BAB I PENDAHULUAN. lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dikenal sebagai satu wadah untuk membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan sarana utama bagi suatu negara untuk meningkatkan sumber daya manusianya dalam mengikuti perkembangan dunia. Oleh karena itu, pendidikan patut memperoleh perhatian utama dalam perbaikan kualitas manusia. Kalau tidak, suatu bangsa akan ketinggalan dengan bangsa lainnya di dunia. Pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global. Pendidikan sebagai investment in people untuk pengembangan individu dan masyarakat, dan disisi lain pendidikan merupakan sumber untuk pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu pendidikan perlu dimantapkan, sehingga dapat difungsikan sebagai penelitian, menemukan dan memupuk bakat, meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan dan mengubah kesempatan kerja dalam pertumbuhan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keterampilan dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk masa yang akan datang. (Yusuf Syamsu, 2012: 42). Sebagaimana dikatakan Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), fikiran (intelek) dan jasmani, dalam pengertian tidak dapat dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupam dan penghidupan anak. Dalam mencapai usaha tersebut, maka pendidikan harus diarahkan kepada 1

keseluruhan aspek moral. Pendidkkan harus diarahkan kepada pemberian pertolongan kepada anak agar pada dirinya terdapat kemampuan untuk bertingkah atas dasar keputusan akal (reson) nya sendiri atau kata hatinya sendiri. (Saifullah,1982:29). Dalam Penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 dikemukakan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Sebagai suatu sub komponen penting dalam sistem pendidikan, menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya bergantung pada status sosial, termasuk di dalamnya pengetahuan dan keterampilan guru, bahwa guru itu merupakan manusia terhormat dalam segala aspek, yang harus menjadi suri tauladan di kelas, baik bagi peserta didik maupun masyarakatnya, baik dari kemampuan berpikir atau ilmu pengetahuan yang dimiliki, sikap maupun tutur kata dan tingkah lakunya. Tutur kata dan tingkah laku tersebut diwujudkan di dalam budi pekerti yang baik bagi setiap orang, 2

karena pendidikan itu tertuju kepada pembentukan nilai, sedangkan pengajaran tertuju kepada pembentukan akal atau intelektual. Artinya, setiap ilmu pengetahuan yang sudah diketahui, dapat diwujudkan melalui budi pekerti yang baik atau moralitas yang baik. Berkenaan dengan hal tersebut maka upaya untuk menegakkan budi pekerti (akhlak) merupakan suatu keharusan mutlak. Sebab akhlak yang mulia akan menjadi pilar utama tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa. Untuk mewujudkan dan sekaligus mendidik akhlak yang baik yang tidak dapat kita lupakan adalah lembaga pendidikan kita, sekolah/ madrasah. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa (social investment), termasuk investasi untuk menancapkan perilaku sosial yang penuh dengan praktek atau etika. Oleh karena itu, lewat sekolah atau madrasah, anak-anak kita dididik sekaligus dibiasakan untuk berperilaku yang baik dan menjunjung tinggi etika sosial di negara tercinta Indonesia. Mengingat pentingnya peranan sekolah dalam proses menciptakan peserta didik yang memiliki budi pekerti luhur, maka perlu adanya suri teladan dari seluruh elemen yang ada di sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, siswa, karyawan sekolah, penjaga sekolah dalam mempraktekan nilai-nilai budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Budi pekerti sebagai pelajaran dimasukkan dalam mata pelajaran Akhlak. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan budi pekerti dalam bingkai pendidikan Islam dirancang berjenjang menurut usia dan kelas para siswa. Inti pendidikan budi pekerti ini bersumber pada keimanan Akhlak serta ibadat. Pada tataran keimanan dan akhlak, pendidikan diarahkan kepada penumbuhan perasaan 3

keimanan dan keagamaan dalam hati anak-anak dengan cara memberikan ceritacerita pendek tentang orang-orang saleh yang taat kepada agama, orang yang berani mempertahankan kebenaran, berbakti kepada ibu-bapak, seia-sekata dengan saudaranya, saling menyayangi antar teman dan sahabat serta berbuat baik untuk umum (masyarakat). Selain itu dalam tataran tindakan, siswa dididik untuk bersantun dalam bercakap-cakap dengan sesama murid, mempunyai kepedulian sosial yang tinggi dan tanggap terhadap pemanfaatan hari-hari besar agama untuk berukuwah. Sedangkan dalam tataran Ibadah, materi diarahkan pada penerapan ajaran dan kewajiban-kewajiban agama dalam tindakan sehari-hari dengan tuntutan guru. Pada jenjang yang lebih tinggi ajaran ibadat dipadukan dengan Al- Qur an. (Yahya Umar, 2000:51). Budi pekerti merupakan bagian dari Heart dengan tujuan mendidik siswa mampu berpikir secara rasional, mendidik anak-anak agar mampu bekerja dengan teratur dan sungguh-sungguh, mendidik anak-anak agar mampu bekerja dengan teratur dan sungguh-sungguh, mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak dan berbudi pekerti yang baik, serta menanamkan rasa persatuan. Pada 1926, K.H. Hasyim Asy ari (1871-1947) mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) yang juga memperhatikan masalah pendidikan. Pendidikan di kalangan NU lebih dikenal dengan pendidikan Ma arif. Tujuan pendidikan Ma arif adalah: (1) menumbuhkan jiwa pemikiran dan gagasan yang dapat membentuk pandangan hidup bagi anak didik sesuai ajaran Ahlussunah waljama ah, (2) menanamkan sikap terbuka, watak mandiri, kemampuan bekerjasama dengan pihak lain untuk lebih baik, keterampilan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) 4

menciptakan sikap hidup yang berorientasi kepada kehidupan duniawi dan ukhrawi sebagai sebuah kesatuan, dan (4) mananamkan penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai ajaran yang dinamis. Dengan demikian budi pekerti ditanamkan berdasarkan ajaran Ahlussunah waljama ah dan nilainilai ajaran agama Islam secara dinamis. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti bagaimana membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari serta kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, norma, ritual, mitos yang dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah disebut budaya sekolah. Budaya sekolah dipegang bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam memahami budi pekerti di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama dalam transmisi kultural antar generasi. (Zamroni, 2003:149). Budaya sekolah/ kultur sekolah berpengaruh terhadap peningkatan prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, sikap dan motivasi guru serta produktivitas dan kepuasan kerja guru. Untuk menciptakan kultur sekolah yang positif dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi terutama dari diri masingmasing warga sekolah. Guru sebagai ujung tombak di lapangan harus mampu memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa. Kebiasaan guru yang datang tepat 5

waktu dan melaksanakan tugas mengajar dengan baik, sikap dan cara berbicara saat berkomunikasi dengan siswa dan unsur sekolah lainnya, disiplin dalam melaksanakan tugas merupakan kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa dijaga dalam kehidupan sekolah. Kebiasaan-kebiasaan positif tersebut terpelihara dan mendarah daging dalam diri seluruh warga sekolah, maka diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, dan dibutuhkan adanya rasa memiliki terhadap sekolah. Rasa memiliki terhadap sekolah itu dapat diwujudkan dengan cara watak siswa diselaraskan dan diarahkan kepada tujuan yang lebih layak bagi dirinya untuk diterapkan dalam hidup sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan ini dihubungkan oleh kemampuan berfikir untuk menafsir dan menerapkan kebiasaan tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa kebiasaan merupakan alat berfikir. Keterlibatan siswa di sekolah juga merupakan kemampuan berfikir dalam menafsir lingkungan yang berubah-ubah akan membentuk perilaku luwes dalam situasi yang lain sehingga adanya rasa saling memiliki terhadap sekolah dan terbentuknya kesadaran yang mampu mengikuti pengalaman baru di lingkungan sekolah tersebut. Pengalaman tentang dunia nyata atau lingkungan hidup sangat berperan sekali dalam menanamkan perilaku budi pekerti karena seorang siswa tidak terpenuhi fungsi hidup sosialnya dengan akibat lebih jauh kurang berkembangnya budi pekerti. Oleh karena itu budaya sekolah merupakan sarana yang sangat berperan penting dalam meningkatkan budi pekerti siswa di lingkungan sekolah atau madrasah dan akan terus menerus berkembang dan tidak dapat dibuat-buat sehingga dapat 6

membantu siswa untuk mencari dan memperoleh unsur budi pekerti serta memotivasi bagi perkembangan dirinya. Budaya sekolah menjadi sarana utama dalam kegiatan proses belajarmengajar di sekolah yang diperlukan pembinaan awal mengenai perilaku budi pekerti agar tidak terjadi pelanggaran yang menjadikan siswa senang melakukan tindakan yang kurang baik, sering bertengkar, kurang disiplin, sikap yang melanggar dan tidak mematuhi norma di sekolah. Maka dari itu pembinaan budi pekerti harus senantiasa ditingkatkan melalui kegiatan dan kebiasaan yang terusmenerus dan berkembang di sekolah. Secara eksplisit pelaksanaan budi budi pekerti sesungguhnya telah dilaksanakan pada saat seorang guru agama ketika mengajar pendidikan agama lewat pokok bahasan, materi akhlak, dan secara tidak langsung pendidikan akhlak diberikan pada muatan materi pokok bahasan lainnya. Namun dalam pelaksanaannya kurang adanya beberapa hal yang perlu mendapat perhatian sehingga hasilnya belum optimal. Hal ini dikarenakan karena pertama, terlalau kognitif, pendekatan yang dilakukan terlalu berorientasi pada pengisian otak, memberi tahu mana yang baik mana yang buruk, yang sepatutnya dilakukan dan yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Kedua, problema yang bersumber dari siswa itu sendiri, yang berdatangan dan latar belakang keluarga yang beraneka ragam, yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya masingmasing dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab tersebut terkesan berada dipundak guru agama saja. Keempat, keterbatasan waktu, 7

ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan bobot materi yang sudah direncanakan. Pembelajaran budi pekerti tidak cukup hanya diberikan pada pelajaran agama saja melainkan dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan juga sangat penting yaitu dalam mengorientasikan pada pemberian topik-topik atau bagianbagian dari apa yang disebut budi pekerti yang menyangkut moral dan perilaku siswa. Sedangkan prakteknya harus diukur dari kehidupan keseharian dan harus dilihat kepribadiannya, serta tingkah laku terutama di lingkungan sekolah. Pada hakikatnya guru PKn mempunyai tugas dan peran yang sangat penting dalam menyiapkan para siswa kelak sebagai warga masyarakat sekaligus sebagai warga negara yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pendidikan budi pekerti mempunyai dasar secara konseptual yang mengandung komitmen utama dalam pencapaian dimensi pengembangan serta peningkatan budi pekerti yang berkepribadian yang baik dan mandiri serta tanggung jawab di dalam sekolah dan masyarakat. Berdasarkan orientasi pada komitmen tersebut, maka peran dan fungsi serta tanggung jawab guru PKn pada setiap jenjang pendidikan sangat diharapkan untuk mau dan mampu menjadikan para siswa sebagai calon warga masyarakat sekaligus sebagai warga negara yang baik serta religius, jujur, disiplin, tanggung jawab, toleran, sadar akan hak dan kewajiban, mencintai kebenaran dan keadilan, peka terhadap lingkungan, mandiri dan percaya diri, sederhana, terbuka dan penuh 8

pengertian terhadap kritik dan saran, patuh dan taat terhadap peraturan, tidak suka berbuat onar, kreatif, inovatif. (Zuriah,2007: 134). Guru Pendidikan Kewarganegaraan berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan budi pekerti bagi murid-murid, baik secara individual atau klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Paling tidak dirinya harus bisa menjadi panutan dalam bersikap, bertutur kata dan bertingkah laku, dan juga menjadi panutan bagi para siswa serta harus bisa menjadi teladan bagi siswa di sekolah. Keteladanan dan kebiasaan ditambah dengan rasionalisasi pada tingkat satuan pendidikan yang lebih tinggi. Maka budi pekerti merupakan upaya pembinaan bagi para siswa agar menjadi orang-orang yang berwatak sekaligus berkepribadian mulia sesuai nilai, norma, moral agama dan kemasyarakatan, serta budaya bangsa dan membentuk watak sekaligus kepribadian diharapkan tercermin lewat sikap dan perilakunya dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, seperti religius, jujur, toleran, disiplin, tanggung jawab, memiliki harga diri dan percaya diri, peka terhadap lingkungan, demokratis, cerdas, kreatif, dan inovatif. (Zuriah,2007 134-135). Berdasarkan fakta yang ada bahwa di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu terdapat masalah yang perlu ditelaah lebih lanjut mengenai budi pekerti yang dijalankan melalui sarana budaya sekolah yang ada di madrasah tersebut diantaranya masih banyak siswa yang masih melanggar tata tertib sekolah, seperti terlambat datang ke sekolah, jarang mengerjakan tugas, bolos sekolah melakukan tindakan yang kurang baik, sering bertengkar, terutama melalui peran guru PKn terhadap perilaku-perilaku para peserta didiknya. Apa yang menyebabkan siswa 9

cenderung melanggar norma dan seperti apa guru PKn menyikapi hal tersebut. Maka tindakan yang harus dilakukan sebagai suatu wujud budaya sekolah untuk meningkatkan budi pekerti yang baik yaitu dengan cara siswa diajarkan bagaimana cara memakai seragam yang baik, budaya salam, cara berbicara terhadap guru dan teman, cara makan dan minum, berdoa atau membaca Al Qur an sebelum / sesudah belajar, doa bersama, melaksanakan sholat wajib berjamaah, peringatan hari besar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Jika kebiasaan tersebut telah dijalankan dengan baik maka akan terwujud budaya sekolah yang tertata dengan baik. Hal ini yang sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku siswa - siswi di madrasah tersebut. Melalui jiwa dan ke kekuatan sekolah yang memungkinkan dapat tumbuh berkembang di lingkungan yang ada sebagai suatu sarana dalam meningkatkan budi pekerti sejak siswa yang terlibat dan mengenal lingkungan serta pergaulan yang ada di madrasah tersebut. Penulis ingin melakukan penelitian di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu tersebut, karena madrasah tersebut memiliki peserta didik yang notabene dengan penerapan nilai-nilai budi pekerti, dan budaya sekolah. Karena di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu mempunyai sejarah islam dan budaya sekolah yang sangat kental, sehingga penanaman nilai-nilai budi pekerti di sekolah ini sangat diperhatikan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Peran Guru PKn dalam meningkatkan Budi Pekerti Siswa melalui Budaya Sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. Hal ini sebagai upaya untuk mencetak generasi yang 10

memiliki budi pekerti yang baik sesuai dengan nilai-nilai dalam agama. Sehingga siswa tidak hanya memiliki kecerdasan dalam hal kognitif saja tetapi juga mereka memiliki kecerdasan afektif yang ditunjukan dalam tingkah laku mereka dalam kehidupan sehari-hari. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan di atas dirinci lebih lanjut dalam beberapa indikator permasalahan, yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana peran guru PKn dalam menanamkan budi pekerti siswa di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu? 2. Bagaimana Peran Guru PKn dalam meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu? 3. Apa faktor yang menjadi pendukung dan kendala dalam meningkatakan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu? 1.3 Pembatasan Masalah Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran dan keefektifan penelitian, maka peneliti membatasi penelitian agar tidak menyimpang dari pokok bahasan. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah: 1. Peran guru PKn dalam menanamkan budi pekerti siswa di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 2. Peran guru PKn dalam meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 3. Faktor pendukung dan kendala dalam meningkatkan Budi Pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 11

1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana peran guru PKn dalam menanamkan budi pekerti siswa di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 2. Untuk mengetahui peran guru PKn dalam meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 3. Untuk mendeskripsikan faktor faktor apa saja yang menjadi pendukung dan kendala dalam meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian referensi di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu dalam upaya meningkatkan budi pekerti siswa dengan bentuk sarana budaya sekolah dan peran guru PKn pada kegiatan proses pembelajaran kelas maupun di luar kelas. Tentunya hal ini juga sangat memberikan konstribusi yang baik dan bermanfaat bagi para siswa dan terutama guru PKn yang mencetak siswa menjadi yang berkompeten pada bidang pendidikan. Hal ini juga sangat bermanfaat bagi semua siswa di MTs Hasyim Asy ari dengan memiliki prinsip yang dihasilkan melalui peningkatkan budi pekerti melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 12

2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya sebagai berikut: a. Bagi Lembaga : 1. Mendukung cita-cita dan visi-misi MTs Hasyim Asy ari Kota Batu dalam keikutsertaannya mewujudkan budi pekerti siswa yang baik serta budaya sekolah yang berkualitas dan unggul. 2. Memberikan suatu konsep penerapan budi pekerti siswa melalui sarana budaya sekolah yang lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswasiswanya. 3. Mendorong terciptanya budaya sekolah yang berkualitas sesuai dengan tujuan MTs Hasyim Asy ari Kota batu. b. Bagi Penulis : Merupakan sarana belajar untuk mengetahui lebih dalam tentang materi penelitian yang telah dipilih, di mana nantinya bisa menjadi bahan untuk melatih dan mengasah watak dan perilaku diri penulis dalam menjalani aktifitas hidup keseharian dan sebagai bahan untuk pembelajaran diri terhadap nilai nilai luhur mengenai budi pekerti dalam berkehidupan sosial. c. Bagi Siswa Sebagai bahan pengetahuan dan pemahaman untuk menumbuhkan sikap budi pekerti terhadap siswa. Sehingga siswa menjadi faktor penentu yang dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. 13

Dengan adanya penelitian ini dapat berkontribusi bagi siswa di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal serta berguna sebagai landasan untuk memberikan masukan dalam upaya pembinaan budi pekerti terhadap para siswa, sehingga siswa senantiasa memiliki perilaku yang baik dalam setiap pergaulannya. d. Bagi Jurusan Civic Hukum/ PPKn Sebagai bahan pengetahuan dan pemahaman bagi mahasiswa agar terbentuknya individu yang memiliki budi pekerti yang luhur, mempunyai pengetahuan dan wawasan, keterampilan, sikap hidup dan pola perilaku yang berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. e. Bagi peneliti selanjutnya Menjadi referensi penelitian berikutnya baik pengetahuan secara teoritis maupun secara praktis tentang Peran Guru PKn dalam meningkatkan Budi Pekerti Siswa melalui Budaya Sekolah di MTs Hasyim Asy ari Kota Batu. 1.6 Penegasan Istilah Penegasan istilah dalam hal ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menginterpretasikan istilah istilah yang terdapat dalam judul skripsi, maka perlu diberikan penegasan istilah sebagai berikut: 1. Guru adalah sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing peserta didik agar bisa menjadi panutan di dalam sekolah. Secara normatif, dalam UU No. 14 Tahun 2005 bab 1 Ketentuan Umum, Pasal I ayat 1 disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama 14

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Mujtahid, 2009:112). 2. Peran guru pendidikan kewarganegaraan yaitu sesuai dengan sifat mata pelajarannya, guru PKn selain bertugas menyampaikan ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak didik, ia pun bertugas untuk menanamkan, membina dan mengembangkan sikap serta perilaku mereka yang sesuai dengan falsafah bangsa yaitu pancasila. (Ruminiati, 2007: 30-35). 3. Budi Pekerti merupakan akumulasi dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang dipraktikkan ke dalam sikap, kata-kata, dan tingkah laku sehari-hari. Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari hasil pemikiran dan rasa yang diwujudkan dalam suatu tindakan atau tingkah laku manusia. Tingkah laku inilah yang memunculkan perbuatan-perbuatan dengan perasaan seketika dan mudah tanpa memerlukan lagi pemikiran dan pertimbangan yang lain. (Retno Widyastuti: 2010: 5). 4. Budaya sekolah merupakan jaringan kompleks dari berbagai interaksi aktor dalam sekolah yang dimanifestasikan dalam tradisi dan ritual yang dibangun di antara guru, murid, orang tua, administrator untuk menghadapi berbagai tantangan dan tujuan. Selain itu, budaya sekolah bisa dimaknai dengan harapan bagaimana seseorang berperilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah ada yang juga mencerminkan tujuan dari sekolah itu sendiri. (Adi Kurnia dan bambang Qomaruzzman: 2012 : 24 ). 15