BAB I PENDAHULUAN. terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

dokumen-dokumen yang mirip
berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan bersifat umum atau universal. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

tentang Standar Nasional Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

I. PENDAHULUAN. seharusnya dicapai melalui proses pendidikan dan latihan. mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan peserta didik guna

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA KISI-KISI PENULISAN SOAL UJIAN SEKOLAH TULIS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah [ sic! sic!

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hasim Bisri, 2016

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan sangat penting bagi kehidupan. Melalui pendidikan maka sikap, watak, kepribadian dan keterampilan manusia akan terbentuk sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan memiliki tugas yang mulia, karena akan membawa anak bangsa ke arah yang lebih baik dan sempurna dan menjadi manusia yang paripurna. Pendidikan yang mulia dan baik tersebut, harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur dan mampu memberikan kontribusi terhadap fungsi individu dalam masyarakat. Menurut Gagne (1988: 39) tujuan. pendidikan adalah aktivitas manusia yang berkontribusi terhadap fungsi suatu masyarakat (termasuk fungsi individu dalam masyarakat) dan semua itu dapat diperoleh melalui pembelajaran. Dick dan Carey (2001:6) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran idealnya diperoleh dari analisa kebutuhan yang mengindikasikan adanya suatu masalah 1

2 yang pemecahannya adalah dengan memberikan pembelajaran. Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan pembelajaran umum. Oleh karena itu, dalam merancang pembelajaran harus diperhatikan secara mendalam rumusan tujuan pembelajaran umum yang akan ditentukan. Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu tersebut, melalui PP. No. 19 Tahun 2005 pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), Standar Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, dan juga Standar Penilaian Pendidikan. Standar isi mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, menetapkan pembelajaran bahasa Indonesia di SMP ditargetkan agar siswa dapat mengungkapkan kembali pikiran, perasaan, dan pengalaman dalam cerita pendek, menuliskan kembali dengan kalimat sendiri

3 cerita pendek yang pernah dibaca, menulis cerita pendek bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Permendinas No. 23 Tahun 2006 telah menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Mata pelajaran untuk tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Nasional Pendidikan (SNP) tahun 2006 dengan jelas menyatakan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis yakni melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan, poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat pembaca,dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama, dan cerpen. Salah satu kemampuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang terdapat dalam standar isi yakni keterampilan menulis cerpen. Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai (Tarigan, 2008:15). Menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh dengan sendirinya, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis

4 dengan andal tanpa banyak latihan menulis. Kemampuan menulis adalah kemampuan yang bersifat aktif dan produktif di dalam menghasilkan tulisan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan secara terus-menerus. Kegiatan menulis sendiri pada dasarnya memiliki tujuan. Menurut M. Atar Semi (2007: 14) tujuan menulis antara lain: a) untuk menceritakan sesuatu, b) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk meyakinkan, dan e) untuk merangkum. Sedangkan menurut Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 6) tujuan menulis adalah: a) menginformasikan, b) membujuk, c) mendidik, d) menghibur. Sumardjo (2007:84) menyatakan bahwa menulis cerpen pada hakikatnya adalah seni keterampilan menyajikan cerita dalam batas tertentu. Oleh sebab itu seorang penulis harus memiliki ketangkasan menulis dan menyusun cerita yan menarik. Dari uraian tersebut, diharapkan siswa mampu bersifat kreatif, imajinatif, sehingga dapat menuangkan ide dalam bentuk cerpen. Pembelajaran menulis cerpen selama ini pada dasarnya masih menitikberatkan pada aspek pengetahuan saja, misalnya siswa hanya disuguhi dengan defenisi-defenisi, nama pengarang, dan hasil karyanya. Dengan kata lain, apa yang disampaikan pendidik dalam pengajaran hanyalah kulit luarnya saja, sehingga siswa tidak terampil dalam menulis cerpen. Kondisi pengajaran yang semacam itu tidak saja memprihatinkan, tetapi juga telah menghambat proses pencerdasan emosional dan spiritual siswa. Pembelajaran menulis cerpen yang seharusnya menyenangkan karena bertujuan menumbuhkan kreativitas dan imajinasi, ternyata menjenuhkan baik bagi guru maupun bagi siswa.

5 Berdasarkan hasil observasi dan informasi dari laporan hasil belajar siswa SMP Budi Murni 1 Medan pada materi menulis cerpen sejak 2011 sampai pada tahun 2013 masih di bawah tingkat ketuntasan belajar. Berikut hasil nilai rata-rata Ujian harian siswa kelas IX SMP Budi Murni 1 Medan. Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa SMP Budi Murni 1 Medan Tahun Akademik Nilai terendah Nilai tertinggi Rata-rata 2011 60 90 75,5 2012 65 88 74,5 2013 65 88 76 (Sumber: Laporan nilai SMP Budi Murni 1 Medan) Tabel di atas menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam pelajaran menulis cerpen rendah. Menyikapi masalah tersebut, perlu adanya upaya yang dilakukan agar kemampuan siswa untuk pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkat. Salah satunya adalah mencari tahu penyebab sehingga dapat merumuskan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan yang ada. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa antara lain sebagaimana yang diungkapkan Reigeluth (1999:18) menyatakan bahwa variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode pembelajaran, (3) hasil pembelajaran. Semua variabel tersebut memiliki ketergantungan satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri dalam pelaksanaan pembelajaran

6 Dari hasil pengamatan dan informasi salah satu guru bidang studi Bahasa Indonesia yang mengajar di SMP Budi Murni 1 Medan, diperolehlah beberapa faktor yang mengindikasikan penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Penyebab tersebut antara lain (1) guru cenderung mengajarkan materi menulis cerpen dengan bahan yang kurang disesuaikan dengan minat dan tingkat perkembangan siswa, (2) kurangnya variasi pembelajaran (metode yang digunakan monoton) mengakibatkan respon siswa terhadap penjelasan, pernyataan, atau segala informasi yang disampaikan guru menjadi rendah, (3). Kondisi pembelajaran yang tidak melibatkan siswa secara optimal mengakibatkan siswa kurang dapat memahami materi, kurang berani dan tidak terampil bertanya/ mengemukakan pendapat karena takut salah, takut dipermalukan, serta takut mendapat hukuman. Salah satu alternatif dalam mengoptimalkan hasil belajar menulis cerpen yakni pemilihan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arends, 2007:25). Joyce (2009: 7) mengungkapkan fungsi model adalah each model guides us as we design instruction to help students achieve various objectives. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengeskpresikan ide. Model pembelajaran

7 berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Model sinektik adalah salah satu model yang termasuk pada rumpun pemrosesan informasi. Model-model pemrosesan informasi menekankan cara-cara dalam meningkatkan dorongan alamiah manusia untuk membentuk makna tentang dunia (sense of the world) dengan memperoleh dan mengolah data, merasakan masalah-masalah dan menghasilkan solusi-solusi yang tepat, serta mengembangkan konsep dan bahasa untuk mentransfer solusi/data tersebut. Model ini menitik beratkan kepada psikologis individual dan pengembangan kreativitas melalui aktualisasi diri, kesehatan mental, dan pengembangan kreativitas. William J.J. Gordon adalah tokoh yang pertama kali memperkenalkan model sinektik yang digunakan dalam bidang industri. Gordon mengembangkannya untuk keperluan aktivitas individu dalam kelompok agar mampu memecahkan masalah (problem solver), atau untuk mengembangkan produksi (product development). Model Sinektik yang telah berkembang di dunia industri, akhirnya oleh Gordon dikembangkan untuk digunakan di sekolah, tujuannya yaitu untuk menumbuhkan kreativitas sehingga diharapkan siswa mampu menghadapi permasalahannya (Joyce, 1980:13). Model sinektik juga memiliki pengaruh positif, yaitu mampu memperkenalkan kerja kolaboratif, keterampilan belajar, dan rasa persahabatan di antara peserta didik. Selain itu, sinektik melatih siswa mengembangkan kemampuan imajinasi melalui bermain analogi dalam proses berkreativitas.

8 Suparmi (2012) dalam penelitiannya mengenai model pembelajaran sinektik pada materi menulis karangan menunjukkan hasil belajar yang meningkat. Selain itu, Dampak pengiring model ini adalah nilai-nilai kreatif, komunikatif, cinta tanah air, dan peduli lingkungan. Model pembelajaran sinektik juga memiliki pengaruh positif terhadap hasil belajar mengapresiasi puisi. Hal ini seperti yang diperoleh dalam jurnal penelitan Aisyah Aztry (2012), yang mana model pembelajaran sinektik memancing kreativitas siswa sehingga dapat menikmati karya sastra khususnya puisi dengan baik. Berbeda dengan model pembelajaran kooperatif yang merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Model ini termasuk dalam rumpun model pengajaran sosial. Model pembelajaran ini merujuk pada berbagai macam metode pengajaran yang mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang dimiliki (Slavin, 2005: 4). Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) mengutamakan kerjasama dalam kelompok untuk membantu siswa belajar memahami materi pelajaran melalui bacaan, berita, dan permasalahan. Menurut Slavin (2005: 200), model pembelajaran CIRC merupakan sebuah program yang komprehensif untuk membelajarkan membaca, menulis dan seni berbahasa.

9 Fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam timtim kooperatif termotivasi untuk saling bekerja sama dalam kegiatan rekognisi yang didasarkan pada pembelajaran seluruh tim. Dalam jurnal hasil penelitian Sulistyaningsih dan Waluyo (2011), model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematik peserta didik sehingga prestasi belajar peserta didik lebih baik. Sejalan dengan hal tersebut, Rosina Retno (2013) melalui penelitiannya tentang penyelesaian soal cerita matematika menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif CIRC efektif dalam meningkatkan nilai atau hasil belajar siswa sehingga proporsi ketuntasan siswa lebih besar persentasenya. Selain model pembelajaran yang digunakan oleh guru terdapat faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam menulis cerpen. Faktor-faktor tersebut diklasifikasikan menjadi faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri siswa (karakteristik siswa) dan faktor eksternal yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal yang mempengaruhi kemampuan dalam menulis cerpen di antaranya minat, motivasi, bakat, gaya belajar, kecerdasan, gaya kognitif, gaya berpikir, motivasi dan tingkat kemandirian. Salah satu karakteristik siswa yang diasumsikan dapat mempengaruhi hasil belajar menulis cerpen yaitu tingkat kemandirian. Monks (2002: 103) menyatakan kemandirian merupakan kemampuan individu bertingkah laku secara seorang diri. Kemandirian remaja ditunjukkan dengan bertingkah laku sesuai keinginannya, mengambil keputusan sendiri, dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah

10 sendiri. Dalam hal ini kemandirian dimaksudkan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung pada otoritas atau arahan seseorang. Sejalan dengan itu, Parker ( 2005: 13) mendefenisikan kemandirian sebagai kemampuan individu dalam bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasar kehendaknya sendiri. Peningkatan tanggung jawab, kemandirian, dan menurunnya tingkat ketergantungan remaja terhadap orang tua, adalah salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi siswa pada periode remaja. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukanlah penelitian tentang Pengaruh Model Pembelajaran dan Tingkat Kemandirian terhadap Hasil Belajar Menulis Cerpen Siswa Kelas IX SMP Budi Murni 1 Medan Tahun Ajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, dapat diindikasikan bahwa masalah-masalah yang muncul dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran menulis cerpen adalah: (1) Bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan selama ini? (2) Apakah strategi pembelajaran yang digunakan selama ini sesuai dengan kompetensi siswa? (3) Sejauh mana guru Bahasa Indonesia mampu memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran? (4) Strategi pembelajaran yang bagaimanakah yang tepat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia? (5) Apakah tingkat kemandirian mempengaruhi kemampuan siswa dalam menulis cerpen? (6) Apakah ada perbedaan hasil belajar menulis cerpen siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran yang berbeda?

11 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa persoalan yang berkaitan dengan peningkatkan hasil belajar siswa sangat luas. Oleh karena itu, dibutuhkan pembatasan masalah agar penelitian ini lebih khusus dan terfokus sesuai dengan tujuan. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan model pembelajaran Sinektik dan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan tingkat kemandirian. Sedangkan hasil belajar Bahasa Indonesia yang dibatasi hanya pada kemampuan menulis cerpen. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah hasil belajar menulis cerpen siswa yang diajar dengan model pembelajaran sinektik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)? 2. Apakah hasil belajar menulis cerpen siswa yang memiliki tingkat kemandirian tinggi lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki tingkat kemandirian rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemandirian terhadap hasil belajar siswa dalam menulis cerpen?

12 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, batasan masalah dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar menulis cerpen siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Sinektik lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 2. Untuk mengetahui hasil belajar menulis cerpen siswa yang memiliki tingkat kemandirian tinggi lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki tingkat kemandirian rendah. 3. Untuk mengetahui adanya interaksi antara model pembelajaran dan tingkat kemandirian terhadap hasil belajar siswa dalam menulis cerpen. F. Manfaat Penelitian Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat berupa : 1. Secara teoretis, untuk memperkaya dan menambah khasanah ilmu pengetahuan guna meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan model pembelajaran dan tingkat kemandirian. 2. Secara praktis, diharapkan dapat menjadi masukan kepada pihak sekolah dalam peningkatan sarana dan prasarana sekolah agar lebih memotivasi siswa dalam belajar.

13 3. Sumbangan pemikiran bagi guru khususnya guru bahasa Indonesia dalam memahami karakteristik siswa dan memilih model pembelajaran yang sesuai. 4. Sebagai bahan pertimbangan bagi siswa dalam melaksanakan pembelajaran aktif khususnnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia.