2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 22/MENHUT-II/2010 TENTANG PEDOMAN AUDIT KINERJA LINGKUP KEMENTERIAN KEHUTANAN

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Audit Kinerja. Pedoman.

WALIKOTA TASIKMALAYA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No c. bahwa untuk mewujudkan pengawasan tersebut dalam huruf b, diperlukan peran Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsio

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN INTERN PEMASYARAKATAN.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 15 TAHUN 2010

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

BEKASI : E SERI ... APARAT. yang. berdaya. guna, dan. Pemerint. tah (APIP) Pengawa. APlP yang. diperlukan. Kotamadya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

2018, No Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tamb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

Arsip Nasional Republik Indonesia

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2011

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

2017, No Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian N

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2017

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

2016, No Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Keuangan, yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 42/PMK.01/2012 ten

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Meninmbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 47 dan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, telah ditetapkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Audit Kinerja Lingkup Kementerian Kehutanan; b. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, maka Peraturan Menteri sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu disempurnakan; c. bahwa beradasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Penyelenggaraan Pengawasan Intern Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

2016, No.88-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik

-3-2016, No.88 Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 13. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2015 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 17); 14. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; 15. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Tahun 2014-2019, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 80/P Tahun 2015 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian

2016, No.88-4- dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Tahun 2014-2019; 16. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 147); 17. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; 18. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; 19. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Berita Negara Tahun 2015 Nomor 713); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar tugas pemerintahan dan pembangunan dilaksanakan sesuai dengan rencana, program, dan peraturan perundang-undangan; 2. Pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain

-5-2016, No.88 berupa asistensi, sosialisasi dan konsultasi terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik; 3. Audit adalah proses identifikasi masalah, analisis dan evaluasi bukti yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah; 4. Audit kinerja adalah audit atas pelaksanaan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk didalamnya atas pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang terdiri atas audit aspek ekonomi, efisiensi, dan audit aspek efektifitas; 5. Audit dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja; 6. Audit investigasi adalah proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum selanjutnya; 7. Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan; 8. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan; 9. Pemantauan adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan;

2016, No.88-6- 10. Pengawasan lainnya adalah proses kegiatan pengawasan berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan konsultasi pengelolaan hasil pengawasan dan pemaparan hasil pengawasan; 11. Perencanaan Audit adalah total lamanya waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk melakukan perencanaan audit awal sampai pada pengembangan rencana audit dan program audit menyeluruh; 12. Tindak lanjut hasil audit suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen (auditi) terhadap berbagai temuan hasil pemeriksaan (audit); 13. Aparat pengawasan intern pemerintah, yang selanjutnya disebut APIP adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan intern di lingkungan pemerintahan; 14. Auditor adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP; 15. Pejabat/pegawai adalah pejabat struktural dan pejabat fungsional umum di lingkungan Inspektorat Jenderal; 16. Auditi adalah adalah orang/instansi pemerintah yang diaudit oleh APIP; 17. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu; 18. Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan;

-7-2016, No.88 19. Kementerian adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 20. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan; 21. Inspektur Jenderal adalah Inspektur Jenderal yang melaksanakan tugas pengawasan intern di lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bagian Kedua Tujuan dan Ruang Lingkup Pasal 2 Pengawasan Intern di lingkungan Kementerian bertujuan untuk : a. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian; b. memberikan peringatan dini dan meningkatnya efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian; c. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian. Pasal 3 Ruang lingkup pengawasan intern meliputi : a. kewenangan dan tanggung jawab APIP, kewajiban dan hak auditi; b. perencanaan pengawasan intern; c. pelaksanaan pengawasan intern; d. pelaporan hasil pengawasan intern; e. tindak lanjut hasil pengawasan intern; dan f. koordinasi pengawasan intern.

2016, No.88-8- BAB II KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB Pasal 4 Inspektorat Jenderal selaku APIP berwenang dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pengawasan intern di Kementerian. Pasal 5 Dalam rangka pelaksanaan teknis pengawasan intern, Inspektorat Jenderal berwenang: a. mengakses seluruh informasi, sistem informasi, catatan, dokumentasi, aset, dan personil yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan fungsi pengawasan intern; b. melakukan komunikasi secara langsung dengan pejabat dan pegawai pada satuan kerja yang menjadi obyek pengawasan intern dan pihak lain yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan pengawasan intern; c. menyampaikan laporan dan melakukan konsultasi dengan Menteri, serta berkoordinasi dengan pimpinan lainnya; d. melakukan koordinasi kegiatannya dengan kegiatan auditor eksternal; e. mengalokasikan sumber daya Inspektorat Jenderal serta menetapkan frekuensi, objek, dan lingkup pengawasan intern; f. menerapkan teknik-teknik yang diperlukan untuk memenuhi tujuan pengawasan intern; g. memperoleh dukungan dan/atau asistensi yang diperlukan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal Kementerian dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan intern; h. mengadakan rapat kerja pengawasan intern di tingkat nasional dan wilayah minimal satu kali dalam setiap tahun anggaran; i. menetapkan tema/fokus audit setiap tahun anggaran;

-9-2016, No.88 j. melakukan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, evaluasi dan pemantauan tindak lanjut; k. melaksanakan tugas pengawasan intern lain atas perintah Menteri. Pasal 6 Dalam pelaksanaan pengawasan intern, Inspektorat Jenderal bertanggung jawab: a. mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme auditor, kualitas proses pengawasan intern, dan kualitas hasil pengawasan intern dengan mengacu pada standar pengawasan intern; b. mengidentifikasi dan memutakhirkan data semua unit kerja yang diawasi; c. menyusun, mengembangkan, dan melaksanakan program kerja pengawasan tahunan (pkpt) berbasis risiko; d. menjamin kecukupan dan ketersediaan sumber daya secara tepat waktu dalam penyelenggaraan pengawasan intern; e. melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan intern; f. menyampaikan laporan hasil pengawasan intern secara berkala kepada menteri. Pasal 7 Dalam pelaksanaan pengawasan intern, Auditi berkewajiban: a. menerima tim yang ditugaskan untuk melaksanakan pengawasan intern; b. menyediakan seluruh data, informasi, catatan dan dokumen yang diperlukan secara tepat waktu; c. khusus pelaksanaan audit, yang dimaksud tepat waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf b paling lama 2 (dua) hari kalender sejak permintaan data disampaikan oleh tim audit; d. memenuhi permintaan klarifikasi, konfirmasi, dan/atau keterangan dari tim audit;

2016, No.88-10- e. menindaklanjuti seluruh rekomendasi hasil pengawasan intern; f. selama pelaksanaan kegiatan audit, kepala satker dan pejabat terkait tidak meninggalkan tempat tugasnya. Pasal 8 Dalam pelaksanaan pengawasan intern, Auditi berhak: a. menerima pemberitahuan surat tugas pengawasan intern; b. menyampaikan tanggapan atas temuan hasil pengawasan intern; c. mendapatkan bimbingan, pembinaan dan arahan dalam penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan intern; d. mendapatkan bimbingan/konsultansi kegiatan SPIP, dan penyusunan laporan keuangan; e. menerima pernyataan tentang status progres penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan intern. BAB III PERENCANAAN PENGAWASAN INTERN Pasal 9 Pengawasan intern dilakukan secara: a. terprogram dan berkala; b. terpadu dengan aparat pengawasan lainnya; dan c. sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Pasal 10 Dalam perencanaan pengawasan intern, Inspektorat Jenderal menyusun : a. rencana pengawasan intern lima tahunan mengacu pada kebijakan nasional pengawasan intern dan Rencana Strategis Kementerian; dan b. rencana pengawasan intern tahunan yang dituangkan dalam bentuk PKPT yang memuat informasi tentang auditi, anggaran biaya, sasaran, waktu pelaksanaan serta jumlah personil dan tema pengawasan intern.

-11-2016, No.88 Pasal 11 Penyusunan rencana pengawasan intern sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 didasarkan pada pengawasan berbasis risiko. Pasal 12 Penyusunan PKPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b didasarkan atas prinsip keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas penggunaan sumber daya. BAB IV PELAKSANAAN PENGAWASAN INTERN Bagian Kesatu Umum Pasal 13 Kegiatan pengawasan intern terdiri dari: a. Audit; b. Reviu; c. Evaluasi; d. Pemantauan; dan e. Pengawasan lainnya. Bagian Kedua Audit Pasal 14 Audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf a, meliputi: a. Audit kinerja; dan b. Audit dengan tujuan tertentu.

