BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

VII. ANALISIS FINANSIAL

Brooding Management. Danang Priyambodo

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

I. PENDAHULUAN. umur 4 5 minggu. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini dicerminkan dari. modern mencapai di bawah dua (Amrullah, 2004).

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

I Peternakan Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN AYAM JANTAN

Analisis Usaha Peternakan Ayam Broiler pada Peternakan Rakyat di Desa Karya Bakti, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kandang closed house milik PT. Rama Jaya Farm,

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 minggu dari 12 Februari 29 Maret

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

D Praditia, W. Sarengat dan M. Handayani* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan PertanianUniversitas Diponegoro Semarang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

RENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

VI. ANALISIS NON FINANSIAL

Lampiran 1. Tabel FCR Peternakan Agus Suhendar

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan makhluk hidup yang tidak lepas dari waktu. Kenyataan ayam

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di CV. MUSTIKA Semarang)

II. TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM INDUSTRI TERNAK UNGGAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging.

BAB I PENDAHULUAN. sangat potensial dikembangkan. Hal ini tidak lepas dari berbagai keunggulan

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN AYAM PETELUR

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

Transkripsi:

30 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Topografi Wilayah Kabupaten Sragen beriklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19-31º C, terletak di dataran dengan ketinggian rata-rata 109 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Sragen Terletak pada 7 º 15 LS dan 7 º 30 LS. 110 º 45 BT dan 111 º 10 BT. Curah hujan rata-rata di bawah 3000 mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Batas wilayah Kabupaten Sragen sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan - Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi - Sebelah Selatan : Kabupaten Karanganyar - Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali B. Kondisi Umum Peternakan 1. Sejarah Usaha Usaha ayam broiler Bapak Suyanto dimulai pada tahun 2013 dan berjalan sampai sekarang. Awalnya Bapak Suyanto membuat satu kandang ayam broiler dengan kapasitas kandang sebanyak 800 ekor. Jenis kandang yang dimiliki oleh Bapak Suyanto pada saat itu adalah jenis kandang litter. Bapak Suyanto terus mengembangkan usahanya sehingga sekarang Bapak Suyanto memiliki satu kandang lagi dengan kapasitas 5000 ekor. Selain menambah kandang Bapak Suyanto juga mengubah model kandangnya yag awalnya kandang litter sekarang menjadi kandang panggung dan mulai ikut dalam sistem kemitraan. Kemitraan yang di ikuti Bapak Suyanto adalah kemitraan Ciomas yang di miliki oleh Japfa 2. Lokasi Peternakan Peternakan Bapak Suyanto berdiri di sekitar rumah yang berada di desa Tegal Sari, Bendungan, Kedawung, Sragen. akses jalan yang mudah membuat peternakan ini mudah dijangkau dan masih bisa berkembang lagi. Jarak peternakan dengan rumah penduduk cukup dekat yaitu 100 meter. Sumber air di 30

31 lokasi peternakan mudah didapat, peternakan ini menggunakan air sumur untuk minum ternak dan kebutuhan sehari-hari. Lokasi peternakan mudah dijangkau menggunakan kendaraan kecil maupun besar karena jalan menuju ke kandang sudah di cor, sehingga memudahkan dalam proses pemasaran maupun kegiatankegiatan lainnya yang bersangkutan dengan peternakan. C. Starter Ayam broiler yang di pelihara di peternakan ini adalah ayam broiler dari strain Lohman MB 202. Strain Lohman MB 202 memiliki keunggulan tahan terhadap stres, produksinya tinggi. Selain itu pemilihin bibit juga didasarkan pada harga saat itu sehingga dapat menghemat biaya pembelian bibit. Menurut Kartasudjana (2010) yaitu pemilihan bibit harus dari farm yang unggu, karena farm yang unggul memiliki standar bibit yang baik dan tidak cacat. Hal ini sesuai dengan keadaan di kemitraan Ciomas, karena kemitraan tersebut memiliki standar yang tinggi yaitu dengan memiliki breeding sendiri, jadi untuk bibit sudah pasti bagus dengan strain Lohman. Pemeliharaan ayam broiler yang pertama adalah persiapan kandang sebelum DOC masuk. Persiapan kandang yang dilakukan Bapak Suyanto adalah dengan menata brooding untuk DOC setelah tertata Pak Suyanto menyemprotnya dengan larutan antisep agar dalm kandang tercipta kondisi yang steril. Pemanas juga tidak lupa mulai dinyalakan agar suhu didalam kadang mulai stabil serta nyaman bagi DOC. Pak Suyanto sudah menggunakan pemanas dengan gasolek karena dapat memberikan suhu yang ideal dan merata. Pemeliharaan masa starter diawali pada saat DOC datang. Saat DOC datang Pak Suyanto memberikan air gula jawa yang bertujuan agar kondisi ayam kembali pulih setelah stres dalam perjalanan. Pemberian pakan diberikan setelah ayam minum. Pemeliharaan ayam pada minggu awal sangat menentukan keberasilaan usaha ayam broiler sehingga Pak Suyanto memberikan pakan yang adlibitum. Pakan Pak Suyanto yang diberikan merupakan pakan jadi yang diproduksi oleh pabrik. Pakan yang diproduksi oleh pabrik berbentuk crumble. Pada ayam fase starter membutuhkan

32 protein yang lebih tinggi dan energi yang lebih sedikit dibanding dengan ayam fase finisher. Pakan yang diberikan ayam fase starter mengandung protein min 21 %. Pemanas terus diyalakan selama 14-15 hari. Menurut Murtidjo (1987), pemeliharaan minggu pertama memerlukan pengawasan yang khusus karena di dalam periode ini, DOC sedang mengalami tahap penyesuaian dengan tempat yang baru. Pemeliharaan DOC umur 1 minggu dengan cara: DOC yang baru dibeli satu-persatu dipindahkan ke brooder. Jangan diberi minum atau pakan lebih dahulu, dibiarkan selama 25 menit untuk mengenali lingkungan yang baru. Selanjutnya dapat diberikan air minum dicampur gula pasir dengan perbandingan 20 gram gula pasir dicampur 4 liter air putih untuk 100 ekor DOC. Gunakan tempat minum tabung ukuran 1 liter. Peranannya sangat penting untuk pengembalian kondisi DOC selama perjalanan. Pada hari kedua air minum dicampur dengan antibiotik, dan pada hari keempat diberi vitamin. Pemeliharaan minggu kedua, meskipun masih memerlukan pengawasan, namun lebih ringan dibandingkan pada minggu pertama. Pemanas masih diperlukan. Tirai plastik salah satu kandang bisa dibuka untuk memperlancar sirkulasi udara. Pemanas bisa diturunkan hingga suhu 32 o C dengan cara meninggikan lampu pemanas. Penambahan jatah pakan dan air minum. Ayam memerlukan pakan 89,8 gr/ekor/hari. Pemeliharaan minggu ketiga masih memerlukan pemanas. Ayam sudah lincah dan nafsu makan tinggi. Selain itu pertumbuhan bulu sudah cukup baik sehingga tirai plastik penutup sisi boks dapat dibuka. Temperatur diturunkan sehingga 29 o C. penambahan jatah makan dan minum. Pakan dibutuhkan sebanyak 48 gram/ekor. Air minum dicampur antibiotik. Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Pada akhir minggu (umur 21 hari).. D. Finisher Pemeliharaan fase finisher pada minggu keempat, bulu sudah lebat sehingga sudah tidak membutuhkan pemanas lagi. Dilakukan penambahan jatah makan dan minum, yaitu jatah makan sebesar 141,5 gram/ekor/hari. Nafsu makan baik, jatah yang diberikan tidak tersisa. Pada malam hari tidak usah diberi

33 penerang, tetapi jika pakan yang diberikan tidak habis, dianjurkan untuk diberi penerangan. Penerangan dihentikan jika jatah ransum sudah habis. Pada minggu kelima dilakukan penambahan jatah makan dan minum. Ayam diberi pakan 161,1 gram/ekor/hari. Air minum ditambah dengan obat cacing untuk menyiapkan periode pertumbuhan yang cepat. Obat cacing cukup diberikan sekali saja dengan dosis sesuai anjuran penggunaan merk obat cacing yang dibeli. Kegiatan sanitasi yang dilakukan dipeternakan Bapak Suyanto adalah dengan menyemprot ayam dengan menggunakan antisep. Penyemprotan dilakukan setelah ayam berumur dua minggu lebih. Pembersihan kotoran ayam dilakukan setiap tiga hari sekali setelah ayam berumur 21 hari. Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. Maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu adalah 3,2 kg/ekor ayam. E. Konsumsi Pakan Peternakan Bapak Suyanto menggunakan pakan jadi buatan pabrik. Bapak Suyanto menggunakan pakan jadi dengan pertimbangan lebih murah dan lebih mudah dalam pengadakannya, selain itu kandungan nutrient yang terkandung pada pakan jadi sudah disesuaikan dengan kebutuhan ayam. Pakan yang digunakan oleh peternakan ini di produksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia, TBK. Kandungan nutrient pada pakan jadi dapat dilihat pada Tabel 10. Tingkat konsumsi pakan cukup baik, yaitu 3,2 kg/ekor dalam jangka pemeliharaan 5 minggu bobot badan ayam mencapai 2,1 rata- rata. Berdasarkan Tabel 7, rata-rata konsumsi pakan yang didapatkan pada saat pemeliharaan ayam broiler di peternakan ayam broiler Bapak Suyanto yaitu 92,72 gram/ekor/hari. Hasil ini lebih tinggi dibandingkan standar konsumsi pakan ayam broiler dari PT. Japfa yang memiliki rata-rata konsumsi pakan sebesar 92,3

34 g/ekor/hari. Hal ini terjadi kerena pemberian pakan yang bagus dan standar yang di pakai masih standar yang lama. Tabel 7. Konsumsi Ayam Broiler Di kemitraan Ciomas Minggu Konsumsi (g/ekor/hari) 1 20,8 2 50,4 3 89,8 4 141,5 5 161,1 Rata-Rata 92,72 Sumber : Data Primer KKL 2016 Tabel 8. Standar Konsumsi Pakan PT. Japfa Comfeed Minggu ke- Konsumsi Pakan (gram/ekor/hari) 1 24,1 2 55,1 3 91,4 4 129,0 5 162,1 Rata-rata 92,3 Sumber : PT. Japfa Comfeed (2012) Sedangkan menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) dalam jangka 5 minggu konsumsi pakan mencapai 2,5 dan pertambahan bobot badan mencapai 1,3 kg. Dengan hal ini, berdasarkan tabel 10 konsumsi pakan terlalu tinggi namun sudah hampir sama dengan standar dari PT Japfa. F. Pertambahan Bobot Badan Tabel 9. Pertambahan bobot badan Minggu Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari) 1 21,2 2 46,2 3 68,0 4 77,2 5 83,2 Rata-rata 59,1 Sumber : Data Primer KKL 2016

35 Tabel 10. Standar PT. Japfa Minggu Pertambahan Bobot Badan (g/ekor/hari) 1 18,8 2 42,8 3 62,0 4 71,0 5 74,7 Rata-rata 53,8 Sumber : PT. Japfa Comfeed (2012) Berdasarkan Tabel 9. Hasil data KKL menunjukkan pertambahan bobot badan ayam broiler sangat baik karena tidak ada penurunan bobot badan. Pada masa finiser bobot badan ayam broiler berkisar antara 2,1 kg dalam jangka waktu pemeliharaan 5 minggu. Sedangkan pertambahan bobot badan menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) 1,5 kg/ekor dalam jangka waktu 5 minggu. Dengan hal ini berarti pertambahan bobot badan pada ayam broiler mencapai hasil optimal jika dibandingkan dengan pendapat Kartasudjana dan Suprijatna (2010) karena dalam perlakuan yang berbeda. G. Konversi Pakan Tabel 11. Konversi pakan Minggu Konversi Pakan 1 0,97 2 1,08 3 1,32 4 1,83 5 1,93 Rata-Rata 1,42 Sumber : Data Primer KKL 2016 Tabel 12. Standar Konversi Pakan PT. Japfa Minggu Konversi Pakan 1 0,97 2 1,17 3 1,32 4 1,49 5 1,68 Rata-Rata 1,32

