BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Meskipun kontribusi penerimaan pajak terhadap penerimaan negara sangat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari penerimaan dalam negeri maupun penerimaan luar negeri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penerimaan sektor pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. innovator dan stabilisator pembangunan. Dalam pelaksanaan tugas tugas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. umum (Soemitro dalam Mardiasmo, 2011:1). Untuk itu pemerintah melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak di Indonesia saat ini menganut sistem Self

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemakmuran rakyat, dan memelihara fakir miskin dan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia maupun negara lainnya dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak (Pangestu, Rusmana:2014). Realisasi penerimaan pajak tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. pajak, mengikuti tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga yang relatif lebih rendah,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang paling besar sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB I PENDAHULUAN. dimana semua hasil penerimaan tersebut akan digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan peningkatan pembangunan itu sendiri. Salah satu sumber pendanaan proyek pembangunan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pajak menjadi sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber : Perhitungan Anggaran Negara & Nota RAPBN, diolah

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku di berbagai negara. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan kebijakan tentang perpajakan agar mendapatkan hasil yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Indonesia memiliki

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Telah terjadi kenaikan tax ratio yang cukup besar. 14,8 trilyun, tahun 2000 sebesar Rp.16,9 trilyun.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dari tahun ke tahun kontribusi pajak pada penerimaan negara terus

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1,019 trilyun atau sebesar 79% ( berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah Rp ,00 (Laporan Keuangan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem pemungutan pajak. Sistem pemungutan pajak di Indonesia. membayar, serta melaporkan pajaknya dengan menggunakan Surat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dimana dengan penerimaan pajak ini negara dapat membiayai semua kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap tahun, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya yang selalu meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun merupakan salah satu bukti bahwa pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Kebutuhan dana untuk menjalankan roda pemerintahan dan pelayanan publik serta semakin terbatasnya alternatif sumber-sumber pemasukan keuangan negara menuntut pemerintah meningkatkan penerimaan dari sektor ini. Tidak mengherankan jika saat ini pajak memegang peranan sangat penting dalam struktur penerimaan negara. Peranan pajak dalam mendukung penerimaan negara selama periode lima tahun terakhir dapat dilihat dalam tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak dan Rasio Pajak terhadap Penerimaan Negara Rasio Penerimaan Pajak Penerimaan Pajak Penerimaan Negara Tahun terhadap Penerimaan (miliar rupiah) (miliar rupiah) Negara (%) 2008 658.700,8 979.305,4 67,3 2009 619.922,2 847.096,6 73,2 2010 723.306,7 992.248,5 72,9 2011 878.685,2 1.205.345,8 72,9 2012 980.520,0 1.338.110,0 73,3 Sumber : LKPP 1

2 Dari tabel 1.1 di atas diketahui bahwa dalam periode 2008-2012, penerimaan pajak mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, yaitu dari Rp 658.700,8 miliar di tahun 2008 menjadi Rp 619.922,2 miliar di tahun 2009, Rp 723.306,7 di tahun 2010, Rp 878.685,2 miliar di tahun 2011, dan Rp 980.520 miliar di tahun 2012. Secara rata-rata, dalam kurun lima tahun tersebut, penerimaan pajak meningkat sebesar 10,97%. Dari sisi kontribusi terhadap total penerimaan negara selama periode lima tahun terakhir, penerimaan pajak memberikan kontribusi rata-rata sebesar 71,92%. Dalam rangka mengamankan target penerimaan negara dari dari sektor pajak, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku instansi di Kementerian Keuangan yang diberikan tugas dalam menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak telah melakukan reformasi administrasi perpajakan yang biasa disebut modernisasi administrasi perpajakan. Adapun jiwa dari modernisasi ini adalah pelaksanaan good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini (Renstra DJP 2008-2012). Strategi yang ditempuh adalah pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para Wajib Pajak (WP). Jika program modernisasi ini ditelaah secara mendalam, termasuk perubahan-perubahan yang terjadi dan yang akan dilakukan, maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dalam administrasi perpajakan modern. Sistem administrasi perpajakan pada prinsipnya terdiri dari tiga pilar utama, yaitu pelayanan (tax service), penyuluhan (dissemination) dan penegakan

3 hukum (law enforcement) secara optimal (Hutagaol, 2006). Pelayanan pajak bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan kepastian bagi Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban dan haknya di bidang perpajakan. Penyuluhan pajak bertujuan untuk menyebarluaskan informasi mengenai ketentuan perpajakan, sehingga Wajib Pajak dapat memahami dan mampu untuk memenuhi kewajiban dan haknya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Penegakan hukum bertujuan sebagai pengawasan terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak. Jika ketiga fungsi administrasi ini dapat berjalan dengan baik, maka hasilnya akan meningkatkan tax ratio dan penerimaan pajak. Sistem administrasi perpajakan ini diperlukan untuk mendukung pelaksanaan sistem pemungutan pajak di Indonesia, yaitu sistem self assessment. Dalam sistem tersebut, Wajib Pajak diberikan kepercayaan penuh untuk melaksanakan kewajiban pembayaran pajak dengan cara menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang. Salah satu aspek dalam pilar penegakan hukum adalah pemeriksaan pajak. Sesuai dengan Pasal 29 Undang-Undang (UU) Nomor 6 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pemeriksaan pajak dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap WP adalah dalam rangka melakukan fungsi pengawasan dan pembinaan agar kewenangan yang sudah diberikan oleh undangundang untuk menghitung, membayar, dan melaporkan kewajiban perpajakannya

4 dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan dengan penuh tanggung jawab. Pemeriksaan pajak berkaitan dengan kepatuhan Wajib Pajak. Sesuai dengan SE 07/PJ/2012 tentang rencana dan strategi pemeriksaan tahun 2012, selain terkait dengan penerimaan, pemeriksaan pajak diharapkan dapat menciptakan efek penggentar (deterrent effect), artinya bahwa Wajib Pajak yang diperiksa akan menjadi lebih patuh di masa mendatang setelah dilakukan pemeriksaan. Namun demikian, meskipun fungsi pemeriksaan pajak sangat penting dalam menguji kepatuhan Wajib Pajak dan mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak, ternyata kontribusi penerimaan dari kegiatan pemeriksaan pajak masih tergolong kecil. Hal ini terlihat dalam tabel 1.2 berikut ini. Tahun Tabel 1.2 Rasio Penerimaan dari Pemeriksaan Pajak Penerimaan dari pemeriksaan Pajak (miliar rupiah) Total Penerimaan Pajak (miliar rupiah) Rasio (%) 2008 7.062 658.700,8 1,07% 2009 6.355 619.922,2 1,03% 2010 10.936 723.306,7 1,51% 2011 8.836 878.685,2 1,01% 2012 9.801 980.520,0 0,99% Sumber : LKPP, ALPP DJP, dan Direktorat TIP DJP. Dari tabel 1.2 terlihat bahwa selama periode 2008-2012, penerimaan dari pemeriksaan pajak memang cenderung berfluktuasi sejak tahun 2008, dari sebesar Rp 7.062 miliar di tahun 2008 dan terakhir sebesar Rp 9.801 miliar di tahun 2012.

5 Namun demikian, dilihat dari persentasenya terhadap total penerimaan pajak, kontribusi penerimaan dari pemeriksaan pajak berada dalam kisaran 1% atau ratarata sebesar 1,12% dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Hal ini tentu perlu mendapat perhatian serius dari Direktorat Jenderal Pajak karena kegiatan pemeriksaan pajak merupakan salah pilar utama dalam penegakan hukum di bidang perpajakan. Peluang untuk meningkatkan penerimaan dari kegiatan pemeriksaan perlu dioptimalkan oleh tenaga fungsional pemeriksa pajak di lingkungan DJP sebagai ujung tombak dalam pemeriksaan pajak. Dalam audit secara umum, kualitas audit sulit diukur secara obyektif, sehingga para peneliti sebelumnya menggunakan berbagai dimensi kualitas audit (Suyani, 2009). Menurut Moizer (1986) dalam Sutton (1993), pengukuran kualitas audit membutuhkan kombinasi antara ukuran hasil dan proses. Dalam konteks pemeriksaan pajak, penelitian terdahulu telah menggunakan beberapa ukuran yang berbeda dalam mengukur kualitas pemeriksaan pajak. Wasesa (2006) menggunakan motivasi kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan, sedangkan Andrian (2007) menggunakan timbulnya keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Badan (SKPKB PPh Badan) sebagai proksi kualitas pemeriksaan pajak. Suyani (2009) mengukur kualitas pemeriksaan pajak pada tahap proses pemeriksaan pajak. Darosi (2009) menggunakan proksi laporan pemeriksaan pajak sebagai proksi kualitas pemeriksaan pajak. Dalam konteks pemeriksaan pajak, Suyani (2009) menyatakan bahwa kualitas pemeriksaan pajak adalah probabilitas pemeriksa pajak untuk

6 menemukan dan melaporkan adanya kesesuaian dan ketidaksesuaian pelaporan pajak oleh Wajib Pajak dengan peraturan perpajakan. Dari definisi ini, ada dua aspek yang penting untuk dicermati, yaitu menemukan dan melaporkan kesesuaian dan ketidaksesuaian pelaporan WP. Aspek menemukan terkait dengan kompetensi pemeriksa, dalam arti bahwa untuk dapat menemukan kesesuaian dan ketidaksesuaian pelaporan WP diperlukan kompetensi yang memadai bagi pemeriksa pajak. Aspek melaporkan terkait dengan motivasi pemeriksa dalam mengungkapkan temuan apa adanya tanpa ada niat-niat pribadi tertentu, sehingga hal ini lebih berhubungan dengan etika pemeriksa. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti menilai ada dua faktor yang berkaitan erat dengan kualitas pemeriksaan pajak, yaitu kompetensi dan etika pemeriksa pajak. Kompetensi pemeriksa pajak tercatum dalam standar umum pemeriksaan pajak sesuai Peraturan Dirjen Pajak nomor PER-9/PJ/2010 yang menyebutkan bahwa pemeriksa pajak harus mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan sebagai pemeriksa pajak dan menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama. Etika pemeriksa pajak diatur dalam kode etik pegawai DJP melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 1/PMK.3/2007 dan dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Edaran Dirjen Pajak nomor SE-33/PJ/2007. Selain itu, standar umum pemeriksaan pajak juga mengatur beberapa aspek yang terkait dengan etika pemeriksa. Faktor kompetensi dan etika ini dapat juga dipengaruhi oleh satu faktor lagi, yaitu tekanan waktu. Ini sesuai dengan kenyataan bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, pemeriksa pajak sering dihadapkan pada kondisi tekanan waktu yang

7 berupa batas waktu penyelesaian pemeriksaan dan beban kerja yang berat. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi kompetensi dan etika pemeriksa pajak untuk menghasilkan laporan pemeriksaan pajak yang berkualitas, baik dari sisi proses maupun hasil pemeriksaan. Mengingat pentingnya kualitas pemeriksaan pajak dalam meningkatkan kontribusi terhadap penerimaan negara dan penegakan hukum, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hal ini. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Suyani (2009) dan Darosi (2009). Suyani (2009) meneliti pengaruh kompetensi terhadap kualitas pemeriksaan pajak dengan tekanan waktu sebagai variabel pemoderasi, sedangkan Darosi (2009) meneliti mengenai pengaruh independensi, kompetensi, dan etika terhadap laporan pemeriksaan pajak. Dalam penelitian ini, peneliti mengkombinasikan dua penelitian tersebut dengan mengambil variabel terikat berupa kualitas pemeriksaan pajak dan variabel bebas berupa kompetensi dan etika. Variabel tekanan waktu juga digunakan oleh peneliti sebagai variabel pemoderasi. Penelitian ini juga menggabungkan dimensi kualitas pemeriksaan pajak yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, yaitu dimensi proses yang diteliti oleh Suyani (2009) dan dimensi laporan pemeriksaan pajak (hasil) yang diteliti oleh Darosi (2009). Selain itu, perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini juga terletak pada sampel penelitian, metode penelitian yang digunakan, dan metode analisis data. Penelitian ini mengambil sampel penelitian berupa pemeriksa pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di lingkungan Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jakarta Khusus, sedangkan penelitian sebelumnya

8 mengambil sampel penelitian pada KPP di lingkungan Kanwil DJP Jawa Timur. Mengenai metode penelitian, penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed method), yaitu gabungan penelitian kuantitatif dan kualitatif, sedangkan dua penelitian sebelumnya murni menggunakan metode penelitian kuantitatif. Untuk metode analisis data, peneliti menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alat analisis Smart PLS 2.0 M3, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan regresi berganda dengan alat analisis berupa SPSS dan SEM. 1.2 Rumusan Masalah Kontribusi penerimaan dari pemeriksaan pajak terhadap penerimaan nasional masih kecil. Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai kualitas pemeriksaan pajak yang dihasilkan, baik dari sisi proses maupun hasil. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas pemeriksaan pajak, antara lain kompetensi dan etika pemeriksa pajak. Kedua faktor ini dipengaruhi oleh variabel tekanan waktu yang menunjukkan batas waktu yang harus dipenuhi oleh pemeriksa pajak dalam menyelesaikan penugasan pemeriksaan. Variabel tekanan waktu ini dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh kompetensi dan etika terhadap kualitas pemeriksaan pajak. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian ini adalah : 1. Apakah kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas pemeriksaan pajak? 2. Apakah kompetensi yang dimoderasi oleh tekanan waktu menurunkan kualitas pemeriksaan pajak? 3. Apakah etika berpengaruh positif terhadap kualitas pemeriksaan pajak?

9 4. Apakah etika yang dimoderasi oleh tekanan waktu menurunkan kualitas pemeriksaan pajak? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh positif kompetensi terhadap kualitas pemeriksaan pajak. 2. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh kompetensi yang dimoderasi oleh tekanan waktu dalam menurunkan kualitas pemeriksaan pajak. 3. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh positif etika terhadap kualitas pemeriksaan pajak. 4. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh etika yang dimoderasi oleh tekanan waktu dalam menurunkan kualitas pemeriksaan pajak. 1.5 Motivasi Penelitian Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di bidang ini karena meyakini pentingnya pemeriksaan pajak, baik dalam rangka menguji kepatuhan Wajib Pajak maupun dalam memberikan kontribusi penerimaan yang lebih besar bagi penerimaan pajak secara nasional. Data menunjukkan bahwa kontribusi penerimaan pajak dari kegiatan pemeriksaan masih perlu ditingkatkan. Selain itu, dalam berbagai kasus, hasil pemeriksaan pajak banyak yang dipersengketakan oleh Wajib Pajak melalui keberatan dan banding. Dalam proses sengketa tersebut, ternyata pemeriksa pajak sering kalah dalam proses banding di pengadilan pajak. Peneliti menilai bahwa hal ini terkait dengan kualitas pemeriksaan pajak yang perlu terus ditingkatkan. Oleh karena itu, dengan melakukan penelitian terhadap

10 faktor kompetensi, etika, tekanan waktu yang dihadapi pemeriksa pajak, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam perumusan kebijakan pemeriksaan di Direktorat Jenderal Pajak. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, penelitian diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pengaruh kompetensi, etika, dan tekanan waktu terhadap kualitas pemeriksaan pajak, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan tentang pemeriksaan pajak. 2. Bagi pemeriksa pajak, penelitian diharapkan memberikan bukti empiris mengenai pentingnya faktor kompetensi, etika, dan tekanan waktu terhadap kualitas pemeriksaan pajak yang mereka hasilkan. 3. Bagi Wajib Pajak dan masyarakat, penelitian ini diharapkan memberi manfaat dalam menilai apakah pemeriksa pajak dapat menjaga kualitas pemeriksaan pajak yang dilakukan jika dihubungkan dengan faktor kompetensi dan etika. 4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh faktor kompetensi, etika, dan tekanan waktu terhadap kualitas pemeriksaan pajak. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

11 BAB II : TINJAUAN LITERATUR Bab ini membahas tinjauan literatur, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan pengembangan hipotesis. BAB III : METODA PENELITIAN Bab ini berisi tentang jenis dan metoda penelitian, populasi dan sampel, jenis dan teknik pengumpulan data, variabel penelitian, serta metoda analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas hasil penelitian kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi keduanya. Hasil penelitian kuantitatif meliputi data yang digunakan, pengolahan data dengan alat analisis yang diperlukan, hasil analisis data, dan pembahasannya. Temuan penelitian kualitatif berisi hasil wawancara dari responden yang dipilih. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data yang telah dilakukan, implikasi penelitian, keterbatasan, dan saran-saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya.