PENCAPAIAN STANDAR PENGOLAHAN REKAM MEDIS SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN DI RSUD PACITAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. ketepatgunaan perawatan pasien di rumah sakit. tingkat dasar pada tanggal 12 juli 2014 dan sudah dilakukan kunjungan

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI. No.269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya

BAB I PENDAHULUAN. penting dan sangat melekat dengan kegiatan pelayanan, sehingga ada

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, dan gawat darurat. Setiap rumah sakit dalam memberikan. KARS Oleh karena itu, untuk menunjang tercapainya tujuan

FAKTOR PENYEBAB KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DALAM BATAS WAKTU PELENGKAPAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Boyolali merupakan. salah satu instansi pelayanan kesehatan di Kabupaten Boyolali.

BAB I PENDAHULUAN. pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap dengan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. 24 jam, dimana dibutuhkan sistem kerja yang bergantian(shift) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan antar komponen yang ketat (complex and tightly coupled), khususnya di

DAFTAR PUSTAKA. Azwar A Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa Aksara

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan yang dinamis dan mempunyai fungsi utama melayani

BAB 1 PENDAHULUAN. Rekam medis mempunyai peran yang dominan dalam proses pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu fungsi dari Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era perdagangan bebas dunia yang dimulai dengan Asean Free Trade

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

TINJAUAN ANALISIS KUANTITATIF TERHADAP PENGISIAN BERKAS REKAM MEDIS DI RUANGAN BEDAH INSTALASI RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes Nomor. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Pada dasarnya kesehatan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. populasi, kebutuhan pemeliharaan sumber daya kesehatan, peningkatan Ilmu. secara efisien dan efektif (Hatta, 2008).

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS PASIEN HYPERPLASIA OF PROSTATE

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Permenkes No : 269/Menkes/PER/III/2008 yang dimaksud rekam

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara pariurna yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

TINJAUAN PELAKSANAAN PENYIMPANAN DAN PENJAJARAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI RUANG FILING RSUD dr. MOEWARDI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sakit pasal 1 ayat 1 menyatakan rumah sakit adalah suatu institusi. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis bab III pasal 5 yang

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PERILAKU DOKTER DALAM MENGISI KELENGKAPAN DATA REKAM MEDIS LEMBAR RESUME RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UNGARAN TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I : PENDAHULUAN. setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran wajib membuat

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN REKAM MEDIS DI RSUD H. PADJONGA DG. NGALLE TAKALAR 2013

Analisis Faktor-Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Lembar Resume Medis Pasien Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelanggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi profesional baik di bidang teknik medis maupun. dilaksanakan surat persetujuan tindakan kedokteran.

PELAKSANAAN KLAIM JAMSOSTEK PASIEN RAWAT INAP DI RSUD DR. MOEWARDI

Tinjauan Ketidaklengkapan Pengisian Resume Medis Di RS. X, Mei - Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan serta peningkatan kesehatan. tingginya kesadaran hukum masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki derajat kesehatan yang optimal, adil dan. berkesinambungan diseluruh wilayah Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

TINJAUAN PENGGUNAAN SISTEM PENJAJARAN DRM DENGAN METODE SNF (STRAIGHT NUMERICAL FILLING) DI FILLING RUMAH SAKIT ISLAM MUHAMMADIYAH KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

TINJAUANPEMANFAATANINFORMASI REKAM MEDIS UNTUK KEBUTUHAN PENDIDIKAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2011 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah institusi yang menyediakan pelayanan spesialistik,

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 melalui

Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja dengan menggunakan rumus Work Load Indicator Staff Need atau WISN Bagian Filing RSUD Dr. Moewardi Periode Tahun 2016.

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PERAWAT TERHADAP KETEPATAN WAKTU PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RSD KOTA TIDORE KEPULAUAN

TINJAUAN PROSEDUR PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM MENJAGA ASPEK KERAHASIAN REKAM MEDIS DI RSUD dr. DARSONO KABUPATEN PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan informasi disemua sektor kehidupan termasuk di bidang pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mencari pertolongan medis sehingga harus dilakukan pengelolaan nyeri sejak

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, dimana kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang terus mengalami perkembangan adalah rumah sakit.rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. harus direkam dan didokumentasikan ke dalam bentuk catatan medis. yang disebut rekam medis atau rekam kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan secara optimal. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DOKTER DENGAN KELENGKAPAN CATATAN LAPORAN OPERASI DI RSU QUEEN LATIFA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Transkripsi:

PENCAPAIAN STANDAR PENGOLAHAN REKAM MEDIS SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN DI RSUD PACITAN Abstract Keyword Abstrak Pencapaian standar pengolahan rekam medis di RSUD Pacitan yang masih rendah, menjadi dasar untuk memberikan pelatihan kepada para petugas rekam medis. Metode pelatihan bertujuan untuk memberi kesempatan petugas rekam medis mempraktekkan secara langsung materi pelatihan yang telah diberikan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pencapaian standar pengolahan rekam medis sebelum dan sesudah pelatihan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan yang dipakai untuk mengukur pencapaian standar kelengkapan pengisian identitas pasien dan coding rekam medis. Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square. Hasil analisis data menunjukkan kenaikan pencapaian kelengkapan pengisian identitas pasien dari 22,22% menjadi 90,37% (nilai p= 0,000) dan kenaikan kelengkapan coding rekam medis dari 18,52% menjadi 74,81% (nilai p= 0,000). Data penunjang dari hasil wawancara diketahui bahwa terjadi perubahan paradigma dan sikap petugas rekam medis terhadap fungsi dan proses pencatatan pada rekam medis untuk menunjang pelayanan di rumah sakit. Kesimpulan penelitian ini adalah ada peningkatan pencapaian standar pengolahan rekam medis sesudah pelatihan. secara periodik perlu untuk dilakukan agar kualitas pelayanan rekam medis di rumah sakit dapat terus ditingkatkan. Kata kunci: pelatihan, identitas pasien, coding PENDAHULUAN Rekam medis merupakan catatan penting yang berisikan segala informasi yang berkaitan dengan pelayanan yang telah diberikan kepada pasien (Permenkes Nomor 269 Tahun 2008). Pengelolaan rekam medis harus dilaksanakan sesuai dengan standar, agar menghasilkan data yang bermutu bagi pelayanan. Kurang optimalnya proses pengelolaan rekam medis dapat dikarenakan kurangnya sumber daya manusia, pelatihan, maupun sarana prasarana yang mendukung. Kurangnya keakuratan data pada bagian coding dan juga dikarenakan tidak adanya monitoring terhadap proses yang telah dilaksanakan (Giyana, 2012). Institusi pelayanan kesehatan perlu untuk lebih memperhatikan, baik untuk perkembangan staf bagian rekam medis, maupun proses monitoring dan evaluasi terhadap proses pengelolaan rekam medis secara keseluruhan. 62 62

Kusuma Estu Werdani. Pencapaian Standar Pengolahan Rekam Medis Sebelum... Pengelolaan rekam medis yang tidak sesuai standar cenderung terjadi pada beberapa tempat pelayanan. Hasil analisis Indar, dkk (2013) menunjukkan bahwa RSUD H.Padjonga Dg. Ngalle Takalar, terjadi ketidaklengkapan penulisan nama pasien (58%), nomor rekam medis (50%), umur pasien (71%), dan ruang rawat inap (74%). Rahmadhani, dkk (2008) menemukan sebanyak 70% rekam medis berstatus IMR di bagian rawat inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Pengelolaan rekam medis rawat jalan RSUD Pacitan berdasarkan hasil survey pendahuluan, juga diketahui belum sesuai standard. Hasil survei pada 100 berkas rekam medis pasien yang diambil secara acak, diperoleh rincian data sebagai berikut: Kabupaten Pacitan Periode Mei-Juli 2012 Identitas Pasien Diisi (%) Tidak Diisi (%) Nomor Rekam Medis 100 0 Nama 100 0 Jenis Kelamin 100 0 Tanggal Lahir/ Umur 76 24 Alamat 100 100 No. Telepon 1 99 Pekerjaan 1 99 Status Perkawinan 1 99 Agama 2 98 Nama Ibu 1 99 Peneliti juga menemukan 100 berkas rekam medis pasien rawat jalan yang diambil secara acak, diperoleh 72% berkas rekam medis tersebut tidak di-coding. Padahal secara prosedur kegiatan coding ini merupakan tanggung jawab para petugas rekam medis. Pentingnya kegiatan coding ini yaitu untuk memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang fungsi perencanaan, manajemen, dan riset bidang kesehatan. Salah satu upaya untuk mewujudkan mutu penyelenggaraan rekam medis itu adalah melalui pelatihan sumber daya manusia, yang memungkinkan dapat memanfaatkan segala kemampuan yang dimiliki oleh pegawai (Cholifah, 2008). Oleh karena itu, peneliti melakukan pelatihan yang difokuskan pada pengisian identitas pasien dan coding pada berkas rekam medis. METODE Desain penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan pendekatan, dengan model one-group pretest posttest design. Perlakuan yang dilakukan oleh peneliti berupa sebuah konsep pelatihan dengan metode yaitu pemberian materi pelatihan dengan sekaligus mempraktekkan materi tersebut langsung di dalam pekerjaannya. Metode ini dipilih karena lebih efektif Perlakuan hanya dilakukan pada satu subyek sebagai kelas eksperimen tanpa adanya kelas kontrol. ini diberikan kepada 4 (empat) orang petugas rekam medis rawat jalan. Sampel penelitian adalah berkas rekam medis yang diambil sebelum pelatihan sebanyak 135 dan sesudah pelatihan sebanyak 135, sehingga total berkas rekam medis yang dianalisis sebanyak 270. Berkas tersebut dianalisis kelengkapan pengisian identitas pasien dan coding penyakitnya. Daftar identitas pasien tersebut antara lain nomor rekam medis, nama pasien, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, status perkawinan, agama, nama ibu. Pengisian identitas pasien dikatakan lengkap jika semua daftar identitas diisi, tidak lengkap jika ada salah satu daftar identitas tidak diisi. Coding diagnosis penyakit pada berkas rekam medis dikatakan lengkap jika terdapat kode penyakit pada berkas rekam medis, dan tidak lengkap jika tidak terdapat kode penyakit pada berkas rekam medis. HASIL dengan metode diberikan kepada seluruh petugas rekam medis rawat jalan di RSUD Pacitan. Penyampaian materi pelatihan dikonsep seperti pelatihan private selama petugas masuk dalam shift kerja, sehingga petugas dapat langsung mempraktekkan hasil pemahaman yang telah diterimanya dari materi pelatihan. Semua petugas rekam medis tersebut berjenis kelamin perempuan dan semuanya tidak memiliki latar belakang pendidikan rekam medis. Latar belakang pendidikan para petugas tersebut antara lain SMA, SMK, DIII Keguruan, dan S1 Sarjana Ekonomi. Sebanyak 3 (tiga) orang petugas sudah bekerja di bagian tersebut lebih dari 5 tahun (6 tahun, 12 tahun, 15 tahun). Adapun 1 orang petugas baru bergabung selama 1 tahun. Kelengkapan pengisian identitas pasien pada berkas rekam medis rawat jalan di RSUD Pacitan menunjukkan adanya peningkatan setelah petugas diberikan pelatihan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini: 63

Identitas Pasien Sebelum dan Sesudah Sebelum Sesudah pelatihan Tidak 30 (22,22) 105 (77,78) 122 (90,37) 13 (9,63) Jumlah 135 (100%) P-value 0,000 Sebelum pelatihan, seringnya para petugas mengisi identitas pasien hanya pada 5 item, yaitu nomor rekam medis, nama pasien, jenis kelamin, tanggal lahir (umur), dan alamat rumah. Sehingga ketercapaian kelengkapan pengisian identitas pasien masih sangat rendah (22,22%). Setelah pelatihan, ada perbaikan dari para petugas untuk melengkapi item pengisian pada identitas pasien. Adapun tambahan item yang sudah dilengkapi, di luar 5 item yang sudah sering dilengkapi sebelumnya, antara lain nomor telepon, agama, status perkawinan, pekerjaan, dan nama ibu. Kelengkapan pengisian identitas menjadi naik dan mencapai 90,37%. Adapun ketidaklengkapan sebesar 9,63% itu, dikarenakan tidak diisinya item nama ibu, jenis pekerjaan, dan nomor telepon pada 13 berkas rekam medis yang belum lengkap. Kelengkapan pengisian kode penyakit pada berkas rekam medis pasien rawat jalan di RSUD Pacitan juga mengalami peningkatan setelah diberikan pelatihan. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Sesudah (Coding) Sebelum dan Tidak Sebelum 25 (18,52) 110 (81,48) Sesudah 101 (74,81) 34 (25,19) pelatihan Jumlah 135 (100%) P-value 0,000 Sebelum pelatihan diberikan, hampir sebagian besar berkas rekam medis dari poliklinik rawat jalan tidak diberi kode penyakit oleh para petugasnya. Dari hasil wawancara, petugas menyampaikan bahwa waktu untuk mengkode diagnosis penyakit tersebut sangat terbatas, dikarenakan berkas dikirim pada waktu mendekati pergantian shift. Hal ini menyebabkan para petugas langsung mengembalikan berkas-berkas tersebut pada rak-rak penyimpanannya, sebelum sempat di-coding. Setelah pelatihan, pengkodean diagnosis penyakit pada rekam medis sudah mengalami peningkatan. Dari hasil wawancara, petugas menyampaikan bahwa memang pengisian kode penyakit penting untuk proses pelaporan, sehingga petugas berkenan untuk menyepakati dalam hal pembagian tugas untuk proses coding. Hasil kesepakatan yang dibentuk yaitu bagi petugas yang masuk shift siang akan mendapat tugas tambahan untuk melanjutkan proses coding dan penyimpanan berkas yang belum terselesaikan oleh petugas shift pagi. PEMBAHASAN Petugas rekam medis rawat jalan di RSUD Pacitan yang keseluruhannya tidak memiliki latar belakang pendidikan rekam medis, diduga memiliki kecenderungan untuk melaksanakan pengelolaan rekam medis tidak sesuai prosedur. Hal ini juga didukung dari hasil wawancara bahwa para petugas tersebut juga belum pernah mengikuti pelatihan terkait rekam medis, meskipun sudah memiliki masa kerja yang lama. Pengembangan petugas sangat dibutuhkan, salah satunya dengan memberikan pelatihan, karena pelatihan memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan kinerja petugas (Dipang, 2013). Pemberian pendidikan pelatihan kepada petugas mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja petugas (Exp(B)=0,524), dibandingkan dengan pemberian motivasi (Exp(B)=0,366) (Wardono, 2012). Akan tetapi, pelatihan juga dapat menjadi salah satu bentuk motivasi dari para pimpinan kepada bawahannya. Wahono (2013) menyimpulkan bahwa motivasi menjadi faktor dominan yang mempengaruhi kinerja petugas rekam medis di RSUD dr.soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Pemberian pelatihan sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan petugas, karena sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki hubungan yang paling kuat (nilai Exp(B)=13,533) dibandingkan masa kerja petugas terhadap kelengkapan pengisian rekam medis di RSUD Padjonga Dg.Ngalle, Takalar (Indar, dkk, 2013). Oleh karena itu, meskipun petugas rekam medis di RSUD Pacitan memiliki masa kerja yang lama, tetap masih memerlukan pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi maupun pengetahuannya. Hal ini akan berdampak positif bagi terpenuhinya standar pengelolaan rekam medis, sehingga dapat berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Kurangnya pengetahuan petugas tentang pentingnya mematuhi prosedur pengelolaan rekam medis, 64

Kusuma Estu Werdani. Pencapaian Standar Pengolahan Rekam Medis Sebelum... diduga berdampak pada ketidaklengkapan pengisian identitas maupun kode diagnosis pasien pada setiap lembar rekam medis di RSUD Pacitan. Hal ini terlihat dari ketidaklengkapan pengisian identitas pasien yang masih tinggi (77,78%) sebelum diberi pelatihan, dan mulai menurun (9,63%) setelah diberi pelatihan. Menurut Hatta (2011), rekam medis merupakan alat bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, sehingga kelengkapan pengisian rekam medis tersebut sangat penting. Kelengkapan ini akan menjelaskan berbagai macam data/ informasi tentang pasien maupun pelayanan yang telah diberikan kepada pasien secara jelas. Menurut Rustiyanto (2009), petugas rekam medis bertanggung jawab dalam hal pengisian data pasien, beserta pemberian kode diagnosis penyakit dari para tenaga medis yang menangani. Oleh karena itu, perlu adanya sebuah pelatihan secara berkala bagi petugas rekam medis di RSUD Pacitan. Hal ini akan berdampak positif bagi para petugas sebagai bentuk motivasi untuk selalu melakukan prosedur penyelenggaraan rekam medis dengan sebaikbaiknya. Kelengkapan pengkodean diagnosis penyakit oleh petugas rekam medis di RSUD Pacitan juga masih sangat rendah, yaitu hanya sebesar 18,52% sebelum petugas diberi pelatihan. Persentase ini mengalami kenaikan menjadi 74,81% setelah petugas diberi pelatihan. Proses pengelolaan rekam medis memang membutuhkan keaktifan peran dari beberapa pihak di rumah sakit untuk menyelenggarakannya sesuai dengan prosedur. Proses ini melibatkan beberapa tenaga kesehatan yang ada dalam pelayanan di rumah sakit, mulai dari petugas rekam medis (pendaftaran), perawat, dan dokter. Masalah yang sering muncul yaitu kurang jelasnya tulisan pada berkas rekam medis, sehingga menghambat proses pengkodean diagnosis penyakit pasien. Hal ini akan membutuhkan waktu yang lama untuk proses konfirmasi, apalagi jika belum ada persamaan persepsi antar petugas kesehatan tentang pentingnya pengisian dan penulisan di berkas rekam medis (Basuki, 2008). Seringnya penulisan diagnosis penyakit yang kurang jelas dari tenaga kesehatan (dokter) juga akan mempersulit petugas rekam medis untuk memberikan kode penyakitnya. Sebagaimana hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kelengkapan pengisian informasi pada rekam medis memiliki kontribusi sebesar 70% terhadap keakuratan kode diagnosis penyakit, dan juga 0,000) (Pujihastutik & Sudra, 2014). Pada dasarnya, hampir semua petugas kesehatan memahami tentang pentingnya penyelenggaraan rekam medis di pelayanan kesehatan. Hasil penelitian Eny dan Rachmani (2010) menyimpulkan bahwa tidak dokter tentang aspek-aspek rekam medis dengan kelengkapan pengisian rekam medis rawat jalan ( 0,565). Hampir sebagian besar dokter sangat memahami prosedur penyelenggaraan rekam medis, akan tetapi capaian kelengkapan pengisiannya masih rendah. Padahal sudah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 bahwa dokter wajib untuk mengisi dan melengkapi berkas rekam medis pasien yang ditanganinya. Begitu pula bagi petugas kesehatan lain (perawat) yang juga sudah memiliki pengetahuan yang baik, akan tetapi kepatuhan untuk melakukan prosedur insiden kepada petugas. Hal ini dikarenakan masih kurangnya supervisi terhadap proses pelaksanaan tersebut, dan budaya safety dari petugas yang masih rendah (Anggraeni, dkk, 2014). Hasil wawancara dengan petugas rekam medis di RSUD Pacitan, selain belum pernah mendapatkan pelatihan, proses penyelenggaraan rekam medis tersebut juga sangat jarang dilakukan monitoring maupun pengawasan. Menurut Wirawan, dkk (2013), dalam kasus keperawatan, ada hubungan yang signifikan antara supervisi kepala ruang dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Ambarawa ( 0,000). Ketertiban untuk melakukan pengawasan ini juga baik untuk diterapkan oleh bagian lain di rumah sakit, termasuk rekam medis. Hal ini dikarenakan rekam medis juga menjadi salah satu bagian penting untuk peningkatan mutu pelayanan rumah rumah sakit, salah satunya untuk ketercapaian standar akreditasi rumah sakit (Poewarni & Sopacua, 2006). Oleh karena itu, meskipun pengetahuan para petugas kesehatan tentang prosedur penyelenggaraan rekam medis sudah sangat baik, akan tetapi masih perlu dilakukan pegawasan dan evaluasi untuk setiap tahapan prosesnya. Hal ini akan berkontribusi pada peningkatan mutu pelayanan secara keseluruhan. SIMPULAN yang diberikan kepada petugas rekam medis rawat jalan di RSUD Pacitan telah memberikan dampak yang positif. Dampak ini terlihat dari adanya peningkatan kelengkapan pengisian identitas pasien, yaitu sebesar 22,22% sebelum pelatihan meningkat 65

menjadi 90,37% setelah pelatihan. Selain itu, ada peningkatan kelengkapan pengisian kode diagnosis penyakit, yaitu sebesar 18,52% sebelum pelatihan meningkat menjadi 74,81% setelah pelatihan. Rumah sakit diharapkan untuk memberikan pelatihan dan pengawasan secara periodik, agar penyelenggaraan rekam medis dapat dilakukan sesuai prosedur serta dapat berkontribusi dalam peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang proses pengawasan dan evaluasi oleh pimpinan di rumah sakit terkait pengelolaan rekam medis. DAFTAR PUSTAKA Anggraeni D, Hakim L, Wdjiati C. 2014. Evaluasi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. Jurnal Basuki E. 2008. Komunikasi antar Petugas Kesehatan. Cholifah. 2008. Evaluasi Kebutuhan Tenaga Sub Bidang Rekam Medis Berdasarkan Beban Kerja di Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya. Indonesian Scientific Journal Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit UI. Indar I, Indar, Naiem MF. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Kelengkapan Rekam Medis di RSUD H.Padjonga Dg. NgalleTakalar. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis Poewarni SK & Sopacua E. 2006. Akreditasi sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. 2006:125-133. Pujihastutik A & Sudra RI. 2014. Hubungan Kelengkapan Informasi dengan Keakuratan Kode Diagnosis dan Tindakan pada Dokumen Rekam Medis Rawat Inap. Jurnal Manajemen Rahmadhani IS, Sugiarsi S, Pujihastuti A. 2008. Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap dalam Batas Waktu Pelengkapan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Dipang L. 2013. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Peningkatan Kinerja Karyawan pada PT. Hasjrat Abadi Manado. 1088. Eny Y & Rachmani E. 2010. Hubungan Pengetahuan Dokter dengan Kelengkapan Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan di Poliklinik Neurologi RSUP Dr.Kariadi Semarang Oktober 2008. Giyana F. 2012. Kota Semarang. [Tesis Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro. Rustiyanto E. 2009. dan Informasi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Wahono. 2013. Berpengaruh terhadap Kinerja Petugas Sumarso Wonogiri. [Tesis Ilmiah]. Semarang: Undip Wardono MNS. 2012. Pengaruh Pendidikan dan Motivasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Hatta G. 2011. Tujuan Kegunaan, Pengguna dan Fungsi Rekam Medis Kesehatan. Pedoman 66