BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pelestarian budaya lokal oleh pemprov Bangka dan proses pewarisan nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

2017 TARI SAMBUT SEPINTU SEDULANGDI SANGGAR PESONA WANGKA KOTA SUNGAI LIAT KABUPATEN BANGKA

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan budaya senantiasa memberlakukan nilai-nilai sosial budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada makanan tertentu bukan hanya sekedar pemenuhan kebutuhan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan satu bagian dalam proses kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk budaya mengandung pengertian bahwa

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau merupakan salah satu dari antara kelompok etnis utama bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan sistem nilai suatu masyarakat, meliputi cara-cara berlaku,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

Workshop Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kab. Sumba Barat Daya Prov. Nusa Tenggara Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. dan aturan yang harus di patuhi untuk setiap suami, istri, anak, menantu, cucu,

BAB IV ANALISIS TRADISI BUNCENG UMAT KONGHUCU DI TITD. sekitar klenteng dalam menanggapi pelaksanaan tradisi sedekah bumi.

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial, dimana kehidupan manusia ditandai dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebagai objek daya tarik wisata meliputi; pesta panen hasil kebun, makan adat Horum

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara kepulauan yang kaya akan kebudayaan dimana

ABSTRAK. Kata Kunci : Budaya, Feature, Nusantaraku, Produser, Rasulan. xii + 82 halaman; 17 gambar; 10 tabel Daftar acuan: 14 ( )

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tradisi-tradisi yang memuja roh roh leluhur. Maka telah tercipta sebuah

BAB IV BENTUK KERUKUNAN UMAT BERGAMA ISLAM DAN KRISTEN DI DESAMIAGAN. A. Bentuk Kerukunan Beragama Islam Dan Kristen Pada Hari Besar

BAB I PENDAHULUAN. Suku Tionghoa merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Bagi ahli antropologi, religi merupakan satu fenomena budaya. Ia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil. Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

BAB V PENUTUP. selamatan dan hajatan. Dalam pelaksanaan hajatan dan selamatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan terjadi melalui proses belajar dari lingkungan alam maupun

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berdiri diatas keberagaman suku,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN. sesamanya. Hubungan sosial di antara manusia membentuk suatu pola kehidupan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, kebudayaan pada umumnya tumbuh dan

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Dekke naniarsik (ikan mas arsik) atau dekke naniura. Dekke dalam bahasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam etnis tertentu juga bisa menjadi sarana interaksi sosial. Dalam sebuah tradisi ritual mengandung simbol-simbol komunikasi. Tradisi berguna supaya manusia tidak melupakan tradisi-tradisi yang sudah dijalankan oleh para leluhur mereka dari masa ke masa. Tradisi sangat penting untuk diteruskan, karena tradisi merupakan penggambaran dari sebuah kebudayaan suatu daerah dan tradisi juga menjadi suatu bagian kehidupan dari sekelompok masyarakat. Tradisi merupakan bagian dari budaya. Menurut Deert Hofstede (1984:21 dalam Nasrullah, 2012: 16) budaya diartikan tidak sekadar sebagai respons dari pemikiran manusia atau programming of the mind, melainkan juga sebagai jawaban atau respons dari interaksi antar manusia yang melibatkan pola-pola tertentu sebagai anggota kelompok dalam merespons lingkungan termpat manusia itu berada. Penelitian terhadap tradisi sangat penting dilakukan, karena untuk mengetahui kenyataan yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi pada dasarnya mencerminkan realitas sosial yang dapat memberikan pengaruh

terhadap masyarakatnya. Oleh karena itu, tradisi dapat dijadikan objek untu mengetahui realitas sosial. Sesuai dengan penelitian ini, nilai-nilai budaya yang akan dipusatkan pada tradisi lisan. Karena budaya diwariskan melalui komunikasi. Sehingga Budaya dan komunikasi saling berpengaruh. Karena budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan, dengan adanya budaya orang-orang dapat melakukan komunikasi. Seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Menurut kodratnya manusia adalah individu yang selalu hidup bersama dengan manusia lainya, maka itu manusia disebut sebagai makhluk sosial. Karena sejak lahir setiap manusia sudah diberikan pikiran dan akal yang terus menerus dapat berkembang dan sudah ditanamkan nilai-nilai budaya. Setiap budaya yang diberikan kepada manusia, memiliki arti yang berbeda-beda. Porter & Samovar dalam (Mulyana dan Rahmat, 2006) mengatakan, apa yang mereka lakukan, bagaimana mereka bertindak, merupakan respons terhadap fungsi-fungsi budayanya. Menurut Sihabudin (2011:19), budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Budaya menampakkan diri, dalam pola-pola bahasa dan bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku; gaya berkomunikasi. Bentuk-bentuk budaya salah satunya adalah dengan adanya tradisi-tradisi yang sudah menjadi kebiasaan dari orang tua. Tradisi itu sendiri merupakan suatu gagasan yang sudah 2

diwariskan pada masa lalu dan sampai sekarang masih benar-benar ada, terus dilaksanakan sesuai dengan apa yang sudah pernah dijalankan. Salah satu tradisi yang masih di pertahankan oleh masyarakat Bangka adalah tradisi upacara Chit Ngiat Phan. Tradisi upacara Chit Ngiat Phan telah menjadi sarana untuk membentuk sebuah komunikasi sosial. Dengan di bentuknya komunikasi sosial, setidaknya menunjukan bahwa komunikasi itu penting sebagai (Mulyana, 2013:5) : - Membangun konsep diri - Eksistensi dan aktualisasi diri - Kelangsungan hidup, memupuk hubungan baik, dan mencapai kebahagiaan. Komunikasi sosial berkaitan dengan dua individu atau lebih ketika melakukan interaksi. Menurut Ruben, komunikasi adalah suatu proses yang mendasari intersubjektivitasasi, suatu fenomena yang terjadi sebagai akibat simbolisasi publik dan penggunaan serta penyebaran simbol (Mulyana & Rakhmat, 2005: 142) Oleh karena itu, dalam tradisi Chit Ngiat Phan masyarakat Bangka khususnya masyarakat Sungailiat membuat timbulnya sebuah bentuk perilaku atau tindakan yang saling berkesesuaian antara individu dengan individu lainya. Individu-individu tersebut melakukan solidaritas dan kolektivitas sehingga menjadikan mereka sebagai anggota komunitas. 3

Tradisi Upacara Chit Ngiat Phan adalah sebuah tradisi yang sudah turun temurun dari leluhur. Tradisi sebagai sarana komunikasi sosial masyarakat Bangka. Nilai-nilai komunikasi yang terbentuk di dalam lingkungan masyarakat Bangka tersebut adalah solidaritas, kebersamaan, keharmonisan dan kesatuan. Tradisi yang penulis teliti adalah tradisi upacara Chit Ngiat Phan (hari rebut). Tradisi ini berasal dari provinsi Bangka Belitung, yang selalu dirayakan oleh warga Tionghoa pada bulan 7 tanggal 15 (tanggalan China) di setiap kelenteng.tradisi upacara Chit Ngiat Phan dilakukan oleh para leluhur-leluhur yang keturunan Tionghoa. Sebelum membahas mengenai tradisi upacara Chit Ngiat Phan, penulis akan membahas mengenai Kepulauan Bangka Belitung terlebih dahulu. Sekilas mengenai sejarah provinsi kepulauan Bangka Belitung. Kepulauan Bangka Belitung ditaklukan oleh kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram, selain itu, Bangka Belitung adalah daerah jajahan Inggris dan kemudian dilakukan serah terima kepada pemerintah Belanda yang diadakan di Muntok pada tanggal 10 Desember 1816. Provinsi Kepeluan Bangka Belitung terdiri dari dua pulau besar yaitu; Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Kabupaten Bangka, memiliki semboyan SEPINTU SEDULANG. Arti dari semboyan SEPINTU SEDULANG yaitu mencerminkan sifat kegotongroyongan dalam kehidupan/kebudayaan masyarakat Bangka. Beberapa tradisi yang ada di kabupaten Bangka, yaitu: Upacara Adat Rebo Kasan (upacara adat tolak bala disimbolkkan dengan ketupat lepas dan air wafa yang dilaksanakan secara turun menurun), Tradisi Sepintu Sedulang (dapat disaksikan pada saat panen lada, acara-acara adat, peringatan besar keagamaan, perkawinan, dan 4

kematian), Sembahyang kubur (upacara ritual ziarah kubur untuk menghormati ara leluhur yang dilaksankan di Perkuburan Kemujan. Merupakan agenda tahunan Kalender Cina), Upacara Chit Ngiat Phan (ritual budaya masyarakat cina memuja Dewi Kwan Im yang merupakan agenda Tahunan), dll Salah satu tradisi yang akan penulis teliti dari kabupaten Bangka adalah Tradisi Upacara Chit Ngiat Phan. Upacara Chit Ngiat Phan menjadi ritual yang sampai sekarang masih dilakukan para warga Bangka. Warga Bangka percaya bahwa pada saat Chit Ngiat Phan pintu akherat terbuka lebar sehingga arwaharwah akan keluar dan bergentayangan. Arwah-arwah yang keluar akan kembali ke rumah mereka, ada juga yang mengatakan kalau arwah-arwah yang kembali kerumah mereka masing-masing karena tidak terawat dan dengan keadaan yang terlantar. Tradisi Chit Ngiat Phan yang diadakan setiap tahunnya oleh masyarakat Bangka khususnya masyarakat Sungailiat adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Tionghoa dan non Tionghoa. Walaupun ada perbedaan agama, suku dan ras pada pelaksanaan tradisi upacara Chit Ngiat Phan, masyarakat Bangka, khususnya masyarakat Sungailiat terus saling bekerja sama, tolong menolong antara satu dengan yang lainnya. Tradisi ini bertujuan untuk memberikan penghormatan-penghormatan kepada arwah para leluhur mereka. Chit Ngiat Phan juga banyak dihiasi oleh beragam patung-patung, seperti patung Thai se ja (raksasa), kapal dan hewan. Patung Thai Se Ja, dipercaya oleh masyarakat Bangka sebagai pejaga pintu 5

akherat yang mencatat keluar masuknya arwah para leluhur. Puncak acaranya akan di mulai pada malam hari dengan melakukan rebutan pada meja yang sudah disiapkan oleh para panitia acara, setelah rebutan selesai. Thaipak (dukun) akan memulai membakar patung Thai Se Ja, tujuan patung ini dibakar adalah supaya arwah-arwah para leluhur yang pulang ke rumah mereka, akan kembali ke dunia akherat. Menurut Weber (Mulyana,2013: 61), menjelaskan bahwa tindakan sosial adalah tindakan yang disengaja, disengaja bagi orang lain dan bagi sang aktor sendiri, yang pikiran-pikirannya aktif saling menafsirkan perilaku orang lainnya, berkomunikasi satu sama lain,dan mengendalikan perilaku dirinya masing-masing sesuai dengan maksud komunikasinya. Sama hal nya dengan, tradisi Chit Ngiat Phan yang setiap tahunnya diadakan akan selalu menimbulkan tindakan sosial dari masyarakat Sungailiat untuk melakukan gotong royong, tanggung jawab dan kekompakan diantara masyarakat Sungailiat hingga upacara tersebut dapat diselenggarakan dengan baik dari awal hingga akhir, dengan adanya upacara Chit Ngiat Phan, bukan hanya tindakan sosial, tetapi mereka bersama-sama akan membentuk komunikasi yang lebih intensif. Tradisi upacara Chit Ngiat Phan, memiliki makna baik yang tersirat dan tersurat yang semuanya terdapat dalam rangkaian prosesi upacara tersebut. Dengan kata lain sebuah upacara Chit Ngiat Phan menjadi sebuah bentuk 6

rangkaian komunikasi yang di dalamnya tersampaikan pesan-pesan di antara masyarakat etnis dan juga kepada leluhur mereka. Sehingga tradisi Chit Ngiat Phan dapat dikatakan menjadi sebuah alat sebagai sarana komunikasi tradisional. Karena tradisi Chit Ngiat Phan yang diadakan setahun sekali oleh warga Bangka kususnya desa Sungailiat, menjadi sebuah sarana komunikasi alami. Beberapa bulan sebelum upacara Chit Ngiat Phan diselenggarakan, masyarakat bersama-sama tanggung jawab dan bekerja sama untuk membuat, menyiapkan semua persiapan yang diperlukan pada saat upacara Chit Ngiat Phan tersebut. Masyarakat Sungailiat akan datang ke kelenteng untuk membantu para panitia yang sedang melakukan persiapan. Tidak hanya masyarakat Tionghoa saja yang datang membantu, tetapi ada juga non Tionghoa yang membantu untuk persiapan upacara Chit Ngiat Phan. Selain membantu turut serta dalam melakukan persiapan, masyarakat Sungailiat ataupun masyarakat Sungailiat yang sudah merantau dapat juga mebantu dalam menyumbangkan berbagai kebutuhan, seperti; uang, buah-buahan, sembako, hio, babi,dll. Sedangkan warga non Tionghoa dapat juga turut serta untuk menyumbang, karena akan disediakan tempat untuk warga non Tionghoa yang mau turut andil dalam upacara Chit Ngiat Phan. Hampir sama dengan warga Tionghoa, hanya bedanya warga non Tionghoa tidak menggunakan babi. Mereka akan menyumbang ayam, kambing atau sapi. 7

Alasan peneliti melakukan peneltian ini adalah agar individu-individu era modern mau ikut serta, dan tidak melupakan acara-acara adat yang sudah turun menurun dilakukan oleh leluhur mereka. karena dengan adanya acara-acara adat seperti ini akan membuat sebuah nilai-nilai baik untuk membangun sebuah solidaritas. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini penting dan menarik untuk dikaji karena berkaitan dengan etnografi komunikasi yang merupakan pendekatan bahasa, komunikasi dan budaya, yaitu melihat penggunaan bahasa secara umum dihubungkan dengan nilai-nilai sosial dan kultural yang ada di dalam upacara Chit Ngiat Phan. Pada pelaksanaan upacara Chit Ngiat Phan, kita dapat memahami bahasa, interaksi, nilai yang dianut, dan pola-pola lain yang disepakati bersama sewaktu upacara Chit Ngiat Phan berlangsung. Kaitannya penelitian ini dengan etnografi komunikasi adalah untuk menggambarkan, menganalisis dan menjelaskan perilaku komunikasi dari suau kelompok sosial. Seperti perilaku komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat Sungailiat adalah ketiaka mereka bersama-sama memaknai simbol-simbol. 8

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tradisi Chit Ngiat Phan digunakan sebagai media komunikasi sosial untuk membangun nilai-nilai solidaritas? 2. Bagaimana nilai-nilai budaya masyarakat Sungailiat tercemin melalui perilaku komunikasi sosialnya? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui nilai-nilai solidaritas dengan menggunakan komunikasi sosial melalui tradisi upacara Chit Ngiat Phan. 2. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang terdapat dalam perilaku komunikasi masyarakat Sungailiat melalui tradisi upacara Chit Ngiat Phan. 9

1.4 Manfaat Penelitian Penulis berharapagar penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya, baik manfaat akademis, maupun manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan sebagai pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi terutama dalam Komunikasi Sosial, selain itu diharapkan penelitian ini memberikan pengetahuan mengenai komunikasi sosial dan nilai-nilai budaya yang diwujudkan melalui komunikasi ritual. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat agar mereka tidak akan pernah melupakan tradisi budayanya, sehingga pembaca diharapkan lebih dapat memaknai setiap tradisi budaya dan tidak menghilangkan setiap unsur tradisi budaya. Selain itu, masyarakat akan terus melestarikan budaya yang ada di Bangka, tepatnya tradisi budaya yang sudah turun menurun diwariskan oleh para leluhur. 10