BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya

dokumen-dokumen yang mirip
INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Menurut Djamarah (2000: 22) Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terikat, terarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan Sardiman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

Skripsi Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Di era saat ini, pendidikan sangatlah memiliki peranan yang penting.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. filterisasi terhadap dampak negatif yang ditimbulkannya. Adapun langkah

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan sumber daya manusia diupayakan melalui pendidikan baik

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga maupun masyarakat dalam suatu bangsa. Pendidikan bisa. dikatakan gagal dan menuai kecaman jika manusia - manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama keberhasilan Pembangunan Nasional. Semakin tinggi kualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlak. Menurut bahasa, akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya dengan kata khaliq yang berarti pencipta dan makhluq yang berarti yang diciptakan (Anwar, 2010:11). Peserta didik khususnya mereka yang belajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah generasi yang akan datang dapat diperkirakan bahwa mereka sekarang adalah pencerminan masyarakat yang akan datang. Baik buruknya bentuk masyarakat, bangunan moral dan intelektual, dalam penghayatan terhadap agama, kesadaran kebangsaan, tingkat dan derajat kamajuan, perilaku dan kepribadian antara sesama masyarakat yang akan datang tergantung pada remaja sekarang. Namun kenyataan telah menunjukkan bahwa perkembangan zaman yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu mengakibatkan perubahan sosial dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi, transportasi dan sistem informasi membuat perubahan masyarakat malaju dengan cepat. Dalam menghadapi situasi demikian peserta didik memiliki jiwa yang lebih sensitif, yang pada akhirnya tidak sedikit para peserta didik terjerumus kepada hal-hal yang bertentangan dengan makna moral, norma agama, norma susila serta norma hidup di masyarakat karena lupa dengan apa yang dilakukan oleh pendahulu kita. Seiring 1

dengan laju perkembangan ilmu dan teknologi, juga menuntut para penanggung jawab pendidikan khususnya seorang pendidik untuk dapat mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pembinaan akhlak menjadi sangat penting mengingat perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang diiringi dengan efek negatif yang dibuktikan dengan fenomena-fenomena kesenjangan sosial, seperti perkelahian antar pelajar, pengkonsumsian obat-obatan terlarang oleh anak muda, dan sebagainya. Penanaman nilai-nilai keislaman memang harus dilakukan sejak usia dini. Anak sebagai generasi penerus bangsa harus mendapat perhatian yang serius baik dari orang tua, masyarakat maupun dari lingkungan sekolah terutama dalam berperilaku. Dalam ajaran agama Islam, masalah akhlak mendapat perhatian yang sangat besar sebagaimana sabda Nabi SAW orang mukmin yang paling sempurna imanya adalah yang paling baik akhlaknya (HR Tirmidzi). Menurut Zakiyah Darajat dalam Ilmu Jiwa Agama kemerosotan akhlak (perilaku) disebabkan oleh kurang tertanamnya jiwa agama pada seseorang dan tidak terlaksanaya pendidikan agama sebagaimana mestinya di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sedang saat ini tugas dan tanggungjawab pendidikan agama, keluarga dan masyarakat cenderung memercayakan sebagaian tanggungjawabnya kepada guru agama. Lebih lanjut tersirat dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bab 2 pasal 3, menyatakan bahwa: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, 2

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara bertanggungjawab. yang demokratis serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah Ayah merupakan sekolah yang memiliki peserta didik heterogen dalam pemahaman nilai-nilai religius. Hal ini disebabkan oleh bermacam latar belakang pendidikan peserta didik, sehingga dalam penanaman dan pembinaan akhlak perlu adanya strategi dan pendekatan yang dapat diterima oleh semua elemen peserta didik yang ada. Kaitanya dengan pembinaan akhlak melalui kegiatan-kegiatan keagamaan adalah, SMP Muhammadiyah Ayah mengoptimalkan pembinaan akhlak siswa dengan melalui berbagai kegiatan. Diantara kegiatan pembinaan akhlak yang menonjol adalah melalui kegiataan keagamaan. Dikatakan oleh ibu Roh Mulyati, S.Ag selaku guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMP Muhammadiyah Ayah saat penulis melakukan wawancara dan observasi pra penelitian, menurut beliau sekolah ini lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang mendukung pembinaan akhlak, seperti membaca dan hafalan asmaul husna sebelum pembelajaran dimulai. Selain hal tersebut, lingkungan sekolah juga sudah membiasakan kegiatan-kegiatan yang mendukung pembinaan akhlak siswa seperti kebersihan lingkungan kelas, kedisiplinan, dan keteladanan yang diberikan oleh para guru. Dalam hal pembinaan akhlak siswa, pihak sekolah SMP Muhammadiyah Ayah beserta para guru sudah mengoptimalkan berbagai kegiatan yang mendukung terciptanya akhlak mulia siswa, akan tetapi masih dijumpai siswa yang belum bisa membaca huruf hijaiyah, selain itu dijumpai pula siswa yang masih memiliki akhlak kurang baik, misalnya masih ada siswa yang belum mentaati peraturan, dan lain-lain. Hal tersebut dikarenakan latar belakang keluarga siswa juga masih banyak yang kurang 3

mempedulikan. Melihat realita seperti itu, tentu masih belum cukup untuk membentuk akhlak siswa, masih harus digiatkan kegiatan lain yang lebih mendukung dan efisien. Oleh karena itu, sekolah mengupayakan pembinaan siswa tersebut melalui kegiatankegiatan keagamaan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis meneliti lebih mendalam terhadap pembinaan akhlak di SMP Muhammadiyah Ayah khusunya melalui kegiatan keagamaan siswa. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil sempel penelitian pada peserta didik di SMP Muhammadiyah Ayah dengan judul Upaya Pembinaan Akhlak Melalui Kegiatan Keagamaan Siswa di SMP Muhammadiyah Ayah Kebumen Tahun Pelajaran 2013/2014. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas dan melihat kondisi sekarang yang terjadi pada kalangan peserta didik di SMP Muhammadiyah Ayah Kebumen tahun pelajaran 2013/2014, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu Bagaimana upaya pembinaan akhlak melalui kegiatan keagamaan siswa di SMP Muhammadiyah Ayah Kebumen tahun pelajaran 2013/2014?. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan penjabaran dari perumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pembinaan akhlak melalui kegiatan keagamaan siswa di SMP Muhammadiyah Ayah Kebumen tahun pelajaran 2013/2014. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 4

Manfaat secara teoritis adalah untuk menambah khazanah keilmuan khususnya dalam bidang ilmu pendidikan, yaitu memberi konstribusi ilmiah terhadap referensi pembinaan akhlak yang dikembangkan melalui kegiatan keagamaan. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan pengalaman bagi penulis pribadi mengenai bagaimana cara pembinaan akhlak pada peserta didik. b. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada stake holder sekolah dan guru-guru agama pada khususnya yang mengintegralkan pembinaan akhlak dalam setiap kegiatan maupun mata pelajaran, salah satunya melalui kegiatan keagamaan siswa. 5