indonesia sepanjang tahun. Pemanfaatan ubikayu sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS PEMULIAAN TANAMAN DALAM PERAKITAN KLON KARET UNGGUL DI INDIA

PENDUGAAN AKSI GEN PADA KARAKTER KOMPONEN HASIL DAN DAYA HASIL LATEKS BEBERAPA GENOTIPE KARET HASIL PERSILANGAN TETUA KLON IAN 873 X PN 3760

KERAGAMAN GENETIK TANAMAN KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL ARG.) DARI HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK

GENETIC LINKAGE MAPS AND QTL ANALYSIS OF THE RUBBER PLANT

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari keduanya. Hasil

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega biodiversitas karena memiliki

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

Warta Perkaretan 2016, 35 (2), KEUNGGULAN KLON KARET IRR 220 dan IRR 230. The Superiority of IRR 220 and IRR 230 Rubber Clone

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No.12 tahun 1992, pasal 1 ayat 4, benih tanaman yang

SELEKSI PROGENI F1 HASIL PERSILANGAN TETUA BETINA IRR 111 DENGAN BEBERAPA TETUA JANTAN TAHUN PADA TANAMAN KARET

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

). Produksi asiatikosida dari Casi 016 pada naungan 25% nyata lebih tinggi (1.84 g m -2 ) daripada aksesi lokal (Casi 013); sedangkan pada naungan

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

ANALISIS DINAMIKA DAYA HASIL LATEKS BEBERAPA GENOTIPE KARET HARAPAN PP/07/04 TERHADAP PERUBAHAN MUSIM SAYURANDI

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan serealia utama penghasil beras yang dikonsumsi sebagai makanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak. keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

Biaya Disetujui Tanggapan dan Saran. No Perguruan Tinggi Judul Penanggung Jawab

I. PENDAHULUAN. Tingginya tingkat konsumsi beras di Indonesia harus diimbangi oleh produksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

PERKEMBANGAN PENELITIAN KLON KARET UNGGUL IRR SERI 100 SEBAGAI PENGHASIL LATEKS DAN KAYU

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat. Paradigma ini makin menyadarkan para. pemangku kepentingan bahwa produk hasil hutan bukan kayu (HHBK)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia salah satunya dihasilkan dari pengembangan perkebunan karet. Fungsi dari perkebunan karet tidak hanya sebagai sumber devisa, sumber bahan baku industri, sumber pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tetapi sekaligus berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Selama tiga dekade ini pengembangan karet di Indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Di awal tahun 1968, luas areal karet baru 2,2 juta ha dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 3,2 juta ha atau meningkat menjadi sekitar 50%. Hampir 85% pengusahaan karet diusahakan oleh rakyat, dan sisanya oleh perkebunan besar. Dari luasan tersebut, produksi yang dihasilkan mencapai sebesar 2,2 juta ton dengan produktivitas rata-rata sebesar 840 kg/ha/th (Dirjenbun, 2006). Tanaman karet dikenal mempunyai daya adaptasi yang cukup luas dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan kondisi iklim. Tetapi walaupun demikian keunggulan yang dimiliki akan terealisasi secara maksimal apabila ditanam pada kondisi agroekosistim yang sesuai. Berdasarkan aktivitas pemuliaan dan seleksi tanaman karet, maka kultivar unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 (1910 1935) : Seedling selected Generasi-2 (1935 1960) : Tjir 1, PR 107, GT 1, AVROS 2037 Generasi-3 (1960 1985) : BPM 1, BPM 107, PR 255, TM 2 Generasi-4 (1985 2010) : IRR 104, IRR 112, IRR 118, IRR 208, IRR 220

2 Kemajuan produktivitas yang telah dicapai selama 10 tahun penyadapan dari generasi-1 ke generasi-4, adalah sebagai berikut: rata-rata produktivitas dari seedling terseleksi pada generasi-1 adalah 20,9 g/p/s, dan klon primer dihasilkan pada generasi-2 sekitar 35,6 g/p/s (70% lebih baik dari generasi-1). Adapun, klon generasi-3 merupakan hasil persilangan diantara klon generasi-2 dengan rata-rata produktivitas sebesar 44,9 g/p/s (26% lebih baik dari generasi-2). Peningkatan produktivitas pada generasi-3 agak lambat dibanding peningkatan produktivitas pada generasi-1. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh sempitnya keragaman genetik dari turunan Wickham 1876. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa peningkatan produktivitas masih dapat dicapai, karena karet bersifat heterozygous (Liu, 1998; Aidi-Daslin, et al., 2000). Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk memperbesar keragaman genetik tanaman karet di Indonesia yaitu dengan memanfaatkan plasma nutfah yang telah dikonservasi sejak tahun 1984 1989. Plasma nutfah tanaman karet merupakan hasil ekspedisi IRRDB pada tahun 1981 di lembah Amazone, Brazil. Peluang untuk mendapatkan genotipe unggul baru akan lebih besar apabila dilakukan penggabungan genetik antara Wikham 1876 dengan Plasma Nutfah 1981. Tahapan awal pada pemuliaan tanaman karet adalah memilih tanaman terbaik di pembibitan atau Seedling Evaluation Trial (SET). Seleksi dilakukan terhadap peubah utama yaitu potensi produksi (lateks dan kayu) dan pertumbuhan seperti lilit batang, tinggi tanaman, jumlah payung, tebal kulit, anatomi kulit (jumlah dan diameter pembuluh lateks), indeks penyumbatan, dan DRC (Woelan & Azwar, 1990; Annamma Varghese, et al., 1993). Tinggi tanaman, diameter

3 batang, jumlah payung daun, dan jumlah tangkai daun pada umumnya diamati sampai dengan umur 2 tahun. Lilit batang dan hasil lateks (dengan metode testateks) yang pengamatannya dilakukan pada umur 2 s/d 5 tahun, sedangkan indeks penyumbatan dan kadar karet kering diamati setelah tanaman berumur 5 tahun. Peubah pertumbuhan umumnya kurang berkorelasi positif dengan hasil lateks yang pengamatannya dilakukan untuk menentukan lamanya masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter jumlah dan diameter pembuluh lateks, indeks penyumbatan, kadar sukrosa lateks dan kadar tiol merupakan peubah yang berhubungan erat dengan potensi produksi lateks (Gomez et al., 1972; Ho, 1976; Milford et al., 1969; Premakumari et al., 1996). Berdasarkan dari hasil sidik lintas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, komponen jumlah pembuluh lateks memiliki pengaruh langsung. Projeni yang terseleksi diperbanyak secara vegetatif dan kemudian dievaluasi pada beberapa tahapan yaitu: pengujian pendahuluan, pengujian lanjutan, dan pengujian adaptasi. Dengan demikian, sebagai tahapan dari kegiatan pemuliaan maka kegiatan pengujian potensi produksi sejak awal pengujian sampai pengujian adaptasi klon harapan perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan (Tan, 1987; Simmond, 1989). Lamanya siklus pemuliaan tanaman karet yang mencapai 25 30 tahun merupakan suatu kendala yang secara terus-menerus dihadapi. Beberapa peneliti mencoba untuk memanfaatkan teknologi baru seperti pengujian plot promosi untuk memperpendek siklus pemuliaan tanaman karet (Tan, 1987). Upaya memperpendek siklus seleksi tanaman karet terus dilakukan yaitu dengan mencari

4 beberapa komponen produksi yang berkaitan dengan produksi lateks. Menurut Narayanan, Gomez & Chen (1973) bahwa pembuluh lateks, tebal kulit batang, dan lingkar batang saling berhubungan dan mempunyai peranan yang besar terhadap pendugaan produksi. Subronto & Harris (1976) menyatakan di samping faktor tersebut di atas panjang alur sadap dan kandungan karet kering mempunyai korelasi yang positip dengan produksi. Indeks produksi dan indeks pertambahan lingkar batang juga dapat digunakan sebagai parameter penentuan produksi (Subronto & Napitupulu, 1978). Hasil penelitian Ginting (1985), menyatakan bahwa perbedaan jumlah partikel karet per pembuluh lateks untuk masing-masing klon menunjukkan pola yang sama dengan perbedaan pola produktivitas. Hal ini juga telah dikemukakan oleh Waykin et al. (1983) yang menyatakan bahwa terjadi perbedaan jumlah partikel karet per pembuluh dari 11 klon karet umur 3 tahun di Thailand. Karakter-karakter fisiologi yang banyak dilaporkan memiliki kaitan dengan produksi tanaman karet diantaranya adalah kadar sukrosa lateks, kadar fosfat anorganik, kadar tiol, ph, indeks penyumbatan, kadar karet kering, bursting index dan aktivitas enzim invertase (Milforvet et al., 2006; Jacob et al., 1989a; Sumarmadji, 1999; Yeang, 2005; Mesquita et al., 2006). Berkembangnya teknik molekuler, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu strategi alternatif untuk memecahkan masalah tersebut di atas. Penggabungan antara teknologi marka molekuler ke dalam seleksi, atau yang lazim disebut marker-assisted selection (MAS). Secara empiris maupun teoritis MAS efektif dan mampu memperpendek siklus seleksi pada tanaman (Edwards & Page, 1994; Lee, 1995). Salah satu persyaratan untuk melaksanakan MAS adalah tersedianya peta pautan genetik dan informasi tentang lokasi dan pengaruh Quantitative Trait

