BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan mutu pendidikan di Indonesia adalah. rendahnya mutu proses pembelajaran seperti metode mengajar guru yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem penyelenggaraan pendidikan dasar, lanjutan, dan menengah

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan tujuan, isi, dan bahan

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menumbuhkan motivasi, minat, dan disiplin siswa dalam

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

I. PENDAHULUAN. Pembahasan beberapa hal tersebut secara rinci disajikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah pengalihan pengetahuan, kebudayaan dan lainlainnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. lain: 1) guru masih dominan dalam pembelajaran, 2) guru masih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Piet A. Sahertian, 2008: 1).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menanggulangi masalah kenakalan remaja disekolah, maka penulis mengambil

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan dan

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, skill dan nilai kepribadiannya dalam suatu keteraturan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. manusia masih ada di muka bumi, belajar sangat penting bagi manusia, karena

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN NURUL FITRI ISTIQOMAH,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat banyak sekali nilai-nilai dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. karena pendidikan akan dapat mengembangkan kemampuan serta meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum, dana, sarana, prasarana, dan siswa sendiri. diketahui sumbangan faktor-faktor tersebut terhadap prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bercerita merupakan salah satu bentuk kemampuan berbicara. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang penting di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. masayarakat dan organisasi dalam lingkungan pendidikan. Terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur dan jenjang Pendidikan wajib. DIKTI/ Kep/ 2000 : Perubahan-perubahan yang dihadapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, perubahan yang dimaksud adalah meliputi perubahan jasmani

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai dengan hakikat asal- mula dan hakikat

BAB 1 PENDAHULUAN. materi maupun kegunaannya. Dalam dunia pendidikan matematika sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemerintah, diantaranya dengan melakukan perbaikan dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat saat ini menimbulkan persaingan yang sangat ketat antar bangsa dalam berbagai bidang kehidupan. Guna menghadapi persaingan tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sumber daya berkualitas tinggi adalah sumber daya manusia yang dapat mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu usaha untuk menciptakan sumber daya berkualitas tersebut adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan (www.pdii.lipi.go.id). Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 13 ayat 1 menyatakan bahwa: Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (www.menkokesra.go.id). Pendidikan yang dilakukan di sekolah termasuk kedalam pendidikan formal. Siswa dituntut untuk mempunyai kecakapan dan kemampuan yang memadai sehingga ilmu yang diperoleh di sekolah dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri, masyarakat dan negara, serta untuk mempersiapkan siswa di dunia kerja. Pada dasarnya proses belajar seseorang tidak lepas dari motivasi orang yang bersangkutan. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang peranannya khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar (Sadirman, 2009:75). Oleh karena itu motivasi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses belajar seseorang. Seorang siswa dapat belajar secara efisien jika ia memiliki motivasi untuk belajar. Motivasi belajar sesungguhnya dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar diri siswa. Perubahan lingkungan yang terjadi dapat mengakibatkan motivasi belajar siswa yang juga akan berubah. Maka dari itu motivasi belajar yang timbul dari dalam dan luar diri

harus berjalan dengan seimbang dan saling melengkapi, sehingga motivasi siswa untuk belajar dan kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan. Terkait dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di sekolah, komunikasi yang baik akan mampu memelihara motivasi dengan memberikan penjelasan kepada anak didik tentang apa yang harus dilakukan, seberapa baik anak didik tersebut melakukan apa yang seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawabnya sehingga akan tercipta anak-anak bangsa yang handal dalam mengisi pembangunan di masa yang akan datang nantinya. Siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan bukan menjadi satu masalah bagi guru, karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran diri sendiri memperhatikan dengan seksama penjelasan dari guru. Selain itu, rasa ingin tahunya besar terhadap materi pelajaran yang diberikan sehingga saat proses belajar mengajar ia aktif bertanya di dalam kelas dan memberikan kritikan atau pendapat (www.repository.upi.edu) Tetapi, realita di lapangan menunjukan bahwa banyak siswa yang tidak memiliki kemauan belajar yang tinggi. Motivasi siswa di dalam belajar sangat rendah. Banyak siswa ogah-ogahan di dalam kelas, tidak mampu memahami dengan baik pelajaran yang disampaikan oleh guru-guru mereka. Siswa masih mengganggap kegiatan belajar tidak menyenangkan dan memilih kegiatan lain di luar konteks belajar seperti menonton televisi, sms, dan bergaul dengan teman sebaya. Rendahnya motivasi belajar siswa ini akan membuat mereka tertarik pada hal-hal yang negatif. Maraknya perilaku negatif yang terjadi di kalangan siswa remaja pada akhir-akhir ini tampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan sudah menjadi masalah sosial yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Penggunaan narkoba, tawuran pelajar, pornografi, geng motor, dan berbagai tindakan yang menjurus ke arah kriminal lainnya, tidak hanya dapat merugikan diri sendiri, tetapi juga merugikan masyarakat umum. Di lingkungan internal sekolah pun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan seperti: kasus bolos, perkelahian, mencontek, bullying, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu

membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangannya. Disinilah peran guru sebagai orangtua kedua bagi para siswa dituntut untuk dapat mendidik, mengarahkan dan mengingatkan siswanya melalui komunikasi yang positif dengan siswanya sehingga dapat memberikan rasa kenyamanan kepada para siswa. Ramadhani (2006:32) menyatakan: Komunikasi positif adalah komunikasi yang mendorong seseorang berkembang secara optimal, baik secara fisik maupun psikis, yang memiliki ciri-ciri empatik, responsif, mengandung pesan positif, terbuka dan terpercaya, mendengarkan secara aktif, mendorong optimisme, dan tidak menghakimi. Komunikasi positif antara guru dan siswa memiliki peranan penting dalam proses belajar mengajar maupun di luar proses belajar mengajar. Komunikasi yang positif antara guru dengan siswa akan menghasilkan individu yang senantiasa mempunyai semangat yang positif dalam belajar dan menimbulkan rasa kepercayaan diri dalam diri para siswa. Siswa yang berhasil tidak terlepas dari peran guru yang aktif dalam berkomunikasi positif kepada siswanya. Guru harus selalu berkomunikasi dengan cara memberikan nasihat-nasihat, memperhatikan siswa, memantau siswa dalam melakukan kegiatan/aktifitas di lingkungan sekolah dan lain-lain. Guru harus dapat merasakan apa yang dirasakan siswanya sehingga ia dapat menjadi tempat memecahkan persoalan siswa. Jika sudah seperti ini, maka seorang guru akan lebih mudah untuk memotivasi siswa, mengarahkan siswa pada kondisi pembelajaran yang diharapkan guru. Pelajar yang termotivasi dengan baik akan sangat tertarik dengan berbagai tugas belajar yang sedang mereka kerjakan. Mereka akan menunjukkan ketekunan belajar yang tinggi dan variasi aktivitas belajar mereka akan lebih banyak, sehingga mereka kurang menyukai tingkah laku yang negatif yang dapat menimbulkan masalah. Tetapi, guru terkadang lupa arti penting dari komunikasi positif yang terjalin dengan para siswa. Guru masih sangat kurang dalam berkomunikasi terhadap siswanya. Biasanya guru hanya datang ke sekolah dan memberikan materi sesuai kurikulum tanpa melihat kondisi atau kendala siswa yang dihadapi dalam proses belajar mengajar. Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar biasanya disebabkan oleh kurangnya keberanian untuk berkomunikasi dengan gurunya. Siswa merasa kurang banyak tahu selain yang diinformasikan guru di

depan kelas. Oleh sebab itu siswa merasa tidak percaya diri dalam mengisi sistem komunikasi yang dibangun karena pesimis akan informasi yang dimilikinya. Selain itu, mereka segan untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi karena takut dimarahi oleh guru. Seharusnya siswa menghargai guru dan bukan takut kepada guru, dan sebaliknya guru harus mampu memahami anak didiknya karena dalam komunikasi tersebut terjadi tukar menukar pengalaman dan pengetahuan. Sekolah negeri maupun swasta memiliki karakteristik sendiri, sehingga dengan karakteristik tersebut masing-masing akan menampilkan perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Di sekolah negeri, guru tidak dapat memperhatikan tiap muridnya secara baik, sehingga apabila ada murid yang mempunyai masalah dalam memahami pelajaran maka hal ini tidak dapat diakomodir oleh guru yang bersangkutan dengan baik. Hal ini disebabkan karena pada umumnya jumlah peserta didik dalam satu kelasnya di sekolah negeri jauh lebih banyak daripada di sekolah swasta sehingga semua peserta didik di sekolah negeri mendapatkan perlakuan yang sama tanpa memperhatikan minat dan bakatnya. Sementara di sekolah swasta perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan prestasi peserta didik lebih menonjol. Hal inilah yang terjadi di sekolah SMP Negeri 29 Medan. SMP Negeri 29 Medan merupakan salah satu sekolah menengah pertama negeri di Medan yang didirikan pada tahun 1984 dengan akreditasi B (Baik). Terletak di pemukiman penduduk membuat sekolah ini cukup populer meski hanya untuk di daerahnya. Namun, berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat melakukan pra riset, jumlah murid di setiap kelasnya yang rata-rata 40 orang membuat guru kurang memperhatikan tiap muridnya dengan baik. Komunikasi yang terjalin antara guru dengan siswa masih kurang. Ini terlihat dari siswa yang kurang berani bertanya pada guru apabila mengalami kesulitan dalam pelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh guru. Sebagian besar waktu yang digunakan untuk belajar digunakan siswa untuk mendengar, sikap siswa cenderung menunggu dan mendapatkan pengetahuan dari guru tanpa memanfaatkan kesempatan untuk bertanya dan bertukar pikiran dengan guru tersebut. Di sisi lain guru juga tidak berusaha untuk mengetahui sejauh mana kemampuan yang dimiliki siswa dalam mengikuti pelajaran. Ketika jam istirahat

berlangsung atau ada waktu luang/kosong, jarang ada sebagian guru yang memanggil siswanya ke ruangan guru untuk bercerita secara lebih dekat dan mendalam, yang mungkin disebabkan karena guru melihat siswanya menghadapi masalah baik itu persoalan menyangkut masalah ekonomi maupun masalah yang berkaitan dengan prestasi belajarnya. Di saat seperti inilah, biasanya guru memberikan nasehat dan dukungan serta memberi dan meningkatkan motivasi belajar ke anak didiknya, karena tugas guru bukan hanya menyampaikan materi pelajaran saja, tapi juga harus berperan sebagai motivator yang mampu mengubah sikap dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Masalah tersebut didukung dengan perolehan data pada saat melakukan wawancara dengan beberapa guru mata pelajaran yang menunjukkan rendahnya tingkat hasil nilai ulangan tengah semester (UTS) siswa pada beberapa mata pelajaran yaitu dengan nilai Matematika rata-rata 60.7, nilai Bahasa Inggris ratarata 65, nilai Bahasa Indonesia rata-rata 68.5, dan nilai IPA rata-rata 65. Dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70.00, menunjukkan bahwa siswa belum dapat mencapai batas standar KKM yang berlaku sesuai dengan kurikulum sekolah. Berangkat dari latar belakang tersebut, maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara komunikasi positif guru dan motivasi belajar siswa SMP Negeri 29 Medan. I. 2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: Sejauhmanakah hubungan antara komunikasi positif guru dengan motivasi belajar siswa SMP Negeri 29 Medan? I.3 Pembatasan Masalah Guna mendapatkan hasil penelitian yang berkualitas, relevan dengan harapan yang diinginkan serta mampu memecahkan permasalahan yang ada, maka penulis membatasi permasalahan yang diteliti, sebagai berikut:

a. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan antara komunikasi positif guru dengan motivasi belajar siswa SMP Negeri 29 Medan. b. Objek yang diteliti adalah komunikasi positif guru. c. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 29 Medan kelas VII-VIII. I.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara komunikasi positif guru dengan motivasi belajar siswa SMP Negeri 29 Medan. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komunikasi positif yang dilakukan guru-siswa. 3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi belajar siswa SMP Negeri 29 Medan. I.5 Manfaat Penelitian 1. Secara akademis, penelitian ini diharapakan dapat menambah dan memperkaya bahan penelitian, bahan referensi, serta sumber bacaan di lingkungan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang diterima penulis selama menjadi Mahasiswi Departemen Ilmu Komunikasi Ekstensi FISIP USU, dan menambah wawasan penulis mengenai Komunikasi Positif Guru dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 29 Medan. 3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pikiran dan masukan kepada pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.