PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EFEKTIFITAS PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU MENDUKUNG PEMBANGUNAN KOTA

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kepedulian masyarakat di seluruh dunia terhadap isu-isu

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

Gedung Pascasarjana B Universitas Diponegoro. utama (Tepat Guna

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

SERTIFIKASI GREENSHIP

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

PENGERTIAN GREEN CITY

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP. 1. Fitra Nofra Y.P. Jacaranda obtusifolia 2. Fatizha Zhafira S. Lilium candidum 3. Nurita Arziqni Chrysanthemum morifolium

KOTA HIJAU PROGRAM PENGEMBANGAN (P2KH)

2. Bangunan Hijau dan Kepentingan Masyarakat Indonesia

PANDUAN. AUDIT LINGKUNGAN MANDIRI MUHAMMADIYAH (ALiMM) ENVIRONMENT SELF AUDIT GUIDE MLH PP MUHAMMADIYAH

PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK

KAJIAN PENERAPAN ARSITEKTUR RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TOLOK UKUR GREENSHIP PADA BANGUNAN

BAB III ELABORASI TEMA

Sosialisasi Permen PUPR NO.5/PRT/M/2015 Tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi Berkelanjutan

ANTUSIASME PASAR TERHADAP RUMAH BERKONSEP HIJAU DI CITRALAND SURABAYA

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. Tabel Jumlah Penduduk per Kabupaten di DIY Tahun Kabupaten / Kota Gunung-

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

Sistem Penyelenggaraan Penataan Ruang

SUBDIVISI EKOLOGI LANSKAP

PERFORMANSI GREENSHIP BUILDING PADA RUMAH TURI DI SURAKARTA (PENEKANAN PADA WATER CONCERVATION DAN MATERIAL RESOURCE AND CYCLE)

SURVEI TINGKAT KEPENTINGAN DAN PENERAPAN SUMBER DAN SIKLUS MATERIAL DARI GREENSHIP RATING TOOLS PADA PROYEK KONSTRUKSI

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA DAN SERTIFIKASI BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

Gedung Asrama Kampus II Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Berkonsep Hemat Energi

Imam S. Ernawi. Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU. Gerakan Kota Hijau: Merespon Perubahan Iklim dan Pelestarian Lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

PENYUSUNAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) AHLI PENILAI BANGUNAN HIJAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sekretariat : BAPPEDA KOTA BOGOR, Lantai 3 Jl. Kapten Muslihat No Bogor

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Aplikasi Green Building pada Kantor AMG Tower Surabaya

Tabel 1.1. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun

ANALISIS KRITERIA BANGUNAN HIJAU BERDASARKAN GREENSHIP HOME VERSI 1.0 STUDI KASUS PADA VILA BIU-BIU ( METODE LRFD )

KINERJA PENGEMBANG GEDUNG BERTINGKAT DALAM PENGGUNAAN MATERIAL RAMAH LINGKUNGAN (191K)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 6. Faktor pendukung penerapan green building

BANGUNAN GEDUNG HIJAU

Instrumen Perhitungan Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Konversi Lahan

Evaluasi Konsep Bangunan Hijau Pada Kondominium The Accent di Kawasan Bintaro Tangerang Selatan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

PERENCANAAN TAMAN KOTA SEBAGAI SALAH SATU ATRIBUT KOTA HIJAU DI KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN

Green Building Concepts

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

GEDUNG KULIAH FAKULTAS TEKNIK KAMPUS II UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG BERKONSEP HEMAT ENERGI

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GREEN TRANSPORTATION

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

Pengembangan RS Harum

pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

KAJIAN KELAYAKAN SOSEKLING PENERAPAN BAHAN BANGUNAN UNTUK PERUMAHAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. demi tercapainya kualitas hidup dari manusia itu sendiri.

EVALUASI KONSEP GREEN BUILDING PADA GEDUNG LAYANAN BERSAMA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Mada Asawidya [ ] Yusronia Eka Putri, ST, MT Christiono Utomo, ST, MT, Ph.D

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

ANALISIS PENERAPAN GREENSHIP NEIGHBORHOOD VERSION 1.0 PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

KONSERVASI ENERGI PETA REGULASI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raden Roby Maulidan, 2014 Kesiapan Warga Kampus UPI Menuju ECO-Campus

Transkripsi:

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING) TA 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pekerjaan Umum terus berusaha menyukseskan P2KH (Program Pengembangan Kota Hijau). Setidaknya ada 8 atribut untuk mewujudkan kota hijau ini yaitu perencanaan dan perancangan yang sensitif terhadap agenda hijau (green planing and design); perwujudan kualitas, kuantitas dan jejaring RTH (green openspace); penerapan prinsip 3R yaitu mengurangi sampah/limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah (green waste); pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan misal : transportasi publik, jalur sepeda dsb (green transportation); peningkatan efisiensi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air (green water); pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan (green energy); penerapan bangunan ramah lingkungan - hemat air, energi, struktur dsb- (green building); peningkatan kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atributatribut Kota Hijau (green community). Salah satu atribut yang penting adalah green building atau bangunan ramah lingkungan atau juga disebut bangunan hijau. Kontribusinya yang besar dalam menggunakan seluruh total energi menjadikannya sebagai atribut yang cukup penting. Green Building merupakan salah satu bentuk respon masyarakat dunia akan perubahan iklim. Praktek Bangunan Hijau ini mempromosikan bahwa perbaikan perilaku (dan teknologi) terhadap bangunan tempat aktivitas hidupnya dapat menyumbang banyak untuk mengatasi pemanasan global. Bangunan/gedung adalah penghasil terbesar (lebih dari 30%) emisi global karbon dioksida, salah satu penyebab utama pemanasan global (www.bulletin.penataanruang.net diakses tanggal 6 Februari 2014) Salah satu artikel dalam kompasiana.com menyebutkan bahwa bangunan hijau merupakan salah satu pendekatan konstruksi yang diaplikasikan pada bangunan, seperti bangunan publik, komersil, dan juga perumahan. Ada beberapa hal mendasar yang ada dalam sebuah bangunan hijau, yaitu efisiensi energi, konservasi sumber daya alam, dan kualitas udara yang baik di dalam

ruangan. Efisiensi energi dimaksudkan untuk meminimalisir penggunaan energi dan lebih mengutamakan penggunaan energi yang dapat diperbaharui. Konservasi sumber daya alam menitikberatkan pada penghematan sumber daya alam yang sifatnya terbatas, sehingga dapat menekan dampak negatif bagi lingkungan sekitar. Penciptaan kualitas udara yang baik di dalam ruangan diupayakan sebagai usaha dalam rangka membuat rumah sehat (http://green.kompasiana.com/ diakses tanggal 3 Mei 2013). Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah bagaimanakah menilai atau mengukur bahwa suatu bangunan gedung disebut bangunan hijau? Indikatorindikator teknis telah dikembangkan oleh berbagai elemen atau lembaga yang peduli terhadap keberadaan bangunan gedung hijau ini, salah satunya adalah dengan mengeluarkan sertifikasi bangunan gedung yang ada untuk mengkategorikan apakah bangunan gedung tersebut sesuai dengan standarisasi bangunan gedung hijau atau belum. Untuk mendapatkan pengakuan ataupun sertifikasi bahwa bangunan tersebut merupakan bangunan hijau, maka diterapkan penilaian aspek teknis melalui Sistem Rating (rating tools) yang dipersiapkan dan disusun misalnya untuk Indonesia disusun oleh Green Building Council Indonesia (GBCI) dengan menggunakan sistem rating yakni Greenship. Greenship sebagai sebuah sistem rating terbagi atas enam aspek yang terdiri dari : Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD); Efisiensi Energi & Refrigeran (Energy Efficiency & Refrigerant/EER); Konservasi Air (Water Conservation/WAC); Sumber & Siklus Material (Material Resources & Cycle/MRC); Kualitas Udara & Kenyamanan Udara (Indoor Air Health & Comfort/IHC); dan Manajemen Lingkungan Bangunan (Building & Enviroment Management). Masing-masing aspek terdiri atas beberapa rating yang mengandung kredit yang masing-masing memiliki muatan nilai tertentu dan akan diolah untuk menentukan penilaian (www.gbcindonesia.org diakses 6 Februari 2014). Berdasarkan data yang dirangkum dari Green Building Council Indonesia (GBCI) tahun 2014, bangunan gedung yang telah memiliki Sertifikat Greenship Bangunan Terbangun (Existing Building-EB) diantaranya Menara BCA - PT Grand Indonesia Jakarta, Gedung Sampoerna Strategic Square, PT. Buana Sakti Jakarta, dan German Centre Indonesia. Sedangkan dari kategori Bangunan Baru

(New Building-NB) diantaranya PT Dahana Kantor Manajemen Pusat - Subang Jawa Barat, Kampus Institut Teknologi Sains Bandung (ITSB) Kota Deltamas - Bekasi, Kantor Kementerian Pekerjaan Umum - Jakarta dan Kantor Bank Indonesia - Solo. Namun apakah indikator teknis saja sudah cukup? Konsep bangunan hijau merupakan satu kesatuan proses, dari perencanaan, pembuatan, pengoperasian, pemeliharaan, renovasi, serta peruntuhan. Pada setiap proses harus senantiasa mempertimbangkan tanggungjawab terhadap lingkungan. Lebih jauh, bangunan hijau tidak hanya terbatas pada aspek-aspek yang telah disebutkan di atas. Ada penghuni bangunan yang juga harus diperhatikan aspek kesehatannya. Pada kenyataannya unsur bangunan layak ditempati tidak hanya menyangkut aspek teknis saja. Misalnya bangunan untuk mahasiwa, hunian yang layak bagi mahasiswa dapat menstimulasi sebuah lingkungan belajar yang nyaman, memberikan keamanan, privasi, dan juga dapat meningkatkan rasa kebersamaan antar penghuni (Heryanti, 2013 Hal.3). Pada skala global, terdapat Global Strategy for Shelter to the Year 2000 yang ditetapkan PBB dan paragraf 60 The Habitat Agenda (UNHCS, 1996 dalam Heryanti,2013 Hal.2) yang juga menyebutkan tentang adequate shelter for all. Aspek rumah layak berdasarkan GSS 2000 dan The Habitat Agenda memiliki beberapa persamaan berkaitan dengan akses menuju rumah, kepemilikan, dan fasilitas dalam rumah. Sedangkan pada skala lokal, definisi rumah layak huni dalam Lampiran Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 22/PERMEN/M/2008 adalah rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya. Aspek kelayakan hunian yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan penurunan kualitas bangunan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup yang tidak terpenuhi (Saleh,2010 dalam Heryanti,2013 Hal.2). Dalam penelitian Hartatik (2010 dalam Heryanti,2013 Hal.2) juga disebutkan bahwa mayoritas penghuni yang menyatakan puas terhadap kondisi rumahnya telah meningkat kualitas hidupnya. Hal ini berarti bahwa tingkat kepuasan penghuni dapat dipengaruhi oleh tingkat kelayakan huniannya (Heryanti, 2013). Dari pelbagai rating tools yang ada, belum ada kriteria penilaian kelayakan dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan (sosekling) yang secara spesifik

digunakan untuk menilai kelayakan bangunan hijau. Oleh karenanya, Balai Litbang Sosekling Bidang Permukiman berusaha menemukan aspek non teknis selain aspek teknis yang dikembangkan melalui rating tools khususnya pada aspek sosekling penggunaan bangunan gedung hijau. Pada saat yang bersamaan, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya selaku stakeholder dalam penelitian ini sesuai Renstra Direktorat Jenderal Cipta Karya 2010-2014 akan melakukan penyusunan NSPK bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk didalamnya bangunan gedung hijau, yang tidak hanya melihat aspek teknis saja melainkan melihat aspek sosekling juga. Oleh karenanya, penelitian ini fokus pada kebutuhan untuk menyusun indikator sosekling, guna melihat kelayakan bangunan gedung hijau. Tujuannya yaitu menciptakan keselarasan dari aspek teknis dan non teknis terhadap penggunaan bangunan hijau. B. PERTANYAAN PENELITIAN Apa saja indikator sosekling yang digunakan untuk menilai kelayakan bangunan gedung hijau? C. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penelitian ini adalah untuk merumuskan indikator kelayakan bangunan gedung hijau dari aspek sosekling. Tujuannya adalah tersedianya kriteria penilaian kelayakan bangunan gedung hijau dari aspek sosekling di Indonesia. D. KELUARAN Indikator Keluaran Indikator Keluaran dari penelitian ini adalah berupa 2 (dua) naskah kebijakan yakni rekomendasi bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya dan rekomendasi bagi Green Building Council Indonesia (GBCI) E. LOKASI Lokasi penelitian dipilih dengan menggunakan data dari Green Building Consultant Indonesia (GBCI) dimana bangunan gedung yang telah memiliki

Sertifikat Greenship Bangunan Terbangun (Existing Building-EB) maupun Bangunan Baru (New Building-NB) berlokasi di Jakarta (Prov. DKI Jakarta) dan Subang (Prov. Jawa Barat). F. MANFAAT Dengan adanya kriteria pengukuran kelayakan bangunan gedung hijau dari aspek sosekling, maka : 1. Bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya khususnya Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan : dapat digunakan sebagai masukan penyusunan pengaturan bangunan gedung hijau. 2. Bagi Green Building Council Indonesia : dapat digunakan sebagai masukan pada Rating Tools yang telah digunakan dalam melakukan penilaian Green Building pada aspek sosekling.