5 Loci (QTL) terhadap peubah yang akan dijadikan sebagai kriteria seleksi (Lee, 1995). Proses seleksi dengan menggunakan bantuan marka dapat dilakukan bila telah dapat dilokalisir lokus suatu sifat kuantitatif (QTL) yang terpaut dengan marka molekuler atau dengan sifat sederhana. Metode untuk menemukan dan melokalisir QTL disebut sebagai pemetaan QTL. Pemetaan ini membutuhkan peta genomik dan mencari hubungan antara sifat dan marka polimorfik. Adanya kaitan yang nyata antara nilai suatu karakter dengan marka kemungkinan akan menjadi bukti bahwa posisi QTL berada di daerah marka. Pada tanaman tahunan seperti halnya karet yang melakukan penyerbukan silang kemungkinan gen-gen atau marka DNA yang terdapat pada satu individu tanaman mempunyai genotipe berbeda, yaitu sebagian bersifat heterozygote dan sebagian lain bersifat homozygote dominan dan homozygote resesif. Sehingga persilangan antara dua tanaman tetua yang mempunyai sifat tersebut pada turunan tanaman pertamanya akan menyerupai konfigurasi backross pada sebagian markanya dan yang marka lainnya akan seperti F1 dan F2 (Grattapaglia & Sederoff, 1994). Pemetaan QTL yang telah dilakukan pada tanaman karet yaitu yang berasosiasi dengan ketahanan terhadap penyakit yang dilakukan oleh Lespinasse et al. (1997). Sedangkan pemetaan QTL yang berhubungan dengan sebagian dari komponen produksi telah dilaporkan oleh Novalina (2009). Peta pautan dengan pemanfaatan marka RAPD untuk mengkonstruksi peta pautan juga dilakukan pada tanaman lain seperti pada kelapa sawit (Irwansyah, 2004), padi (Wang, et al., 2005), terung (Nunome et al., 1999), semangka (Levi, et al., 2001), lechee (Liu and Mei, 2003).

6 Berdasarkan atas hasil-hasil penelitian tersebut di atas, upaya penelitian penggunaan marka genetik terus dilakukan untuk efisiensi seleksi projeni-projeni unggul baru yaitu dengan menggabungkan data fenotipe dan genetik dari turunan hasil persilangan RRIM 600 dengan PN 1546 dengan tahapan penelitian yang telah disajikan pada Gambar 1. 1.2. Perumusan Masalah Tantangan yang dihadapi dalam perbaikan produktivitas dan komponen yang berkaitan dengan potensi produksi lateks melalui perakitan genotipe unggul baru adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama yaitu antara 20 25 tahunan. Upaya yang telah dilakukan dalam perbaikan produktivitas melalui kegiatan pemuliaan rata-rata menghasilkan potensi produksi karet kering 2000 2500 kg/ha/th. Potensi produksi karet kering yang sebenarnya dapat mencapai 7000 10.000 kg/ha/th. Karena itu peluang untuk dapat mencapai peningkatan produktivitas melalui perakitan klon unggul baru sangat dimungkinkan dengan tindakan pemuliaan yang lebih progresif lagi. Metode seleksi yang dipercepat merupakan suatu strategi yang harus diciptakan. Pendekatan yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkombinasikan antara program pemuliaan secara konvensional dengan inkonvensional dengan bantuan teknologi molekuler. Penggunaan parameter seleksi marka molekuler yaitu marka DNA dengan teknik Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD) memberikan hasil yang optimal untuk membangun peta pautan genetik dan QTL (Hernandez, et al., 2001; Moretzshon, et al., 2000; Rajora, et al., 2001).

7 1.3. Tujuan Penelitian Mendapatkan data karakteristik komponen hasil lateks dan mendapatkan komponen-komponen yang mempengaruhi hasil lateks pada populasi tanaman turunan pertama dari hasil persilangan RRIM 600 dengan PN 1546. Menghasilkan marka-marka DNA spesifik untuk identifikasi karakter komponen hasil lateks tanaman karet. Mendapatkan peta pautan genetik tanaman karet dari populasi RRIM 600 dengan PN 1546. Mendapatkan lokus DNA yang berasosiasi dengan karakter hasil lateks yang mempunyai potensi efek genetik terbesar dan yang akan digunakan sebagai penanda dalam seleksi projeni karet Hevea penghasil lateks tinggi. 1.4. Hipotesis Penelitian Variabilitas genetik terjadi diantara projeni hasil persilangan interspesifik RRIM 600 dengan PN 1546 baik berdasarkan fenotipe maupun marka molekuler. Variabilitas genetik tersebut sangat diperlukan sebagai materi dasar di dalam proses pemuliaan dan seleksi untuk mendapatkan projeni baru. Hubungan kekerabatan diantara genotipe dan kedua induknya digambarkan sebagai pohon filogenetik dan DNA yang terkandung di dalamnya dapat diverifikasi menggunakan primer spesifik (mikrosatelit). Terbentuknya peta pautan karena adanya DNA dari ke dua tetua yang bersifat polimorfisme dan lokus pengendali produksi yang terkait dengan sifat komponen produksi tertentu dapat diperoleh. Terbentuknya peta pautan genetik dan diperolehnya lokus-lokus DNA yang berkaitan dengan komponen produksi.

8 1.5. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian untuk mendapatkan informasi mengenai suatu marka spesifik yang berhubungan dengan komponen hasil lateks yang dapat digunakan sebagai alternatif metoda seleksi yang dipercepat dalam program pemuliaan melalui marker assisted selection (MAS) dan kemungkinan dapat digunakan untuk pembuatan tanaman transgenik.

9 Populasi F1 RRIM 600 dengan PN 1546 PENELITIAN 1 KERAGAMAN PROJENI HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK RRIM 600 DENGAN PN 1546 Tujuan : - Mendapatkan data keragaman projeni berdasarkan karakter pertumbuhan, fisiologi, anatomi kulit, produksi. - Mendapatkan projeni penghasil lateks dan kayu. - Mendapatkan komponen produksi yang berhubungan dengan produksi. Pendekatan : - Menggunakan 25 projeni hasil persilangan dan 2 induk (RRIM 600 ; PN 1546). PENELITIAN 2 ANALISIS GENETIK HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK RRIM 600 DENGAN PN 1546 Tujuan : - Mendapatkan nilai perbandingan varian genetik terhadap varian fenotipe atau heritabilitas (%). - Mendapatkan nilai kemajuan genetik. Pendekatan : - Menggunakan 25 projeni hasil persilangan dan 2 induk (RRIM 600 ; PN 1546). PENELITIAN 3 ANALISIS KERAGAMAN GENETIK POPULASI HASIL PERSILANGAN INTERSPESIFIK RRIM 600 DENGAN PN 1546 BERDASARKAN MARKA MOLEKULER Tujuan : - Mendapatkan segregasi marka DNA dari 25 projeni hasil persilangan dan 2 induk (RRIM 600 ; PN 1546). - Mendapatkan marka DNA spesifik untuk identifikasi karakter hasil lateks. Pendekatan : - Analisis segregasi DNA dari 25 projeni hasil persilangan dan 2 induk (RRIM 600 ; PN 1546). PENELITIAN 3 KONSTRUKSI PETA PAUTAN MARKA GENETIK ANALISIS QTL KOMPONEN PRODUKSI LATEKS DAN PRODUKSI LATEKS TANAMAN KARET PADA POPULASI HASIL PERSILANGAN RRIM 600 DENGAN PN 1546. Tujuan : - Mendapatkan peta pautan genetik tanaman karet dari populasi hasil persilangan RRIM 600 dengan PN 1546 - Mendapatkan lokus DNA yang berasosiasi dengan karakter hasil lateks yang mempunyai potensi efek genetik terbesar dan yang akan digunakan sebagai penanda dalam seleksi projeni karet Hevea penghasil lateks tinggi. Pendekatan : - Analisis segregasi DNA dari 25 projeni hasil persilangan dan 2 induk (RRIM 600 ; PN 1546). - Peta pautan genetik dari 25 projeni hasil persilangan dan 2 induk (RRIM 600 ; PN 1546). PETA PAUTAN GENETIK DAN ANALISIS QTL TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) PADA POPULASI HASIL PERSILANGAN RRIM 600 DENGAN PN 1546 SEBAGAI DASAR STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI LATEKS Gambar 1. Bagan Alir Rencana Penelitian Yang Dilakukan