BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

Gambar Distribusi Pembebanan Pada Perkerasan Kaku dan Perkerasan Lentur

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam perencanaan jalan, perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda perkerasan. Dengan demikian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pekerasan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. Dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan. dalam konfigurasi beban sumbu seperti gambar 3.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perkerasan kaku Beton semen

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

PENGARUH NILAI CBR TANAH DASAR DAN MUTU BETON TERHADAP TEBAL PELAT PERKERASAN KAKU METODE BINA MARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

A. LAPISAN PERKERASAN LENTUR

Perkerasan kaku adalah struktur yang terdin dan pelat (slab) beton semen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON. Disampaikan dalam Pelatihan : Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

SKRIPSI. Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

Kayu mempunyai kuat tarik dan tekan relatif tinggi dan berat yang relatif

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

BAB II DASAR TEORI. Lapisan pondasi bawah (subbase course) Lapisan pondasi atas (base course) Lapisan permukaan / penutup (surface course)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data hasil survei dan analisis yang dilakukan di lengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

PERANCANGAN STRUKTUR KOMPOSIT PERKERASAN DI LENGAN SEBELAH TIMUR PERSIMPANGAN JALAN PALAGAN DAN RING ROAD UTARA YOGYAKARTA

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB II LANDASAN TEORI

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB II STUDI PUSTAKA. sarana perhubungan untuk distribusi barang dan jasa. Sistem jaringan ini diatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

yaitu sekitar 50 ton. Oleh karenanya struktur perkerasan kaku bandara yang di overlay secara langsung, rentan mengalami retak refleksi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Perumusan Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISA BEBAN KENDARAAN TERHADAP DERAJAT KERUSAKAN JALAN DAN UMUR SISA

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

METODE PELAKSANAAN LAPIS PONDASI ATAS (BASE COUSE) PADA RUAS JALAN WAILAN-G. LOKON KOTA TOMOHON

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

Data data perencanaan: 1. Bentang jambatan : 2. Lebar jembatan : 3. Lebar trotoar : 4. Jarak gelegar memanjang : 5. Jenis lantai :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERUSAKAN DAN REHABILITASI JALAN

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB I PENDAHULUAN. semipermanen, dibuat untuk mempermudah aktivitas manusia. Pada dasarnya

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefinisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama, meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan mengandung pengertian jumlah kendaraan yang terdapat dalam ruang yang diukur dalam suatu interval waktu tertentu, sedangkan volume lebih sering terbatas pada suatu jumlah kendaraan yang melewati suatu titik dalam ruang salama satu interval waktu tertentu. 2.2. Beban Lalu Lintas 2.2.1. Konfigurasi sumbu dan roda kendaraan Menurut Sukirman (1999), konstruksi perkerasan jalan menerima beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda-roda kendaraan. Besarnya beban yang dilimpahkan tersebut tergantung dari berat total kendaraan, konfigurasi sumbu, bidang kontak antara roda dan perkerasan, kecepatan kendaraan dan lain sebagainya. Dengan demikian efek dari masing-masing kendaraan terhadap kerusakan yang ditimbulkan tidaklah sama. Oleh karena itu perlu adanya beban standar sehingga beban lainnya dapat di ekivalenkan ke beban tersebut. Beban standar merupakan beban sumbu tunggal beroda ganda seberat 18 kips (8,16 ton). Semua beban kendaraan lain dengan beban sumbu berbeda diekivalenkan ke 6

7 beban sumbu standar dengan menggunakan angka ekivalen beban sumbu. 2.2.2. Muatan sumbu terberat Menurut Iskandar (2008) dimensi, berat kendaraan, dan beban yang dimuat akan menimbulkan gaya tekan pada sumbu kendaraan. Gaya tekan sumbu selanjutnya disalurkan ke permukaan perkerasan dan akan memberikan kontribusi pada perusakan jalan. Suatu kelas jalan tertentu mempunyai batasan maksimum berat sumbu dengan izin operasi di jalan-jalan umum seperti pada Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1. Kategori Kendaraan Dengan Izin Operasi Di Jalan-Jalan Umum No. Muatan Sumbu Kelas Ukuran Kendaraan Terberat Jalan P x L x T (mm) (MST) Izin Operasi 1 Kelas I 18000 x 2500 x 4200 10 ton jalan arteri dan kolektor 2 Kelas II 12000 x 2500 x 4200 8 ton jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan 3 Kelas III 9000 x 2100 x 3500 8 ton jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan 4 Khusus 18000 x 2500 x 4200 > 10 ton Jalan arteri Sumber : UU Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, 2009 2.3 Konstruksi Komposit Menurut Bowles (1980), konstruksi komposit merupakan penggabungan dua atau lebih material yang berbeda ataupun material yang sama namun memiliki mutu yang berbeda. Dalam struktur lentur, elemen komposit yang terkenal adalah gabungan antara baja struktur dan beton. Baja struktur khususnya baja profil adalah material yang memiliki kelebihan yaitu: kekuatan yang tinggi baik kuat tarik maupun tekan, tetapi mempu-nyai kemampuan tekan yang terbatas akibat langsingnya penampang.

8 2.4 Perkerasan Kaku Menurut Aly (2004) perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi (perkerasan) dengan bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan ikatnya. 2.4.1 lapisan perkerasan kaku Menurut Mawarno (2010) bahwa lapisan perkerasan kaku meliputi. 1. Lapisan pelat beton (Concrete Slab) Lapisan pelat beton terbentuk dari campuran semen, air, agregat, dan bahan tambahan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton harus diuji terlebih dahulu dan bersih/bebas dari bahan-bahan yang merugikan (lumpur, minyak, bahan organik, dll). 2. Lapisan fondasi bawah (Subbase Course) Lapisan fondasi bawah dapat berupa lean-mix concrete(campuran beton kurus), bahan berbutir yang berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding), atau bahan pengikat seperti semen, kapur, abu terbang yang dihaluskan. Lapisan fondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi terlebih berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase. Adapun fungsi dari lapis fondasi bawah yaitu: a. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen sebagai lantai kerja (working platform), b. Menaikkan nilai modulus reaksi tanah dasar (modulus of Subgrade reaction = k), menajdi modulus reaksi gabungan (modulus of composite reaction),

9 c. Mengurangi kemungkinan terjadinya retak-retak pada pelat beton, d. Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butiran-butiran halus tanah bersama air pada daerah sambungan, retakan, atau pada bagian pinggir perkerasan, akibat lendutan atau gerakan vertikal pelat beton karena beban lalu lintas, setelah adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat. 3. Tanah dasar (Subgrade) Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan syarat tanah dasar pada perkerasan lentur, baik mengenai daya dukungm kepadatan maupun kerataannya. Daya dukung ditentukan dengan pengujian CBR, apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2% maka harus dipasang fondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5%. 2.4.2 jenis perkerasan kaku Menurut Aly (2004) ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu : a. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan (Jointed plain concrete pavement), b. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed reinforced concrete pavement), c. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly reinforced concrete pavement), d. Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete pavement), e. Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced concrete pavement).

10 Sumber : Aly (2004), Perkerasan Beton Semen Gambar 2.1. Macam Macam Perkerasan Beton Semen Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan perkerasan lentur. Menurut Aly (2004) perkerasan kaku memiliki daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Hal ini terkait dengan sifat pelat beton yang cukup kaku, sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan lapisan di bawahnya. Sumber : Aly (2004), Perkerasan Beton Semen Gambar 2.2. Penyebaran Beban Dari Lapisan Perkerasan Ke Subgrade

11 2.5 Penghubung Geser Menurut Siddiq dan Kurdi (1987), penghubung geser adalah alat sambung mekanik yang berfungsi sebagai penahan gaya geser dan daya angkat yang timbul pada bidang kampuh dari bahan-bahan yang membentuk komponen komposit. Menurut Galambos (1998), dalam penggabungan kedua material beton dan baja untuk memanfaatkan keunggulan sifat material pembentuknya dibutuhkan penghubung yang memiliki sifat adhesion, friction atau bearing dan disebut sebagai penghubung geser atau shear connectors. Menurut Dowling et al., (1992), secara umum, penghubung geser terbuat dari baja yang dilas atau dibaut ke sayap atas baja dan ditanam pada beton.