PENGARUH JENIS DAN KOMPOSISI PEREKAT TERHADAP KUALITAS BRIKET BATUBARA MUDA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN BRIKET BATUBARA MUDA (BROWN COAL) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF BERKALORI TINGGI

LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HALUOLEO

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

4.1.1 Nilai Kalor (Heating value)

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

Lampiran 1. Perbandingan nilai kalor beberapa jenis bahan bakar

BAB III METODE PENELITIAN

(Maryati Doloksaribu)

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 8 NOMOR 1 FEBRUARI Analisis Kualitas Briket Hybrid sebagai Bahan Bakar Alternatif

METODOLOGI PENELITIAN

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

BAB III. METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

STUDI MUTU BRIKET ARANG DENGAN BAHAN BAKU LIMBAH BIOMASSA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

PENGARUH VARIASI JUMLAH CAMPURAN PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 2 AGUSTUS 2015

Konsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

Lampiran I Data Pengamatan. 1.1 Data Hasil Pengamatan Bahan Baku Tabel 6. Hasil Analisa Bahan Baku

OPTIMASI BENTUK DAN UKURAN ARANG DARI KULIT BUAH KARET UNTUK MENGHASILKAN BIOBRIKET. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

OPTIMASI PRODUKSI BIOBRIKET DARI KULIT BUAH KARET

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT HASIL HIDROLISIS DARI KULIT SINGKONG MENJADI BIOBRIKET

The effect of starch adhesive variation to the calory value of corncob briquettes

Daun Jati Dan Daun Kakao Sebagai Sumber Energi Alternatif

BAB III METODE PENELITIAN

Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

PENERAPAN IPTEKS PEMANFAATAN BRIKET SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF PENGGAANTI MINYAK TANAH. Oleh: Muhammad Kadri dan Rugaya

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

Pengaruh Prosentase Campuran Briket Limbah Serbuk Kayu Gergajian Dan Limbah Daun Kayuputih Terhadap Nilai Kalor Dan Kecepatan Pembakaran

PENGARUH KOMPOSISI PEREKAT TEPUNG PADA BIOBRIKET LIMBAH BAGLOG JAMUR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

PERSETUJUAN PEMBIMBING. Oleh Emilia Usman

BAB III METODE PENELITIAN

Berapa Total Produksi Sampah di ITS..??

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

PROSES CETAK BRIKET BERBAHAN LIMBAH KOLANG-KALING DENGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

ANALISIS PEGARUH KOMPOSISI TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET BIOBATUBARA CAMPURAN AMPAS TEBU DAN OLI BEKAS

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH DEDAUNAN

PENGARUH PERBANDINGAN MASSA ECENG GONDOK DAN TEMPURUNG KELAPA SERTA KADAR PEREKAT TAPIOKA TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI

Pembuatan Briket Hasil Pemanfaatan Eceng Gondok dan Sampah Plastik HDPE Sebagai Energi Alternatif

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN BRIKET BIORANG DARI CAMPURAN LIMBAH TEMPURUNG KELAPA SAWIT DAN CANGKANG BIJI KARET

Pembuatan Biobriket dari Tempurung Kemiri sebagai Bahan Bakar Alternatif

Transkripsi:

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 1 NOMOR 2 OKTOBER 214 PENGARUH JENIS DAN KOMPOSISI PEREKAT TERHADAP KUALITAS BRIKET BATUBARA MUDA M. Jahiding 1, Mashuni 2, E. S. Hasan 1, A. S. Gangganora 1 1 Laboratorum Fisika Material dan Energi Fakultas MIPA Universitas Halu Oleo Tlp/Fax : 41-3193929/41-319496 2) Laboratorium Kimia Analitik Fakultas MIPA Universitas Halu Oleo e-mail: muhjahiding68@yahoo.com ABSTRACT It has been tested qualitybrown coal powderusingproximate analysisandcalorific value analysis. Powder and briquettes of brown coalmade with jatropha seed starch, cassavastarch, andstarchas anbinder.powder and briquettes of brown coalwith varied jatropha seedstarch, cassavastarchandstarchcompositionof5%, 1% and15% of thetotalmass sample. Size of brown coalparticle used by 6 mesh. Samplesprinted in cylindrical mold with diameter 1.52cm and acompactionpressureof1kg/cm 2. Testing the quality of brown coalpowderinclude determiningparameters: moisture content, volatile matter, ash content, fixed carbon and calorific value. Testing the quality of brown coal briquettes includedensity,suluttime, andtime of flame. The results showed caloric testing of mix brown coal powder with jatropha seed starch, cassava starch and starch binder with composition 5%, 1% and 15% obtained calorific value between 5573.233 kcal/kg until 5971.28 kcal/kg. Highest calorific value is at cassava starch with composition 1%. Keywords: brown coal, jatropha seedstarch, cassavastarch, starch, briquettes, calories, flame test. I. PENDAHULUAN Minyak bumi adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, dimana ketersediaannya akan berkurang jika terus menerus dipergunakan bahkan sumber energi ini dapat pula akan habis. Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri. Dalam kurun waktu 1-15 tahun ke depan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan akan habis. Perkiraan ini terbukti dengan seringnya terjadi kelangkaan BBM di beberapa daerah di Indonesia (Hambali, E., dkk, 27).Dengan semakin berkurangnya energi tak terbaharui ini maka banyak penelitian yang dilakukan untuk memanfaatkan dan mengoptimalkan penggunaan energi, salah satunya adalah pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif. Batubara dapat dibagi dalam empat jenis, yaitu: antrasite, bitominous, sub bitominous dan lignite. Antrasite memiliki karakteristik: padat, keras, warna hitam mengkilap, mengandung (93 96) % karbon, nilai kalor sangat tinggi, kandungan air dan abu sangat sedikit, lambat terbakar dan sedikit sekali asap dan merupakan jenis batubara terbaik. Bitominous atau batubara lunak memiliki karakteristik: kurang padat, warna hitam mengkilap, mengandung (82 9) % karbon, nilai kalor tinggi, kandungan air dan abu sedikit, kebanyakan batubara berbentuk bitominous. Sub bitominous mengandung karbon relatif tinggi (75 82) %, warna hitam mengkilap, nilai kalor rendah, kandungan abu dan air sedikit sehingga menghasilkan sumber panas yang tidak efisien. Sedangkan lignite atau batubara coklat adalah batubara yang mengandung cukup banyak air, warnanya hitam, sangat rapuh, kandungan karbonnya 7 %, kandungan abu banyak dan memiliki nilai kalor yang rendah (Sukandarrumidi, 1995). Menurut laporan Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat indikasi potensi batubara di Kabupaten Kolaka Utara.Berdasarkan Peta Geologi Potensi Bahan Galian dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui di daerah tersebut terdapat indikasi adanya batubara.setelah dilakukan kegiatan penyelidikan, bahan galian batubara dijumpai di DAS Sungai Watunohu Dusun Lametusa Desa Parutallang Kecamatan Ngapa Kabupaten Kolaka Utara. Dari hasil kegiatan penyelidikan yang telah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara diketahui bahwa bahan galian batubara yang dijumpai di daerah tersebut merupakan jenis batubara lignit (browncoal), hal ini dapat dilihat bahwa secara fisik tidak lagi nampak unsur-unsur pembentukannya (unsur tumbuhan) di dalamnya (Ratnawati, 21). 67

68 JAF, Vol. 1 No. 2 (214), 67-76 Pembuatan briket batubara muda dengan penggunaan bahan perekat akan lebih baik hasilnya jika dibandingkan tanpa menggunakan bahan perekat, disamping meningkatkan nilai bakar dari briket, kekuatan briket arang dari tekanan luar juga lebih baik (tidak mudah pecah) (Sudradjat,1983). Dalam pembuatan serbuk dan briket batubara mudaagar diperoleh kualitas yang baik dan batubara muda yang memiliki nilai kalor tinggi maka perlu dilakukan suatu inovasi dalam pembuatannya, oleh karena itu dalam pembuatan serbuk dan briket batubara muda ini dilakukan inovasi dengan menambahkan perekat.perekat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pati biji jarak, pati singkong, dan tepung kanji. II. Alat dan Bahan METODE PENELITIAN Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tanur untuk mengabukan sampel dan pemanas pada saat proses aktivasi sampel, mortar untuk menggerus dan menghaluskan batubara, alat kompaksi biobriket untuk mengompaksi arang briket, ayakan ukuran 6 mesh untuk mengayak batubara muda agar didapatkan ukuran butiran yang homogen, hot plate untuk memanaskan air pelarut bahan perekat, pencetak biobriket berbentuk silinder berongga untuk mencetak briket, timbangan digital untuk menimbang massa briket, oven untuk mngeringkan sampel briket, cawan sebagai wadah briket yang akan dianalisis, desikator untuk mendinginkan sampel yang telah dipanaskan, calorimeter bomb untuk menguji nilai kalor briket batubara muda, gelas kimia sebagai tempat pembuatan perekat, thermometer infrared untuk mengukur kenaikan suhu pada uji nyala briket, jangka sorong untuk mengukur diameter dalam, dan diamaeter luar dan tinggi dari briket batubara muda. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu batubara muda sebagai bahan dasar serbuk dan briket, pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji sebagai bahan campuran pembuatan serbuk dan briket, gas nitrogen (N 2 ) sebagai bahan untuk mencegah terjadinya oksidasi pada sampel di dalam tanur pada saat proses aktivasi, dan minyak tanah sebagai penyulut. 2. Laboratotium Material dan Energi Jurusan Fisika FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari. 3. Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari. 4. Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada. Sampel batubara muda berasal dari Dusun Lametusa Desa Parutallang Kecamatan Ngapa Kabupaten Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. 1. Proses Analisis Serbuk Batubara Muda Secara umum sampel batubara muda mulamula melalui proses penggerusan, penghalusan dan pengayakan. Sampel batubara muda yang berupa bongkahan dihancurkan dengan menggunakan palu, kemudian digerus menjadi serbuk halus dengan menggunakan mortar dan blender lalu diayak dengan ayakan yang berukuran 6 mesh. Setelah proses aktivasi dengan suhu 6 C, sampel batubara muda kemudian dicampurkan dengan bahan perekat yaitu: pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji dengan perbandingan 5%, 1%, dan 15% dari massa sampel untuk masing-masing perekat. Setelah itu, sampel batubara muda yang berbentuk serbuk dianalisis antara lain analisis nilai kalor dan analisis proksimat yang meliputi kadar air, volatilematter, kadar abu dan fixed carbon. 2. Proses Pengompaksian Briket Batubara Muda Untuk mengompaksi briket disiapkan dengan cetakan briket dan alat kompaksi yang ditunjukkan pada gambar 1 dan gambar 2. Kemudian memasukkan bahan briket yang sudah dicampur ke dalam cetakan lalu diletakkan di bagian bawah alat kompaksi. Memutar pengunci tabung oli agar tekanan pada alat kompaksi tidak turun. Memompa alat kompaksi sehingga indikator menunjukkan pembebanan1kg/cm 2. Kemudian membuka briket dari cetakannya lalu di analisis kerapatan dan diuji waktu nyala. III. PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 213 sampai selesai, bertempat : 1. Laboratorium Material Basah Jurusan Fisika FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari. Gambar 1. Cetakan briket

Nilai Kalor (kkal/kg) Nilai Kalor (kkal/kg) Nilai Kalor (kkal/kg) Pengaruh Jenis dan (Jahiding, dkk) 69 6 595 59 585 y = -2.921x + 5858. R² =.13 Gambar 2. Alat kompaksi briket 58 575 57 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batubara muda (brown coal). Diawali dengan proses penggerusan dan pengayakan menggunakan ayakan ukuran 6 mesh kemudian melalui proses aktivasi pada temperatur 6 C lalu dicampur pati biji jarak, pati singkong, dan tepung kanji sebagai perekat dengan komposisi 5%, 1% dan 15% dari massa sampel untuk masing-masing perekat. Sebelum dibuat menjadi briket, sampel batubara muda yang masih berbentuk serbuk yang telah dicampur perekat dianalisis terlebih dahulu. Analisis tersebut meliputi analisis nilai kalor dan analisis proksimat (kadar air, volatile matter, kadar abu dan fixed carbon). Berikut hasil analisis nilai kalor dan analisis proksimat serbuk batubara muda. Tabel 1. Nilai kalor untuk berbagai jenis dan Nilai Kalor (kkal/kg) Biji 5 5944.295 5772.779 5673.27 1 5878.66 5971.28 5872.512 15 5873.873 5743.561 5573.233 595 594 593 592 591 59 589 588 587 586 585 y = -7.42x + 5969. R² =.794 1 2 59 585 58 575 57 565 56 555 y = -1.x + 586. R² =.17 Gambar 3.Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan nilai kalor untuk pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji Dari hasil pengujian kalori serbuk batubara muda yang telah dilakukan didapat nilai kalor per unit massa dari setiap sampel berkisar antara 5873,873-5944.295 kkal/kg untuk perekat pati biji jarak, 5743,561-5971,28 kkal/kg untuk perekat pati singkong, dan 5573,233-5872,512 kkal/kg untuk perekat tepung kanji. Gambar 3 menujukkan bahwa penambahan memberikan pengaruh yang berarti pada nilai kalori dari serbuk batubara muda.semakin tinggi maka nilai kalor semakin rendah. Hal ini dikarenakan presentase kadar abu dan kadar air dalam serbuk batubara muda sangat mempengaruhi nilai kalor yang dihasilkan. Tingginya kadar air dan abu akan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hasil yang diperoleh telah memenuhi standar nilai kalor batubara muda Kolaka Utara yaitu minimal 417.38 kkal/kg.

Kadar Air Volatile Matter Kadar Air Kadar Air 7 JAF, Vol. 1 No. 2 (214), 67-76 Tabel 2. Kadar air untuk berbagai jenis dan Kadar Air Biji 5 2.46 2.96 3.66 1 2.38 3.2 3.8 15 4.74 3.98 3.68 5 4 3 2 1 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 3.8 3.7 3.6 3.5 3.4 3.3 3.2 3.1 3 y =.228x +.913 R² =.723 y =.12x + 2.3 R² =.794 y =.2x + 3.453 R² =. pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji Kadar air merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas serbuk batubara muda yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air maka semakin rendah nilai kalor dan daya pembakarannya, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan energi yang dihasilkan akan banyak terserap untuk menguapkan air. Dari hasil pengujian diperoleh kadar air sekitar 2.38%-4.74% dengan massa sampel rata-rata 5 gram serbuk batubara muda. Hasil pengukuran kadar air dapat dilihat pada gambar 4. Dari gambar 4 pula terlihat bahwa penambahan komposisi perekat merupakan faktor yang menentukan tingginya kadar air, semakin tinggi komposisi perekat maka semakin tinggi pula kadar airnya. Semakin tingginya kadar air inilah yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan nilai kalor pada gambar (3). Hasil yang diperoleh telah memenuhi standar kadar air batubara muda Kolaka Utara yaitu maksimal 7,66 %. Tabel 3.Volatile Matter untuk berbagai jenis dan Volatile Matter Biji 5 13.22 12.88 11.24 1 12.82 12.48 1.8 15 12.78 12.66 1.68 13.3 13.2 13.1 13 12.9 12.8 12.7 12.6 y = -.44x + 13.38 R² =.817 Gambar 4. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan kadar air untuk

Kadar Abu Volatile Matter Kadar Abu Volatile Matter Kadar Abu Pengaruh Jenis dan (Jahiding, dkk) 71 12.9 12.85 12.8 12.75 12.7 12.65 12.6 12.55 12.5 12.45 y = -.22x + 12.89 R² =.31 16 14 12 1 8 6 4 2 y =.242x + 1.34 R² =.867 11.4 11.2 11 1.8 1.6 1.4 1.2 1 y = -.56x + 11.22 R² =.233 Gambar 5. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan kadar abu untuk pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji Hasil pengujian volatile matter atau zat terbang berada pada kisaran 11.24%-13.68%. Kadar zat terbang yang tinggi akan mempermudah dalam proses pembakaran briket karena sebagian zat terbang terdapat dalam bentuk gas-gas mudah terbakar. Kadar zat terbang briket batubara muda yangdihasilkancukuprendahsehingga dapat dikatakan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia untuk kadar zat terbang yaitu maksimal 15%. Tabel 4. Kadar abu untuk berbagai jenis dan Kadar Abu Biji 5 11.28 11.1 1.18 1 13.31 12.58 1.44 15 13.7 13.14 11.2 13.5 13 12.5 12 11.5 11 1.5 11.4 11.2 11 1.8 1.6 1.4 1.2 1 y =.24x + 1.23 R² =.936 y =.12x + 9.586 R² =.925 Gambar 6. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan kadar abu untuk pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji Kadar abu sangat berpengaruh terhadap nilai kalor.pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan Earl (1974) bahwa salah satu unsur utama abu adalah silika dan pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang dihasilkan. Dari hasil pengujian didapatkan kadar abu sekitar 1.18%- 13.7%. Presentase kadar abu yang diuji ini sedikit lebih tinggi dibandingkan presentase kadar abu

Fixed Carbon Fixed Carbon Fixed Carbon 72 JAF, Vol. 1 No. 2 (214), 67-76 batubara muda Kolaka Utara tanpa menggunakan perekat yaitu 9.6%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan memberikan pengaruh pada kadar abu. Semakin tinggi komposisi perekat maka semakin tinggi pula presentase kadar abunya. Semakin tingginya kadar abu ini juga yang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan nilai kalor pada gambar (3). Tabel 11.Fixed carbon untuk berbagai jenis dan Fixed Carbon Biji 5 73.4 73.6 74.92 1 71.49 71.92 73.4 15 68.78 7.22 71.44 73.5 73 72.5 72 71.5 71 7.5 7 69.5 69 68.5 73.5 73 72.5 72 71.5 71 7.5 7 y = -.426x + 75.36 R² =.975 y = -.284x + 74.57 R² =.987 75.5 75 74.5 74 73.5 73 72.5 72 71.5 71 y = -.348x + 76.73 R² =.994 Gambar 7. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan fixed carbon untuk pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji Dari hasil pengujian yang telah dilakukan fixed carbon berada pada kisaran 68.78%-74.92%. Dari hasil pengujian terlihat bahwa perekat kanji dengan komposisi 5% memiliki presentase fixed carbon yang tertinggi yaitu 74.92%, sedangkan presentase fixed carbon yang terendah dimiliki oleh perekat pati biji jarak dengan komposisi 15% dengan nilai fixed carbon 68.78%. Hasil yang diperoleh telah memenuhi standar fixed carbon batubara muda Kolaka Utara yaitu 43.26%. Setelah dilakukan analisis nilai kalor dan analisis proksimat, sampel batubara muda yang telah dicampur perekat dibuat menjadi briket dengan bentuk silinder berongga menggunakan cetakan silinder dan diberi tekanan kompaksi sebesar1 kg/cm 2, kemudian briket dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 6 C selama 2x24 jam. Briket yang dihasilkan ditunjukkan pada gambar 8. Gambar 8. Briket batubara muda Setelah proses pencetakan, briket ditentukan kerapatannya dan diuji nyala. Berikut hasil penentuan kerapatan dan uji nyala briket batubara muda.

Waktu Nyala(menit) Kerapatan (gr/cm3) Waktu Sulut (menit) Pengaruh Jenis dan (Jahiding, dkk) 73 Tabel 5. Kerapatan untuk berbagai jenis dan Kerapatan (gr/cm 3 ) Biji 5.94119.9238.94286 1.96145.88929.9785 15.97591.85637.929 1.98.96.94.92.9.88.86.84 Biji Gambar 9. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan kerapatan Dari hasil pengujian kerapatan berkisar antara.85637 gr/cm 3.97591 gr/cm 3. Kerapatan terendah terdapat pada jenis perekat pati singkong dengan komposisi 15% yakni.85637 gr/cm 3, sedangkan kerapatan tertinggi terdapat pada jenis perekat pati biji jarak dengan komposisi 15% yakni.97591 gr/cm 3. Dari gambar 9 di atas pengaruh jenis perekat pati biji jarak terhadap kerapatan menunjukkan trend naik.semakin besar komposisi perekat maka semakin besar pula kerapatannya.sedangkan untuk jenis perekat pati singkong dan tepung kanji terhadap kerapatan menunjukkan trendturun.semakin besar komposisi perekat maka semakin kecil kerapatannya.perbedaan trend grafik tersebut disebabkan pada saat penelitian, perekat pati biji jarak tidak berubah bentuk dari serbuk menjadi jelly ketika diberi air dan dipanaskan seperti yang terjadi pada perekat pati singkong dan tepung kanji yang berubah menjadi jelly ketika diberi air dan dipanaskan.hasil kerapatan yang diperoleh telah memenuhi standar Inggris yaitu.84 gr/cm 3. Tabel 6. Waktu sulut untuk berbagai jenis dan Waktu Sulut (Menit) Biji 5 2.1 1.27 1.4 1 2.24 1.41 1.59 15 2.33 1.55 2.3 2.5 2 1.5 1.5 Biji Gambar 1. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan waktu sulut Dari hasil pengujian diperoleh waktu sulut antara 1.27 menit 2.33 menit.gambar 1 menunjukkan bahwa penambahan komposisi perekat memberikan pengaruh pada waktu sulut.semakin tinggi jumlah perekat maka waktu sulut memperlihatkan trend yang semakin meningkat.hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa briket batubara muda dengan menggunakan perekat pati biji jarak menghasilkan trend waktu sulut yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan perekat pati singkong dan tepung kanji. Tabel 7. Waktu nyala untuk berbagai jenis dan Waktu Nyala (menit) Biji 5 72.43 75.17 68.12 1 78.39 8.4 76.37 15 81.52 86.1 82.3 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 Perekat Biji

Temperatur ( C) Laju Nyala (gr/menit) Temperatur ( C) Temperatur ( C) 74 JAF, Vol. 1 No. 2 (214), 67-76 Gambar 11. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan waktu nyala Waktu nyala merupakan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 5 gram briket mulai saat terbentuk bara sampai menjadi abu. Dari hasil pengujian waktu nyala yang telah dilakukan berada di kisaran 68.12 menit 86.1 menit.hasil ini menunjukkan adanya perubahan waktu nyala ketika komposisi bahan perekat bertambah.hal itu terlihat pada perubahan grafik gambar di atas yang meningkat secara perlahan dan signifikan. Penambahan pada dasarnya dapat menghambat waktu sulut, namun ketika sudah mulai menyala maka akan bertahan lebih lama. Hasil pengujian gambar 11, menunjukkan bahwa penambahan pada bahan briket batubara muda berpengaruh terhadap waktu nyala. Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembakaran briket batubara muda, ketiga jenis perekat itu tidak terbakar dan mengikat arang batubara muda sehingga memperlambat waktu nyala dari briket batubara muda tersebut. 4 35 3 25 2 15 1 5 4 35 3 25 2 15 1 5 5 1 Waktu Nyala (menit) pati biji jarak 5% pati biji jarak 1% pati biji jarak 15% 5 1 Waktu Nyala (menit) pati singkong 5% pati singkong 1% pati singkong 15% 4 35 3 25 2 15 1 5 5 1 Gambar 12. Grafik hubungan antara waktu nyala dengan temperatur briket batubara muda dengan perekat pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji Dari gambar 14 terlihat bahwa pengaruh waktu nyala terhadap temperatur menunjukkan trend turun.semakin lama waktu nyalanya maka temperaturnya semakin rendah. Tabel 8. Laju nyala untuk berbagai jenis dan Laju Nyala (gr/menit) Biji 5.642.623.696 1.594.535.61 15.566.524.56.8.7.6.5.4.3.2.1 Waktu Nyala (menit) 1 2 tepung kanji 5% tepung kanji 1% tepung kanji 15% Biji singkong Gambar 13. Grafik hubungan antara komposisi perekat dengan laju nyala Dari grafik pada Gambar 13, terlihat kecenderungan laju nyala yang semakin menurun dengan bertambahnya. Laju nyala tertinggi pada komposisi 5% perekat tepung kanji yaitu.696 gr/menit dan terendah pada komposisi 15% perekat pati singkong yaitu.56 gr/menit.

Pengaruh Jenis dan (Jahiding, dkk) 75 Menurut Kamarudin dan Irwanto (1989), laju pembakaran briketdipengaruhi oleh kerapatan briket. Briket yang terlalu padat akan sulitterbakar, sedangkan briket yang kurang padat dapat mengakibatkanterurainya briket pada saat pembakaran sehingga menimbulkan kesantidak bersih meskipun laju pembakarannya cepat. Penambahan akan memperkuat ikatan antaramolekul penyusun briket, sehingga mengurangi porositas briket.sedangkan untuk mempertahankan nyala api saat pembakaran dibutuhkanoksigen yang cukup. Semakin banyak pori-pori pada briket akanmemberi ruang lebih untuk jalan masuknya oksigen, sehingga pembakaran yangterjadi semakin baik dan tentunya akan memberikan laju pembakaran yangbesar. Sebaliknya, ikatan antar molekul yang semakin kuat seiringbertambahnya akan mengurangi porositas briket danmenurunkan laju pembakarannya. V. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pengujian kalori serbuk batubara muda dengan campuran perekat pati biji jarak, pati singkong dan tepung kanji dengan 5%, 1% dan 15% dari massa sampel diperoleh nilai kalor per unit massa antara 5573.233 kkal/kg sampai 5971.28 kkal/kg. Nilai kalor tertinggi diperoleh pada serbuk batubara muda dengan perekat pati singkong pada komposisi 1%. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo atas kesempatan melaksanakan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, K dan K. Irwanto 1991.Energi danelektrifikasipertanian.proyekpeningka tanperguruantinggi IPB, Bogor. Achmad, R. 1991,Briket Arang Lebih Baik dari Kayu Bakar,Jurnal Neraca1(4) : 21-22. Arnold, Guy. 1987. Batubara. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Boedjang, K. 1973,PembuatanArangCetak. LaporanKaryaUtama,DepartemenTeknolo gi Kimia, FakultasTeknologiIndustri ITB, Bandung. Borman, G.L and Ragland, K.W., 1998. Combustion Engineering, Mc Graw Hill Publishing Co, New York. Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sulawesi Tenggara, 27.Laporan Penyelidikan Batubara Kec. Ngapa Kab. Kolaka Utara Provinsi Sulawesi Tenggara.Sulawesi Tenggara. Duke, J.A. and A.A Atchley. 1984. Proximate analysis. In: Christie, B.R. (ed.), The handbook of plant science in agriculture. CRC Press, Inc., Boca Raton, FL. Dalam James A. Duke. 1983. Handbook of Energy Crops. unpublished. www.hort.purdue.edu [12 Desember 27]. Earl, D.E., 1974. A Report On Corcoal. Andre Meyer Researsh Fellow. FAO. Rome. Hambali E, dkk, 27, Teknologi Bioenergi, Agromedia, Jakarta. Hariyadi.25. Budidaya Tanaman (Jatropha curcas) Sebagai Sumber Bahan Alternatif Biofuel. Dalam Makalah FGD Prospektif Sumberdaya Lokal Bioenergi pada Deputi Bidang Pengembangan Sisteknas. www.ristek.go.id [19 Nopember 27]. Hartoyo, J. 1978,Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Lima Jenis Kayu, Laporan Balai Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Husada, TI. 28. Laporan Penelitian/Artikel Ilmiah Program Penelitian Inovasi Mahasiswa Provinsi Jawa Tengah Arang briket tongkol jagung sebagai Energi Alternatif. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Kamaruddin, A. dan A.K. Irwanto. 1989. Energi dan Listrik Pertanian. IPB, Bogor. Maarif, S., 24. Pengaruh Penambahan Arang Tempurung Kelapa dan Penggunaan Perekat Terhadap Sifat-Sifat Fisika dan Kimia Briket Arang dari Arang Serbuk Sengon. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Manurung dkk, 25, Bahan Bakar Pengganti Solar, Departemen Teknik Kimia, ITB, Bandung. Maymanah, M. 21. Analisis Briket Arang Sekam Padi sebagai Bahan Bakar Alternatif. Skripsi S1. Universitas Halu Oleo: Kendari. Mikrova, K. 1985,PengaruhPengempaandanJenisPere katdalampembuatanarangbriketdaritemp urungkelapasawit (ElaeisquinensisJacq). Skripsi. FATETA IPB, Bogor. Mujiono, 29, Analisis Pemanfaatan Biobriket Arang Serbuk Gergaji dan Sekam Padi Dilihat dari Aspek Teknis dan

76 JAF, Vol. 1 No. 2 (214), 67-76 Ekonomis, Skripsi, Universitas Muhamadyah, Surakarta. Nurhayati, T. 1983,SifatArang, BriketArangdanAlkohol yang DibuatdariLimbahIndustriKayu,LaporanL embagapenelitianhasilhutan No 165, Bogor. Pari, G. 22,Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah Industri Pengolahan Kayu,Makalah Falsafah Sains, Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. Purlan, dkk., 28, Kompor Minyak, Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas), Puslitbangbun, Malang. Raharjo, S, Ratnasari, St. Sabarwati, H. Armid dan Ismail, D, 25.Nikel dan Feronikel (Sebuah Studi pada P.T. Aneka Tambang, Tbk. UBPN Operasi Poomala), Jurusan Kimia F-MIPA UNHALU, Kendari. Ratnawati, Waode. 21. Analisis Kualitas Briket Batubara Muda (Brown Coal) Kolaka Utara sebagai Bahan Bakar Alternatif. Skripsi S1. Universitas Halu Oleo: Kendari. Sa id, E.G. 1996. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit. Trubus Agriwidya. Sebayang, P., Thosin K.A. Zaini., Tetuko, Anggito P. 28. Pengaruh aditif lempung terhadap sifat mekanik dan nilai kalor dalam pembuatan briket batubara. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Universitas Lampung : Lampung. Sihombing, JL. 26. Studi pembuatan briket arang dari cangkangkemiri dengan variasi ukuran partikelarang dan konsentrasi perekat. Jurnal Sains Kimia Vol. 1, Universitas Negeri Medan : Medan. Sudradjat, R. 1983,Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa Terhadap Kualitas Briket Arang, Laporan Penelitian Hasil Hutan No. 165. PusatPenelitian Hasil Hutan, Bogor. Sudrajat, R. Setiawan.D dan Roliadi. H.,21, Teknik Pembuatan dan Sifat Briket Arang Dari Tempurung dan Kayu Tanaman Pagar(Jatropha curcas L.)Bogor. Sukandarrumidi. 1995. Batubara dan Gambut. Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Sukandarrumidi. 26. Batubara dan Pemanfaatannya. Gajah Mada University Press.Yogyakarta. Sulistyanto, A., 26, Pengaruh Variasi Bahan Perekat Terhadap Laju Pembakaran Biobriket Campuran Batubara dan Sabut Kelapa, Media Mesin, 8(2), 45-52. Suryani, A. 1986.Pengaruh Tekanan Pengempaan dan Jenis Perekat dalam Pembuatan Arang Briket dari Tepurung Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jacq). TIN FATETA IPB, Bogor. http://www.tekmira.esdm.go.id/kp/batubara/index.a sp.html, diakses pada tanggal 29 Januari 213.