BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

الز كاة. وحج البيت. وصىم رمضان. 1

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang menjadi salah satu fondasi penting dalam

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. disebut didalam Al-Quran, salah satunya pada surah Al-Baqarah ayat 43 : yang rukuk. (QS. Al-Baqarah Ayat 43)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Segala puji bagi Allah Swt. yang mengatur dan memelihara segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah di muka bumi,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

BAB I PENDAHULUAN. maupun dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 1 Zakat berarti suci,

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang fitrah. Sedangkan universalitas Islam menunjukkan bahwa Islam merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu kegiatan dasar manusia dan proses sosial

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. umat Islam, yaitu yang disebut dengan Rukun Islam. Rukun Islam itu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB II TINJAUN UMUM TENTANG ZAKAT, EFEKTIVITAS DAN KESEJAHTERAAN

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

ABSTRAKSI PENGGUNAAN DANA ZAKAT OLEH BADAN AMIL (BAZ) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seperti Sabda Nabi yang menyatakan bahwa kefakiran itu mendekati pada

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB IV ANALISIS KONSEP ZAKAT DAN PAJAK DALAM PEMIKIRAN MASDAR FARID MAS UDI. A. Analisis Terhadap Konsep Zakat dan Pajak Dalam Pemikiran Masdar Farid

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat peraturan yang dicantumkan dalam undang-undang. Hal

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DALAM UPAYA MENGUBAH STATUS MUSTAHIQ MENJADI MUZAKKI

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan.menjaga keserasian dan keseimbangan aspek jasmaniah dan rohaniah,

BAB I PENDAHULUAN. itulah kenyataan hidup di sepanjang sejarah dunia. Jika diperhatikan, kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin adalah mengeluarkan

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah.

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 14 Tahun 2011 Tentang PENARIKAN, PEMELIHARAAN, DAN PENYALURAN HARTA ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. segala isinya adalah merupakan amanah Allah SWT yang diberikan kepada manusia

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 8 Tahun 2011 Tentang AMIL ZAKAT

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berlaku secara universal dengan dua ciri dimensi, yaitu

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hal Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani, 2002,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan allah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari yang sering kita sebut dengan muamalah. Muamalat secara bahasa

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang sangat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat apabila ditunaikan dengan baik maka akan meningkatkan kualitas keimanan, membersihkan dan mensucikan jiwa, dan mengembangkan serta memberkahkan harta yang dimiliki. Dari sisi lain, zakat merupakan salah satu bentuk ibadah yang mengedepankan nilai-nilai sosial di samping membawa pesan ritual dan spiritual. Jika dikelola dengan baik dan amanah, zakat akan mampu meningkatkan kesejahteraan umat, mampu meningkatkan etos kerja umat serta sebagai institusi pemerataan ekonomi. Dari zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai pada zaman setelahnya, terbukti bahwa zakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan umat. Di samping membina hubungan dengan Allah, zakat juga akan menjembatani dan memperdekat hubungan kasih sayang antara sesama manusia dan mewujudkan kata-kata bahwa Islam itu bersaudara, saling membantu dan tolong menolong, yang kuat menolong yang lemah dan yang kaya membantu yang miskin. 1 Di dalam Alquran telah disebutkan sebanyak dua puluh tujuh ayat yang mensejajarkan kewajiban zakat dengan kewajiban shalat dan dalam rukun Islam 1 Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf (Jakarta : UI. Press,1988) h. 30

posisi kewajiban zakat menjadi urutan ketiga secara otomatis menjadi bagian mutlak dari keislaman seseorang, salah satu ayat Alquran yang mensejajarkan zakat dengan ibadah sholat ada dalam surat al-baqarah ayat 43 yang berbunyi : Artinya : Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang ruku. 2 (Qs : Al-Baqarah ayat 43) Zakat yang dikeluarkan secara tepat akan mensucikan dan membersihkan harta pihak yang mengeluarkannya, Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 103 :.. Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. 3 (Qs : At-Taubah ayat 103) Kesucian dan kebersihan harta yang di zakatkan itu sendiri pada dasarnya dapat dicapai jika dilakukan secara tepat kepada pihak-pihak yang berhak menerimanya. Oleh karena itu Islam telah menetapkan tata urutan golongan yang 2 Departemen Agam RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qura an, 2009) h. 8 3 Ibid, h. 261

berhak memperoleh zakat berdasarkan skala prioritasnya, sebagaimana firman Allah dalam Suarat At-Taubah Ayat 60 : Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orangorang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. 4 Di dalam Alquran pun disebutkan pujian bagi orang-orang yang menunaikan kewajiban tersebut dengan sungguh-sungguh dan memberikan ancaman bagi siapa saja yang sengaja meninggalkan. Salah satu sebab optimalnya fungsi zakat sebagai instrumen pemerataan perekonomian umat adalah dengan adanya lembaga yang mengurusi dengan baik dan amanah, dimulai dari pengumpulan zakat sampai pembagiannya kepada orang-orang yang berhak, dan hal ini merupakan tugas amil zakat. Keprofesionalan lembaga tersebut sangat diperlukan mengingat masyarakat yang sampai saat ini masih banyak yang awam mengenai zakat dan lembaga zakat. Di Indonesia sendiri, dari sisi hukum positif mengenai penerapan dan pengelolaan zakat mengalami perkembangan dengan dikeluarkannya undangundang yang berkaitan dengan zakat. Undang-undang tersebut adalah Undang- 4 Ibid, h.264.

undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dengan keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor D/tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat serta Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Sehingga dengan adanya undang-undang tersebut diharapkan akan mendukung pemahaman dan penerapan serta pengelolaan zakat terhadap masyarakat muslim di Indonesia. Pengelolaan distribusi zakat yang diterapkan di Indonesia terdapat dua macam kategori yaitu distribusi secara konsumtif dan produktif. Perkembangan metode distribusi zakat yang saat ini mengalami perkembangan pesat baik menjadi sebuah objek kajian ilmiah dan penerapannya di berbagai lembaga amil zakat yaitu metode pendayagunaan secara produktif. Zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada mustahik sebagai modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha. Untuk memberikan layanan terhadap masyarakat muslim, sampai saat ini banyak lembaga dan yayasan yang mendirikan lembaga amil zakat dengan lingkup lokal daerahnya masing-masing. Sebagai contoh telah berdiri L-ZIS Al-Hidayah. Saat ini telah menerapkan metode distribusi dana zakat yang bersifat produktif yang khususnya pada orang-orang (mustahik) tertentu atau dengan sebutan Masyarakat Binaan L-ZIS Al-Hidayah, dana tersebut diberikan kepada orang yang berhak dengan akad pinjaman atau qardhul hasan sebagai modal usaha, dengan harapan

masyarakat binaan tersebut mampu untuk memiliki penghasilan yang cukup umtuk memenuhi kebutuhan hidup. Bagi masyarakat yang sedang berkembang, seperti halnya Negara kita tidaklah efektif kalau zakat itu dibagikan begitu saja kepada para mustahik. Tidak hanya karena harta itu akan cepat habis, tetapi lebih dari itu karena akan kehilangan makna zakat yang hakiki. Zakat demikian itu termasuk zakat yang tidak subur dan tidak menyuburkan atau tidak produktif. 5 Singkatnya, pelaksanaan zakat masih banyak dikembangkan secara insidentil, bahkan tanpa perencanaan dan pengarahan yang sungguh-sungguh sehingga secara tidak disadari telah melemahkan konsep zakat itu sendiri ditengahtengah kemajuan ekonomi dan masyarakat diabad modern ini. Untuk ini bagaimana pengelolaannya memerlukan suatu pemikiran yang mendalam dan penyelesaiaan problem hukumnya. Untuk mengatur masalah zakat yang banyak mengandung dimensi kemasyarakatan ini, diperlukan campur tangan pemerintah. Berdasarkan nash al- Qur an surat At-Taubah 103 telah memberikan legalitas dan wewenang kepada pemerintah untuk menangani, mengelola, mengatur, menata, mengorganisir, dan meningkatkan daya guna zakat ini. Tentu dengan memperhatikan kepentingan dan kemaslahatan umat Islam selaku mayoritas bangsa. Dari penelitian awal yang penulis lakukan di Lembaga amil Zakat (L-ZIS Al- Hidayah) Bahaur Hilir Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau ternyata 81 5 Djamaluddin Ahmad Al Buny, Problematika Harta dan Zakat, Surabaya :Bina Ilmu 1983, h.

ada kasus dalam pelaksanaan zakat yang bersifat konsumtif padahal pada awalnya lembaga tersebut menerapkan metode dana zakat yang bersifat produktif. Salah satu kasus yang penulis temui adalah ketika seorang mustahiq mendapatkan dana yang berupa zakat produktif dan digunakan untuk modal usaha, karena manajemen yang tidak baik dan kurangnya pengawasan dari pihak lembaga penlola zakat, maka dana yang diberikan habis hanya untuk kepentingan konsumtif. Memperhatikan realita yang terjadi, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti permasalahan praktik zakat produktif yang akhirnya menjadi konsumtif beserta alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya, serta tinjauan hukum Islam terhadap praktik tersebut. Penelitian ini disusun dalam bentuk skripsi yang mengambil judul, Penyimpangan Pendayagunaan Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Al-Hidayah Bahaur Hilir Kecamatan Kahayan Kuala) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan permasalahan penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana gambaran pendayagunaan zakat produktif di L-ZIS Al-Hidayah Bahaur Hilir Kecamatan Kahayan Kuala? 2. Apa alasan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pendayagunaan zakat yang seharusnya produktif menjadi konsumtif?

3. Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai penyimpanagan zakat produktif menjadi konsumtif? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui gambaran pendayagunaan zakat produktif di L-ZIS Al-Hidayah. 2. Mengetahui alasan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan pendayagunaan zakat yang seharusnya produktif menjadi konsumtif. 3. Mengetahui tinjauan hukum Islam mengenai Penyimpangan zakat produktif. D. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dan pembaca pada umumnya yang ingin mengetahui permasalahan ini secara lebih mendalam. 2. Sebagai bahan ilmiah bagi mereka yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut dalam permasalahan yang sama namun dari sudut pandang yang berbeda. 3. Bahan pembenahan kepustakaan bagi fakultas syariah dan perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin, serta bagi pihak lain yang berkepentingan dengan hasil tersebut. 4. Memberikan kontribusi pemikiran dan wawasan kepada seluruh lapisan masyarakat apabila dihadapkan pada persoalan praktik pendayagunaan zakat produktif.

E. Definisi Operasional 1. Pendayaagunaan adalah pengusahaan agar mendatangkan hasil. 2. Zakat produktif adalah zakat yang diserahkan kepada mustahik sebagai pinjaman modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi, yaitu untuk menumbuhkembangkan tingkat ekonomi dan potensi produktifitas mustahik. 3. Hukum Islam adalah seperangkat peraturan tentang perbuatan manusia yang ditetapkan oleh pemangkunya berdasarkan wahyu Allah SWT yang mengikat masyarakat muslim guna mewujudkan keadilan. 4. Amil Zakat adalah orang atau lembaga yang mendapatkan tugas untuk mengambil, memungut, dan menerima zakat dari para muzakki, menjaga dan memeliharanya untuk kemudian menyalurkannya kepada para mustahik yang berhak menerimanya. Jadi yang dimaksud pendayagunaan zakat produktif adalah zakat yang diserahkan kepada mustahiq sebagai pinjaman modal untuk menjalankan suatu kegiatan ekonomi dalam bentuk usaha di desa Bahaur Hilir Kecamatan Kahayan Kuala. F. Kajian Pustaka Pembahasan mengenai zakat telah banyak ditulis oleh banyak ulama dan pakar zakat di Indonesia. Termasuk dalam pembahasan konsep distribusi dana zakat dengan metode secara produktif, Arif Mufraini menjelaskan dalam bukunya yang

berjudul Akuntansi dan Manajemen Zakat bahwa ada dua pola yang dapat dilakukan dalam mendistribusikan dana zakat yaitu dengan cara qardhul hasan dan mudharabah. Hal serupa tentang zakat produktif dibahas pula oleh Asnaini, S.Ag, M.Ag dalam bukunya yang berjudul Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam. Selain itu dikalangan mahasiswa juga ada membahas mengenai zakat, diantaranya adalah : 1. Jamilah. Fakultas Syariah IAIN Antasari 2006, dengan judul Praktik Zakat Bersyarat di Desa Tabunganen Pemurus Dua Kecamatan Tabunganen Kabupaten Barito Kuala dengan latar belakang masalah tentang adanya pelaksanaan syarat yang ditetapkan oleh muzakki kepada calon penerima zakat, apabila persyaratan itu tidak disetujui maka muzakki tidak akan memberikan zakatnya kepada yang bersangkutan. 2. Muhammad Nur Ihsan. Fakultas Syariah IAIN Antasari 2009, dengan judul Zakat Produktif (kendala dalam pengelolaan dan penyalurannya di kota Banjarmasin).Penelitian ini merupakan penelitian lapangan mengenai kendala dalam pengelolaan dan penyaluran dana zakat secara produktif di kota Banjarmasin. Sedangkan dalam penelitian skripsi ini yang berjudul Penyimpangan Pendayagunaan Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Al-Hidayah Bahaur Hilir Kecamatan Kahayan Kuala) penulis membahas mengenai pendayagunaan zakat namun lebih terfokus pada zakat yang bersifat produktif.

G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami pembahasan ini maka penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu sebagai berikut : Bab I pendahuluan, yang berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, definisi operasional, kajian pustaka dan sistematika penulisan. Bab II ketentuan umum tentang zakat, yang meliputi pengertian zakat, dasar hukum zakat, orang-orang yang berhak menerima zakat, orang-orang yang tidak berhak menerima zakat, tujuan dan hikmah di syariatkannya zakat, zakat produktif dalam perspektif hukum Islam. Bab III metode Penelitian, terdiri dari jenis, sifat dan lokasi penelitian, subyek dan objek penelitian, data dan sumber data, tekhnik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data serta tahapan penelitian. Bab IV penyajian data dan analisis Bab V penutup, terdiri dari simpulan dan saran-saran.