2016, No.88-12- Pasal 15 (1) Audit kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a terdiri dari audit pengelolaan keuangan negara dan audit pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian yang mencakup atas aspek ekonomi, efisiensi dan efektifitas. (2) Audit dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b merupakan audit yang dilakukan dengan tujuan khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja. Pasal 16 (1) Audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 Ayat (1) antara lain: a. audit atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran; b. audit atas penerimaan, penyaluran, dan penggunaan dana; atau c. audit atas pengelolaan aset dan kewajiban. (2) Audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi antara lain audit atas kegiatan pencapaian sasaran dan tujuan. (3) Audit kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) termasuk didalamnya audit atas pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pasal 17 Audit dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) meliputi: a. Audit investigasi; b. Audit atas penyelenggaraan SPIP; dan c. Audit atas hal-hal lain di bidang keuangan. Pasal 18 Untuk menjaga mutu hasil audit dalam pengawasan intern, pelaksanaan audit wajib memenuhi standar audit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

-13-2016, No.88 Bagian Ketiga Reviu Pasal 19 Reviu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b, meliputi : a. Reviu atas laporan keuangan; b. Reviu atas rencana kegiatan dan anggaran (RKA); c. Reviu atas usulan revisi yang mengubah plafon anggaran; dan d. Reviu terhadap kegiatan lainnya. Bagian Keempat Evaluasi Pasal 20 Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf c, meliputi : a. evaluasi kebijakan, program, kegiatan dan anggaran; b. evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (akip); c. evaluasi terhadap pencapaian target indikator kinerja; dan d. evaluasi terhadap kegiatan lainnya. Bagian Kelima Pemantauan Pasal 21 Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf d, meliputi : a. pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan intern dan ekstern; b. pemantauan realisasi penyerapan anggaran; c. pemantauan capaian kinerja instansi pemerintah; d. pemantauan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah; dan e. pemantauan terhadap kegiatan lainnya.

2016, No.88-14- Bagian Keenam Pengawasan Lainnya Pasal 22 Kegiatan pengawasan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e meliputi : a. sosialisasi di bidang pengawasan; b. konsultasi di bidang pengawasan; c. pendidikan dan pelatihan bidang pengawasan; dan d. bimbingan teknis/ asistensi/ pendampingan di bidang pengawasan. Pasal 23 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lainnya diatur dengan Peraturan Inspektur Jenderal. BAB V ANALISIS DAN PELAPORAN HASIL PENGAWASAN INTERN Pasal 24 (1) Inspektorat Jenderal melakukan analisis hasil pengawasan intern dan ekstern. (2) Inspektorat Jenderal melaporkan hasil analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan. Pasal 25 (1) Inspektorat Jenderal membuat laporan tertulis pelaksanaan pengawasan intern. (2) Laporan pelaksanaan pengawasan intern sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan kepada: a. Menteri dengan tembusan kepada Eselon I terkait dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia untuk laporan audit kinerja; b. Menteri untuk laporan hasil audit investigasi;

-15-2016, No.88 c. Gubernur/Bupati/Walikota selaku atasan langsung Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dengan tembusan Menteri dan Pejabat Eselon I terkait di lingkungan Kementerian untuk laporan hasil audit pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan. BAB VI TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN INTERN Pasal 26 (1) Tindak lanjut terhadap rekomendasi hasil pengawasan intern dilaksanakan auditi dan dilaporkan kepada Inspektur Jenderal dilengkapi bukti-bukti pendukungnya paling lambat 1 (satu) bulan setelah laporan pengawasan intern diterima auditi. (2) Inspektur Jenderal memantau penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan intern). (3) Inspektur Jenderal menerbitkan surat keterangan penyelesaian tindak lanjut (clearance) terhadap rekomendasi hasil pengawasan intern yang telah selesai ditindaklanjuti oleh auditi. (4) Rekomendasi hasil pengawasan intern yang tidak ditindaklanjuti dalam waktu paling lama 3 (tiga) bulan setelah laporan hasil pengawasan intern diterima oleh auditi, maka Inspektur Jenderal dapat melakukan audit investigasi. BAB VII KOORDINASI PENGAWASAN INTERN Pasal 27 (1) Dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pengawasan intern, Inspektorat Jenderal melakukan konsultasi pengawasan dengan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan koordinasi pengawasan dengan Badan Pengawasan Keuangan dan

2016, No.88-16- Pembangunan, dan/atau Inspektorat Provinsi/ Kabupaten/Kota. (2) Koordinasi antara Inspektorat Jenderal dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak saling menggantikan/meniadakan dan/atau menghapus kewenangan masing-masing untuk melakukan pengawasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB VIII SANKSI Pasal 28 Pimpinan auditi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Inspektorat Jenderal mengusulkan sanksi administratif dengan mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 29 Inspektur Jenderal mengkoordinasikan penyelesaian tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia dan/atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di lingkungan Kementerian. BAB X PENUTUP Pasal 30 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.22/Menhut-II/2010 tentang Pedoman Audit Kinerja Lingkup Kementerian Kehutanan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

-17-2016, No.88 Pasal 31 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2015 MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd SITI NURBAYA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 Januari 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA