MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM

dokumen-dokumen yang mirip
SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILITAS

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Keperawatan pasca operasi merupakan periode akhir dari keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

SURVEY PELAKSANAAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RSUD PROF. DR. W.Z JOHANNES KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki angka kematian

Indah Julianti 1, Siska Delvia 2 Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja

KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MOBILISASI DINI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DI RUANG NIFAS RSUD DOKTER SOEDARSO PONTIANAK

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PLASENTA PREVIA TOTALIS DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. beberapa kondisi tertentu proses kehamilan harus dilakukan dengan operasi. caesar atau lebih dikenal dengan sectio caesarea.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisiologis tubuh dan mempengaruhi organ tubuh lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jumlah pengendara kendaraan bermotor dan pengguna jalan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

PENGARUH STATIK KONTRAKSI TERHADAP KECEPATAN KEMBALINYA PERISTALTIK USUS PADA PASIEN POST SECTIO CAESAREA (SC)

ROM (Range Of Motion)

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

SATUAN ACARA PENYULUHAN RANGE OF MOTION (ROM)

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST SECTIO CAESARIA AKIBAT PRE EKLAMPSI BERAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Appendisitis merupakan peradangan yang terjadi pada Appendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009). Proses pemulihan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

Senam Hamil. Pengertian Senam Hamil

BAB I PENDAHULUAN. diindonesia merupakan angka tertinggi di bandingkan dengan negara-negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

fisiologis. Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

IKRIMA RAHMASARI J

22/03/2016 MASYKUR KHAIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

INFOKES, VOL.5 NO.2 September2015 ISSN : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU NIFAS DALAM PELAKSANAAN MOBILISASI DINI

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh. D.P.Wiranata 1), E. Pujiati 2), ABTSRAK

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PASIEN PASCA SECTIO CAESARIA DI RUMAH SAKIT TENTARA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. patologis kadang membutuhkan tindakan pembedahan (sectio caesarea).

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan angka kematian ibu (Maternal Mortality Rate) dan angka. kematian bayi (Neonatal Mortality Rate). (Syaiffudin, 2002).

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC). Prawirahardjo (2010) dalam Septi (2012).

Jurnal Bidan Midwife Journal Volume 2, No. 1, Januari 2016 pissn eissn X

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

Transkripsi:

MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM Dr. Suparyanto, M.Kes MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM DEFINISI MOBILISASI Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999) Mobilisasi dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. BENTUK MOBILISASI DINI 1. Berdiri 2. Duduk 3. Berpindah dari satu kelompok lain, seperti : Dari tempat tidur ke kursi, Dari kursi biasa ke kursi berlubang, Dari kursi roda ke kloset duduk, Dari lantai ke kursi atau tempat tidur, Bangkit dari duduk, Berjalan : dengan bantuan (1). Penyangga kaki dari logam, 2). Sepatu khusus, 3). Bidai, 4). Kaki palsu), Menggerakkan tubuh, bahu, tangan dan lengan untuk berbagai macam gerakan, seperti : 1). Menggerakkan dan melepaskan pakaian, 2). Menjaga kebersihan pribadi, 3). Mengerjakan pekerjaan rumah tangga Melakukan gerakan badan Mobilisasi dengan bantuan alat mekanik Kursi roda : di dorong oleh orang lain di jalanan sendiri. (Roper, 2002) BENTUK LAIN MOBILISASI DINI 1. Membantu pasien duduk di tempat tidur Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien : Memenuhi kebutuhan mobilitas

Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas Mempertahankan kenyamanan Bentuknya meliputi : Mengatur posisi pasien di tempat tidur 1. Posisi fowler Posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk Tujuan : 1. Mempertahankan kenyamanan 2. Memfasilitas fungsi pernafasan 2. Posisi SIM Pada posisi ini pasien berbaring miring, baik miring ke kanan atau miring ke kiri. Tujuan : 1. Memberikan kenyamanan 2. Melakukan hukna 3. Memberikan obat per anus (supositorial) 4. Melakukan pemeriksaan daerah anus 3. Posisi trendelenburg Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuan :memperlancar peredaran darahke otak 4. Posisi Dorsal Recumbent Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur. Tujuan : 1. Perawatan daerah genitalia 2. Pemeriksaan genetalia 3. Posisi pada proses persalinan 5. Posisi Litotomi

Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen. Tujuan : 1. Pemeriksaan alat genetalia 2. Proses persalinan 3. Pemasangan alat kontrasepsi 6. Posisi Genu Pektoral (Knee chest) Pada posisi genu pektoral, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Tujuan : pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid 2. Memindahkan pasien dari tempat tidur satu ke kursi roda Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda. Tujuan : 1. melatih otot skelet mencegah kontraktur 2. Mempertahankan kenyamanan pasien 3. mempertahankan kontrol diri pasien 4. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan (diagnosa, fisik) 3. Memindahkan pasien oleh dua atau tiga perawat Pada tindakan ini pemindahan pasien dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat. Pemindahan ini dapat dari tempat tidur atau ke brankart atau dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh melakukan pemindahan sendiri. Hal yang perlu disiapkan sama dengan pemindahan pasien ke tempat tidur ke kursi roda. Tujuan : Memindahkan pasien dari rungan satu ke ruangan yang lain untuk tujuan tertentu (pemeriksaan diagnostik atau pindah ruangan) 4. Membantu pasien berjalan Seperti halnya tindakan lain, membantu pasien berjalan memerlukan persiapan. Perawat mengkaji beberapa toleransi pasien terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri dan keseimbangan pasien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan paien.

Aktivitas ini memungkinkan memerlukan alat seperti kruk dan tongkat. Namun ada prinsipnya, perawat dapat melakukan aktivitas ini meskipun tanpa menggunakan alat. Tujuan : 1. Memulihkan kembali toleransi aktivitas 2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi Tabel Derajat Kekuatan Otot Skala % Kekuatan Normal Keterangan 0 0 Paralisis sempurna 1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau di lihat 2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan 3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi 4 75 Gerakan yang penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal 5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh. (A.Aziz. Alimul Hidayat dan Musrifatul Uliyah, 2004) MANFAAT MOBILISASI DINI 1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium 2. Mempercepat involusi alat kandungan 3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan 4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Manuaba, 1998) Menurut Rambey, 2008 manfaat mobilisasi dini adalah : 1. Melancarkan sirkulasi darah 2. Membantu proses pemulihan 3. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta menjaga pedarahan lebih lanjut Menurut Fizari, 2009 manfaat lain dari mobilisasi dini adalah: 1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat 2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik 3. Kesempatan yang baik untuk mengajari merawat atau memelihara anaknya MACAM MOBILISASI DINI

1. Mobilisasi penuh Yaitu seluruh anggota dapat melakukan mobilisasi secara normal. Mobilisasi penuh mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis. 2. Mobilisasi sebagian Yaitu sebagian dari anggota badan yang dapat melakukan mobilisasi secara normal. Terjadi pada pasien dengan gangguan saraf motorik dan sensorik, terdiri dari : 1. Mobilisasi sebagian dengan temporer, disebabkan oleh trauma yang reversibel 2. Pada sistem muskuloskeletal 3. Mobilisasi sebagian permanen disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang reversibel (hemiplagi karena kecelakaan). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN GERAK 1. Sendi Yaitu pertemuan antara dua atau lebih ujung tulang 2. Tulang Merupakan jaringan hidup yang mempulnyai banyak suplai darah.tulang dapat tumbuh dan memperbaiki dirinya. Fungsi tulang sebagai tuas untuk menggerakkan otot-otot dan menyimpan kalsium dan fosfat, mengeluarkannya bila dibutuhkan. 3. Tendon Merupakan jaringan ikat yang kuat, berwarna putih dan tidak elastis untuk melekatkan otot pada tulang. 4. Ligamen Merupakan pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain untuk menyangga suatu organ. 5. Otot Otot dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Otot skeletal yaitu otot yang ditemukan pada tulang rawan atau kulit. Dikendalikan melalui sistem syaraf pusat, serat-seratnya memperlihatkan garis-garis melintang. 2. Otot polos ditemukan pada dinding visera dan pembuluh darah. Dikendalikan melalui sistem syaraf otonom, serat-seratnya tidak memperlihatkan garis melintang. 3. Otot jantung yang hanya ditemukan di jantung 6. Sistem syaraf Jaringan syaraf dibentuk dari neuron yang sel-selnya terkadang mengalami proses yang sangat panjang dikhususkan untuk penghantar implus syaraf yang menyokong dan memberi makan neuron-neuron. Neuron adalah unit dasar sistem persyarafan. (Cambridge Comunication Limited, 1998) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI 1. Penyakit tertentu dan cidera Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas misalnya penderita multipe aklerosis dan cidera pada urat saraf tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang mengalami nyeri, cenderung membatasi gerakan. 2. Budaya Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas. Misalnya di Jawa berpenampilan halus dan merasa tabu bila mengerjakan aktivitas berat dan pria cenderung melakukan aktivitas lebih berat. 3. Energi Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang membatasi aktivitas tanpa mengetahui penyebabnya. Selain itu tingkat usia juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut sampai usia tua. RESIKO BILA TIDAK MELAKUKAN MOBILISASI Berbagai masalah dapat terjadi bila tidak melakukan mobilisasi dini, misalnya : 1. Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran pernafasan yang akan berakibat klien sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas.

2. Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan oleh sistem syaraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari berbagai dalam waktu yang lama. 3. Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang disebabkan karena pasien pada posisi berbaring tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna. 4. Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia disebabkan oleh adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidak seimbangan nitrogen karena adanya kelemahan otot serta kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi. JENIS GERAKAN SENDI 1. Fleksi Yaitu tindakan menekuk dua ujung sesuatu alat saling mendekati atau keadaan dua ujung sesuatu alat yang tertekuk berekatan. 2. Ekstensi Yaitu gerakan yang membesarkan sudut antara dua ujung tulang yang bersendi. Gerakan yang menjauhkan ujung-ujung alat atau bagian tubuh. Hiperektensi yaitu ekstensi lebih lanjut. 3. Abduksi Yaitu gerakan anggota badan atau mata kesisi menjahui sumbu tengah tubuh 4. Rotasi Yaitu gerakan memutari pusat axis dari tulang 5. Eversi Yaitu tindakan memutarkan telapak kaki kebagian luar 6. Inversi Yaitu putar bagian telapak kaki kebagian dalam membentuk sudut dari persendian 7. Pronasi Yaitu pemutaran lengan bawah ke dalam

8. Supinasi Yaitu gerakan memutar lengan bawah ke luar. (Hincliff, 1999). http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/08/mobilisasi-dini-ibu-post-partum.html Definisi Mobilisasi Dini Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman,1993). Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian.dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis. Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah. Banyak keuntungan bisa diraih dari latihan ditempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah. Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan nyeri di daerah operasi klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun dengan alasan takut jahitan lepas klien tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan. Konsep mobilisasi mula mula berasal dari ambulasi dini yang

merupakan pengembalian secara berangsur angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi (Roper,1996). Rentang Gerak Dalam Mobilisasi Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :1) Rentang gerak pasifrentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien2) Rentang gerak aktifhal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.3) Rentang gerak fungsionalberguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan. Manfaat Mobilisasi Dini Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi ibu post operasi adalah :1) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula. 2) Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya. Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya dengan cepat3) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan. Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi. 1) Peningkatan suhu tubuhkarena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh. 2) Perdarahan yang abnormaldengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka 3) Involusi uterus yang tidak baiktidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus

Tahap-tahap Mobilisasi Dini Menurut Kasdu (2003) mobilisasi dini dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea :1) Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu paska operasi seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki2) Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli3) Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk4) Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan MOBILISASI PASCA SC PENGERTIAN MOBILISASI Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu aktivitas / kegiatanmobilisasi ibu post partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalianan Caesar. TUJUAN MOBILISASI Membantu jalannya penyembuhan penderita / ibu yang sudah melahirkanmobilisasi yang dilakukan meliputi: Hari ke 1 :lakukan miring ke kanan dank e kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita / ibu sadarlatihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar. Hari ke 2 :Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalamdalam lalu menghembuskannya disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah dudukselanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai 5 hari setelah operasi.mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu penyembuhan ibu. [Pemesanan/ Pembelian Kapsul Herbal Alami Binahong Untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Luar dan Dalam. Adapun saran-saran yang peneliti ingin sampaikan mengenai

penelitian ini antara lain : 1. Bagi PasienKepada pasien, setelah 6 jam selesai tindakan operasi anastesi umum dibantu dengan perawat. Pasien mau melakukan tindakan mobilisasi dini dengan mengabaikan rasa malas dan sedikit nyeri juga rumor yang berpendapat bahwa jika banyak bergerak setelah operasi maka jahitan operasi akan lepas. Mobilisasi dilakukan untuk mempercepat terjadinya platus, melancarkan peredaran darah dan menghindari komplikasi lainnya. 2. Bagi Bidan/ perawat Mobilisasi dini pada pasien post operasi anastesi umum sangat perlu dilakukan dimana keuntungan yang didapat pasien dapat lebih cepat mengakhiri puasanya karena peristaltik nya sudah baik dan mencegah komplikasi yang lain. Kepada perawat diharapkan mampu melakukan mobilisasi secara terstruktur setelah 6 jam pasien selesai dioperasi. 3. Bagi Pihak Rumah Sakit Mengingat efek yang ditimbulkan sangat fatal jika tidak dilakukan mobilisasi dini setelah pasien 6 jam selesai di operasi, hal ini perlu menjadi perhatian yang sangat penting bagi pihak Rumag Sakit yaitu diharapkan mobilisasi secara terstruktur dapat menjadi protap yang harus dilakukan setalah 6 jam pasien selesai di operasi dengan anastesi umum. http://bidanlia.blogspot.com/2009/05/pentingnya-mobilisasi-dini.html Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri PERHATIKAN TAHAP MOBILISASI Memang benar, persalinan merupakan proses yang melelahkan. Itulah mengapa ibu disarankan tak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Namun setelah istirahat 8 jam, mobilisasi sangatlah perlu agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu. Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri, lalu menggerakkan kaki. Selanjutnya cobalah untuk duduk di tepi tempat tidur. Kemudian, ibu bisa turun dari ranjang dan berdiri. Khusus bagi ibu yang menjalani sesar dianjurkan untuk turun dari tempat tidur setelah beristirahat selama 24 jam. Setelah itu, ibu bisa

pergi ke kamar mandi. Dengan begitu, sirkulasi darah di tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tak diinginkan pun bisa dihindari. Terkait dengan mobilisasi, ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini: 1. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, terganggunya fungsi otot, dan lain-lain. 2. Yakinlah ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap. 3. Kondisi tubuh akan cepat pulih jika ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak cuma itu. Sistem sirkulasi di dalam tubuh pun bisa berfungsi normal kembali akibat mobilisasi. Bahkan, penelitian menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi. 4. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.

KTI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar terguncang. Jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer program) yang dilaksanakan oleh World Health Organization (WHO), atau program gerakan sayang ibu (safe motherhood program) yang dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha-usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi internasional yang juga bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) seperti International Conference on Population and Development, di Kairo, 1994 dan The World Conference on Women, di Beijing, 1995 (www.rahima.or.id, 2003). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia berjumlah 307/100.000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan negara-negara Asean, AKI Indonesia menempati

posisi mengkhawatirkan. Yang menyebabkan AKI tinggi ada dua faktor penyebab yaitu medis dan akses ke pelayanan kesehatan. Untuk mendukung Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan WHO, Pemerintah melaksanakan strategi utama adalah memberi pertolongan persalinan yang diberikan tenaga kesehatan, kedua mengupayakan komplikasi ibu saat mengandung dan melahirkan dapat ditangani, ketiga mengupayakan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. Mengenai target menurunkan AKI menjadi 125/100.000, agaknya sulit mencapai target tersebut (www.depkes.go.id, 2004). Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), dimana SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim, namun pada kenyataannya masih sering terjadi komplikasi pada ibu post partum seperti; infeksi puerperal, perdarahan, luka pada kandung kencing, embolisme paru-paru, ruptur uteri dan juga dapat terjadi pada bayi seperti kematian perinatal (Mansjoer, et.all, 1999). Menurut Jones (2005) dalam tahun 30 tahun belakangan, peristiwa operasi caesar meningkat dengan pesat. Kebanyak beralasan. Tetapi beberapa juga tidak mempunyai alasan yang tepat, hanya karena pasien menginginkan operasi tersebut, atau dokter menginginkan cara yang mudah. Di Australia dan Inggeris, operasi caesar sekitar 10 sampai 15%. Di

Amerika Serikat, sekitar 16% sampai 20%. Alasan tingginya jumlah kejadian operasi caesar di Amerika Serikat adalah, kebanyakan ahli kebidanan. Dari hasil laporan Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta tercatat bahwa pada tahun 2005 jumlah persalinan dengan operasi caesar meningkat menjadi 24% dengan jumlah 1.757 persalinan dari jumlah semula sebesar 1.389 (22,6%) (healthsolutionlpg_2006). Sedangkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Propinsi Lampung tahun 2006 ditemukan jumlah persalinan dengan caesar sebanyak 612 persalinan, dimana terdapat 14 orang ibu (2,28%) yang mengalami infeksi saat persalinan dengan caesar. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada minggu ke-tiga dan ke-empat bulan Juni 2006 di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) Propinsi Lampung didapatkan data jumlah pasien tahun 2005 dengan jumlah persalinan sebanyak 1093, dimana jumlah persalinan normal sebanyak 156 persalinan (14,27%), komplikasi 515 kasus (47,12%), perdarahan sebelum 63 kasus (5,76%), perdarahan sesudah 41 kasus (3,75%), pre eklampsia 53 kasus (4,85%), eklampsia 26 kasus (2,38%), infeksi 37 kasus (3,39%), lain-lain seperti partus tidak maju berjumlah 307 (28,09%) dan SC sebanyak 412 kasus (38,25%). Kemudian dari data yang didapatkan di Ruang ZZZ pada periode triwulan I tahun 2006 didapatkan data persalinan sebanyak 152 kasus, dimana jumlah

persalinan normal sebanyak 20 kasus (13,16%) dan persalinan SC sebanyak 69 kasus (45,39%). Kemudian diketahui bahwa dari jumlah 69 kasus tersebut, 11 diantaranya (15,94%) melakukan mobilisasi dini dengan alasan untuk mempercepat penyembuhan luka yang dideritanya. Fenomena lain yang tampak pada saat peneliti melakukan pengamatan terhadap 69 orang ibu post partum di Ruang Kebidanan pada tahun 2007 adalah masih banyak ditemui ibu-ibu yang tidak mengetahui tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini setelah melakukan persalinan dengan sectio casesaria atau persalinan dengan komplikasi yaitu berjumlah 32 orang (46,37%), selain itu masih tingginya kepercayaan ibu-ibu hamil terhadap mitos-mitos yang ada di masyarakat seperti; tidak boleh banyak bergerak karena melawan pantangan dan makanan yang dikonsumsi tidak boleh berasal dari ikan-ikan laut sebanyak 49 orang (71,02%). Berdasarkan latar belakang dan fenomena tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui Hubungan Mobilisasi Dini pada ibu Post Sectio Caesaria (SC) dengan Proses Penyembuhan Luka Operasi di Ruang ZZZ Tahun 2007 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1.2.1 Diketahui bahwa pada tahun 2006 terjadi persalinan dengan SC sebanyak 412 kasus (38,25%).

1.2.2 Didapatkan jumlah persalinan dengan SC pada tahun 2007 (Januari Maret) sebanyak 69 kasus (45,39%). 1.2.3 11 dari 69 orang (15,94%) ibu-ibu melakukan mobilisasi dini dengan alasan untuk mempercepat penyembuhan yang dideritanya. 1.2.4 Diketahui bahwa masih terdapat ibu-ibu yang percaya akan mitos-mitos yang tersebar di masyarakat, seperti makan-makanan tidak boleh berasal dari ikan-ikan laut dan tidak boleh banyak bergerak sebanyak karena melawan pantangan 49 orang (71,02%). 1.3 Masalah dan Permasalahan 1.3.1 Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah Masih banyak ditemui ibu-ibu yang post operasi SC yang tidak melakukan mobilisasi dini di Ruang ZZZ tahun 2007. 1.3.2 Permasalahan Permasalahan dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat hubungan antara mobilisasi dini pada ibu dengan proses penyembuhan luka operasi. 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria (SC) dengan proses penyembuhan luka operasi di Ruang ZZZ tahun 2007. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi mobilisasi dini post SC ibu di Ruang ZZZ Tahun 2007. 2. Mengidentifikasi penyembuhan luka operasi pos SC ibu di Ruang ZZZ Tahun 2007.

3. Mengidentifikasi ada tidaknya hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria (SC) dengan proses penyembuhan luka operasi di Ruang ZZZ Tahun 2007. 1.5 Manfaat Penelitian Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, antara lain: 1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan Dapat memberikan masukan bagi institusi pendidikan, sebagai data awal melakukan penelitian selanjutnya. 1.5.2 Bagi Ruang ZZZ Sebagai bahan masukan bagi Ruang ZZZ untuk dapat mengoptimalkan sistem penatalaksanaan dan perawatan pada ibu post partum pasca post operasi SC dalam tindakan mobilisasi dini. 1.5.3 Bagi mahasiswa Dapat mengetahui hubungan mobilisasi dini pada ibu post SC dengan penyembuhan luka operasi dan diharapkan dapat menjadi masukan yang berharga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian is penelitian : Korelasi yek yang akan diteliti : ibu post SC di Ruang ZZZ ek penelitian : Hubungan mobilisasi dini pada ibu post sectio caesaria (SC) dengan proses penyembuhan luka operasi asi penelitian tu : Ruang ZZZ : Juli 2007 (minggu ke-1 dan ke-2)