36 Berdasarkan Tabel 11. menunjukkan rata-rata konversi pakan cukup baik, yaitu 1,42 dibandingkan dengan standar sudah hampir sama, hal ini karena konfersi pakan pada pemeliharaan dalam jangka waktu 5 minggu tidak ada pakan yang terbuang. Sedangkan menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2010) konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya pakan yang dikonsumsi. Angka konversi yang rendah maka banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Dengan hal ini konservasi ayam broiler menunjukkan hasil belum mencapai optimal. H. Indek performa 1. Konversi pakan : 1,42 2. Mortalitas : 3% 3. Berat rata-rata panen : 2,1 kg 4. Umur panen : 35 hari 97% X 2,1Kg Indeks Performa = x 100% 35 hari X1,42 = 409 IP dengan 409 termasuk dalam kategori baik Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah et al.,(2007) yang menyatakan Indeks Performa Ayam Broiler salah satu kriteria yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan pemeliharaan adalah dengan menghitung indeks performa. Indeks Performa (IP) adalah suatu formula yang umum digunakan untuk mengetahui performa ayam broiler. Semakin besar nilai IP yang diperoleh, semakin baik prestasi ayam dan semakin efisien penggunaan pakan Nilai indeks performa dihitung berdasarkan bobot badan adalah

37 I. Perkandangan Kandang di peternakan Bapak Suyanto berada disekitar komplek rumah penduduk. Arah kandang menghadap ke barat-timur. Menurut Martono (1996), Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan dipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain. Sehingga peternakan Bapak Suyanto sudah cukup memenuhi syarat kandang yang baik. Kandang di peternakan Bapak Suyanto dibangun diatas lahan yang datar sehingga kandang dapat dibangun dengan mudah. Kandang milik Bapak Suyanto menggunakan jenis kandang panggung, sehingga ayam dapat terhindar dari gangguan dari luar seperti predator. Menurut Akpobome dan Funguy (1992), Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: bentuk kandang dan kondisi tempat yang tersedia, keadaan tanah yang akan dipergunakan, biaya yang tersedia dan bahannya. Sedangkan fungsi kandang antara lain: untuk berlindung dari panas dan hujan, dan untuk mempermudah tata laksana dan untuk melindungi bahaya atau gangguan dari luar. Sistem panggung ini bahan yang biasa digunakan untuk alas lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok. Kelebihannya adalah sirkulasi udara lebih baik, penyebaran penyakit relatif rendah. Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu unutk alas terlalu lebar, akan dapat mengakibatkan ayam terperosok, biaya pembuatan relatif mahal (Ditjenak, 1996). Bentuk atap kandang kandang bapak Suyanto menggunakan sistem atap dengan kemiringan 30 supaya suhu di dalam kandang tidak terlalu panas dan pertukaran udara di dalam kandang bias terjaga. Menurut Sudarmono (2003) kemiringan atap yang membentuk sudut 30 o -40 o sangat penting dalam meningkatkan fungsi ventilasi kandang, sehingga dapat mengurangi besarnya radiasi panas dibawah atap. Sudut atap yang besar dapat mengurangi pembentukan sudut tegak lurus terhadap pancaran sinar matahari. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sudarmono (2003) karena kemiringan atap kandang 30 o di kandang bapak Suyanto maka dapat mengurangi suhu panas dibawah atap kandang

38 J. Kesehatan dan Penyakit Kesehatan pada ayam broiler merupakan kunci utama keberhasilan dalam usaha ternak ayam broiler. Pencegahan penyakit di kandang bapak Suyanto dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan : 1. Memperbaiki tata laksana pemeliharaan dengan menjaga kebersihan kandang dan peralatan secara berkala 2. Menyemprot kandang dengan disinfektan minimal seminggu sekali dan diulang secara berkala 3. Memberikan vaksin secara berkala untuk mencegah munculnya penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti penyakit AI dan ND (Newcastle Disease). Dalam pemeliharaan ayam broiler munculnya penyakit sangat perlu untuk diwaspadai, mengingat ayam broiler sangat retan terserang penyakit sehingga penyebaran penyakit sangat mudah. Penyakit yang sering kali muncul dalam pemeliharaan ayam broiler adalah Snot (Infectious coryza), berak kapur (Pullorum), Kolera (Fowl Cholera), dan ND ( Newcastle Disease). f. Pengolahan Limbah Usaha perternakan ayam broiler Bapak Suyanto tidak menemui kendala dalam pengolahan limbahnya. Limbah peternakan ayam pedaging milik Bapak Suyanto biasanya diambil atau diberikan kepada warga sekitar. Pak Suyanto tidak menjual limbahnya karena usaha peternakan milik Bapak Suyanto berada dilingkungan desa sehingga limbah kotoran diberikan secara cuma-cuma. Bagi Bapak Suyanto ini merupakan hal yang menguntungkan karena Pak Suyanto tidak sulit dalam membuang lmbah karena terkadang kotoran hanyut terkena banjir. g. Pemanenan Pemanenan di peternakan milik Bapak Suyanto dilakukan saat mencapai umur 30-35 hari. Pemanenan di petrnakan Pak Suyanto tidak menemui kendala karena saat waktu panen banyak bakul-bakul yang siap mengambil karena dengan sistim kemitraan semua sudah di tanggung oleh perusahaan baik dari pengadaan hingga penjualan semua sudah di tanggung oleh perusahaan.

39 B. Analisis Usaha Beternak Ayam Broiler 1. Hasil a. Jumlah ayam yang dipelihara sebanyak 5000 ekor dengan harga DOC Rp 5.000/ekor. Biaya pembelian DOC adalah 5.000 x 5.000 = Rp. 25.000.000,00 b. Biaya pembuatan kandang = Rp. 86.400.000 c. Harga pakan per sak = Rp. 350.000 Pakan 5000 ekor ayam yang dibutuhkan 338 sak 350.000 X 338 =Rp.118.300.000 d. Vaksin selama satu periode = 0 e. Harga jual ayam rata-rata Rp. 15.500/kg, dengan rata-rata bobot ayam 2,1 kg/ekor f. Kematian ayam per satu periode sebesar 3%. Dengan jumlah ayam yang ada 5000, maka jumlah kematian ayam sebanyak 150 ekor. Sisa ayam yang masih hidup adalah 4.850 ekor. 2. Modal investasi Tabel 13. Modal investasi Keterangan Jumlah Harga/ satuan (Rp) Harga (Rp) Bangunan kandang + instalasi listrik 1 unit 86.400.000 86.400.000 Tempat minum 834 buah 35.000 29.190.000 Tempat pakan 834 buah 35.000 29.190.000 tabung Tempat pakan 112 buah 20.000 2.240.000 nampan Chick guard 9 buah 20.000 180.000 Pemanas 6 buah 3.000.000 18.000.000 Tirai 22 buah 200.000 4.400.000 Jumlah 169.600.000

40 3. Nilai penyusutan Tabel 14. Penyusutan kandang dan peralatan Keterangan Bangunan kandang Tempat minum Tempat pakan tabung Tempat pakan nampan Harga awal (Rp) Umur ekonomis (Th) Harga akhir(rp) Penyusutan /tahun (Rp) 86.400.000 15 20.000.000 1.333.333 29.190.000 29.190.000 2.240.000 5 5.838.000 1.167.600 5 5.838.000 1.167.600 5 448.000 89.000 Chick guard 180.000 9 20.000 2.222 Pemanas 18.000.000 5 3.600.000 720.000 Tirai 4.400.000 5 880.000 176.000 Jumlah 4.655.755 4. Biaya tetap (fixed cost) Tabel 15. Biaya tetap Keterangan Jumlah Dalam 1 bulan Biaya listrik dan air 385.000 385.000 Pajak tanah 125.000 125.000 Jumlah 510.000 5. Biaya variabel (variable cost) a. Biaya variabel 1) Pakan 338 sak x Rp 350.000,00 : Rp. 116.550.000,00 2) Gaji 2 pegawai 2 x Rp.1.250.000,00 : Rp. 2.500.000,00 3) DOC (50 box) 50 x Rp.500.000,00 : Rp. 25.000.000,00 4) Sekam 160 zak x Rp2.000,00 : Rp.320.000,00 5) Gas 3kg 40 tabung x Rp.16.000: Rp. 640.000,00 6) Obat dan vitamin : Rp. 2.700.000,00 Jumlah : Rp.147.710.000,00

41 Total Biaya Produksi: Biaya Tetap + Biaya Variabel : Rp.510.000,00 + Rp.147.710.000,00 : Rp.148.220.000,00 Kebutuhan Dana Keseluruhan: - Investasi : Rp.169.600.000,00 - Biaya Tetap : Rp. 510.000,00 - Biaya Variabel : Rp. 147.710.000,00 Total : Rp.317.820.000,00 6. Laba / Keuntungan 1. Harga perkilo :Rp. 15.500 2. Berat panen : 10.185 kg Penjualan ayam = Rp 15.500 x 10.185kg = Rp 157.867.500 Total penerimaan = Rp 157.867.500 Laba = Total penerimaan Biaya produksi = Rp 157.867.500 Rp 147.710.000 = Rp 10.157.500 Dalam 1 tahun dapat memelihara 5 periode panen Laba per tahun = Rp 10.157.500 x 5 = Rp 50.787.500 Penjualan ayam total yang didapatkan Bapak Suyanto adalah sebesar Rp. 157.867.500. Keuntungan bersih yang didapat Bapak Suyanto dalam satu periode pemeliharaan ayam broiler sebesar Rp. 10.157.500 1. Pay Back Period (PPC) Analisis payback period dihitung dengan cara menghitung waktu yang diperlukan pada saat total arus kas masuk sama dengan total arus kas keluar. Berdasarkan hasil analisis payback period ini nantinya alternatif yang akan dipilih adalah alternatif dengan periode pengembalian lebih singkat. Penggunaan analisis ini hanya disarankan untuk mendapatkan informasi tambahan guna mengukur

42 seberapa cepat pengembalian modal yang diinvestasikan. PPC dapat dihitung dengan cara: PPC = (Investasi / Keuntungan) x 1 tahun 169.600.000 = x 1 tahun = 3,3 Tahun 50.787.500 Berdasarkan perhitungan diatas, modal awal akan kembali setelah 3,3 tahun usaha berjalan 2. BEP (Break Event Point) BEP merupakan suatu titik impas dimana suatu usaha dijalankan. Titik impas Bapak Suyanto dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: BEP harga = total biaya produksi : jumlah produksi (ekor) = Rp. 148.220.000,00: 4850 ekor = Rp.30.560/ekor Berdasarkan perhitungan BEP unit diatas artinya, titik balik modal akan tercapai ketika ayam Broiler dijual dalam 1 tahun dengan harga Rp. 30.560/ekor. BEP Volume = Biaya total : Harga jual/ekor = Rp. 317.820.000,00 : Rp.32.550,00/ekor = 9.764 ekor. Artinya, dengan harga jual ayam Rp. 32.550,00 /ekor, maka titik balik modal akan tercapai jika jumlah ayam yang dijual dalam 1 tahun sebanyak 9.764 ekor 3. BCR (Benefit Cost Ratio) Benefit Cost Ratio (BCR) memperhitungkan jumlah keuntungan moneter diwujudkan dengan melakukan proyek versus jumlah biaya untuk melaksanakan proyek. BCR yang diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut: BCR = Total Benefit Total Cost

43 = 157.867.500/148.220.000 = 1,06 Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa Bapak Suyanto yang bergerak dalam bidang peternakan ayam broiler diperoleh nilai BCR 1,06. Maka usaha tersebut layak untuk dijalankan dan menguntungkan perusahaan karena BCR >1. Hal ini sesuai dengan Kadariah (1999) yang menyatakan bahwa untuk mengetahui tingkat efisiensi suatu usaha dapat digunakan parameter yaitu dengan mengukur besarnya pemasukan dibagi besarnya pengeluaran, dimana B/C Ratio > 1 : Efisien, B/C Ratio = 1 : Impas B/C Ratio < 1 : Tidak efisien.