BAB IV. Setelah dipaparkan pada bab II tentang fatwa Dewan Syariah Nasional dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun modal sendiri. Jika pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah demi menarik perhatian masyarakat,

BAB IV SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK. A. Analisis Implementasi Screening DES di PT. Betonjaya Manunggal Tbk

$!%#&#$ /0.#'()'*+, *4% :;< 63*?%: #E Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang

BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES


KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

SOSIALISASI. POJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Jakarta, 2017

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

1.2 Latar Belakang Penelitian

PERLUNYA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MENGENAI PASAR MODAL BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

b. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAFTAR EFEK SYARIAH

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB I PENDAHULUAN. hak atau batil. Rasul SAW selalu menganjurkan kepada umatnya agar

PASAR UANG DAN PASAR MODAL SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 55/DSN-MUI/V/2007 Tentang PEMBIAYAAN REKENING KORAN SYARIAH MUSYARAKAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

BAB I PENDAHULUAN. syariah yangdiluncurkan maupun Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama

Dan Janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfa at) sampai ia dewasa penuhilah janji; sesungguhnya janji

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju,

Pedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

-2- a. memperluas cakupan pihak yang wajib menggunakan Daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan; b. memperluas cakupan jenis Ef

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/POJK.04/2015 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. meliputi: kinerja perusahaan, pengumuman penerbitan sukuk, pengumuman

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/POJK.04/2015 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan di Indonesia. Hal ini diperkuat dengan munculnya Undang-Undang

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN 18/POJK.04/2015 TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dow Jones Islamic Market Indexes)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SUKUK

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana

-2- Keuangan Nomor: KEP-181/BL/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Penerbitan Efek Syariah namun khusus mengatur mengenai penerbitan Sukuk sekaligus men

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

Islamic Wealth Management

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur

" Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,...

Konversi Akad Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. terkini di tengah-tengah kehidupan umat Islam di abad modern. Bahkan hampir

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB 5. Prinsip Dasar Bank Syariah. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB V PENUTUP. syariah yaitu Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan Interest Free Banking. 1 Seperti halnya

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

FATWA DSN-MUI NOMOR 40/DSN-MUI/X/2003 TENTANG PASAR MODAL SYARIAH DAN PENERAPAN UMUM DIBIDANG PASAR MODAL

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui uraian teori dan analisis diatas, maka dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupak an subset dari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/2014 TENTANG PENERBITAN SAHAM SYARIAH

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dibutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit. Dana tersebut

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh dari pasar modal oleh para pemodal (investor), baik informasi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BANK MUAMALAT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ini, memudahkan masyarakat untuk berinvestasi ke perusahaanperusahaan. yang sudah go public dengan tujuan mendapatkan return yang

(dari mengambil riba), maka bagiannya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang me

MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN USAHA PERIKANAN DI

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 40/DSN- MUI/X/2003 TERHADAP PENDAPATAN BUNGA DAN PENDAPATAN TIDAK HALAL DALAM KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP- 314/BL/2007 Setelah dipaparkan pada bab II tentang fatwa Dewan Syariah Nasional dan pada bab III tentang keputusan ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan, maka ada hal yang perlu dianalisis lebih lanjut yaitu tentang emiten Emiten atau Perusahaan Publik merupakan pihak yang melakukan penawaran umum di pasar modal / bursa. Penawaran umum yang dimaksud adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh Emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang undang. Tujuannya dalam rangka mendapatkan dana atau modal tambahan dari masyarakat (investor) untuk pengembangan usaha. Emiten berbeda dengan Perusahaan Publik, Emiten melakukan penawaran umum dan sahamnya aktif di bursa (secondary market), sedangkan perusahaan publik tidak dapat dikategorikan sebagai emiten apabila sudah tidak melakukan penawaran umum di bursa. 1 1 Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum), h. 33 61

62 Untuk Emiten atau Perusahaan Publik yang ingin dan diperbolehkan melakukan penawaran umum pada pasar modal syari a, hanyalah Emiten yang sesuai syariah yang mana kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan prinsip prinsip syariah. Tidak semua perusahaan dapat memenuhi kualifikasi sebagai Emiten syariah, sehingga diperlukan fatwa ulama untuk memastikan perusahaan tersebut sesuai prinsip prinsip syariah dan memenuhi kualifikasi emiten syariah, sebagaimana yang dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di pasar modal adalah Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak melakukan kegiatan: 1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional (jual beli resiko). 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. 4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta menyediakan barang barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. 5. Melakukan investasi pada emiten atau perusahaan publik yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya.

63 Baik jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolaan perusahaan emiten tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip prinsip syariah. Maka dari itu Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak melakukan kegiatan tersebut sebagaiman dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasioanl disebut sebagai Emiten Syariah. Dalam Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep- 314/BL/2007 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, penulis atau peneliti menemukan kriteria Emiten yang bisa dianggap syariah (Emiten Syariah) oleh Bapepam dan Lembaga Keuangan yang dijelaskan dalam Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan tersebut, yakni sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut memenuhi kriteria yang dijelaskan pada angka 2 huruf e butir 1) 4) Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-314/BL/2007 ini: 1) Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf a Peraturan Nomor. IX. A. 13 2 : kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip prinsip syariah antara lain: 1) perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang; 2) menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli resiko yang mengandung garar dan atau maysir; 3) memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan, dan atau menyediakan: a) barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (hara>m li-z a>tihi): b) barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (hara>m li-gayrihi) yang ditetapkan DSN MUI; dan atau c) barang dan atau jasa yang 2 Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor : Kep-130/BL/2006 tanggal 23 November 2006 tentang Penerbitan Efek Syariah

64 merusak moral dan bersifat mudarat; dan atau melakukan investasi pada emiten atau perusahaan publik yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN MUI 2) Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang atau jasa 3) Tidak melakukan perdagangan dengan penawaran atau permintaan palsu 4) Tidak melebihi rasio-rasio keuangan sebagai berikut: a. Total utang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10% Melihat kriteria emiten yang sesuai prinsip prinsip syariah yang dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional, dan Keputusan ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan tersebut terdapat ketidak selarasan, yakni pada angka 2 huruf e butir 4) b) keputusan tersebut, tidak melebihi rasio-rasio keuangan: Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%. Pada klausul diatas, terdapat dua hal yang tidak selaras dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional, yakni mengenai:

65 1. Pendapatan bunga Bunga (interest) sendiri berdasarkan Fatwa Majelis Ulama indonesia telah memenuhi kriteria riba> yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW, yakni riba> nasi< ah (tambahan imbalan yang terjadi karena penangguhan dalam pembayaran yang di perjanjikan sebelumnya), dan riba> haram hukumnya. Adapun pengharaman riba tersebut telah dijelasakan dalam al-qur an, antara lain QS. al-baqarah : 275 menegaskan: Orang-orang yang makan (mengambil) riba> tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba>, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba>. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba>), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba>), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Dan h}adi<s nabi yang diriwayatkan oleh Muslim pada kitab S}ahi>h Muslim Juz 1 bab la ana A<kila ar - Riba> wa mu>kilahu :

66 Dari Muhammad bin S{abba>h}, Zubair bin H{arb dan Usma>n bin Abi> Syaybah berkata dari Husyaym dari Abu> Zubayr dari Jabi>r berkata : Rasulullah SAW melaknat orang yang memakan hasil riba, yang memberi makan dengannya, penulisnya, dan dua saksinya. Beliau berkata: Mereka semua sama (dalam hukum) 2. Pendapatan tidak halal Pendapatan tidak halal berarti pendapatan yang berasal dari sesuatu yang tidak halal yakni pendapatan yang berasal dari sesuatu yang telah jelas haram hukumnya, baik itu haram karena zatnya (hara>m li-z a>tihi) dan haram bukan karena zatnya (hara>m li-gayrihi), yang mana pendapatan tidak halal tersebut mengandung unsur d{arar, garar, dan maysir, tiga unsur tersebut haram hukumnya. Sebagaimana dalam h}adi<s\ yang diriwayatkan oleh Muslim pada kitab S}ahi>h Muslim Juz 5 bab akhz u al H{ala<l wa tarku asy Syubha<t: Sesungguhnya yang halal itu jelas, dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya ada perkara-perkara syubhat, Kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga diri dari perkara syubhat tersebut, maka dia telah menjaga agamanya dan kehormatannya,dan barangsiapa yang jatuh dalam perkara syubhat, maka dia jatuh kepada hal yang haram.seperti seorang pengambala yang

67 mengembala disekitar daerah larangan, lambat laun akan masuk kedalamnya. Ketahuilah, setiap raja memiliki daerah larangan, sedangkan daerah larangan Allah adalah apa-apa yang diharamkan-nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal daging, apabila dia baik maka baiklah seluruh jasad, dan apabila dia buruk maka buruklah seluruh jasad. Ketahuilah, dia adalah hati. Sehingga Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai rasio keuangan yakni total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal tidak lebih dari 10% dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) nya, tidak dapat dianggap emiten syariah, dan efek yang diterbitkannya bukanlah efek syariah serta tidak dapat dimuat dalam daftar efek syariah. Maka dari itu kriteria emiten yang dijelaskan dalam Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan tidak selaras dengan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional.