BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan individu dan faktor

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus berlangsung secara berkelanjutan. Dari sinilah kemudian muncul istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama semakin berkembang dan merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena tanpa pendidikan manusia akan mengalami banyak kesulitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. Kepribadiannya berlandaskan dengan nilai-nilai baik di dalam masyarakat maupun

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Baru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 89

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. dari segi intelektual maupun kemampuan dari segi spiritual. Dari segi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Standar Kompetensi Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1 Hal serupa diungkapkan oleh Mustafa Al-Galayani : Pendidikan adalah penanaman akhlak yang utama pada jiwa anak, dan menyiraminya dengan berbagai petunjuk dan nasehat sehingga menjadilah yang utama itu, sebagai kecenderungan hatinya, yang selanjutnya timbul keutamaan, kebaikan, dan cinta beramal dengan kepentingan tanah air. 2 Fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti dijelaskan dalam UU Sisdiknas No. 20 Th. 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanngnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. 3 1 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2003), Cet.1, hlm.2 2 Asy-Syaik Mustafa Al-Galayani, Izatun Nasyiin, (Bairut : Al -Maktabatul Asyriyyah, 1953), hlm.185 3 Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, op.cit., hlm.5-6 1

2 Peningkatan pendidikan nasional telah mengimplementasikan nilainilai religius sebagai study matter di lembaga formal. Kenyataan ini menuntut peningkatan mutu pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu subyek pendidikan yang berbasis Agama Islam harus dikaji lebih dalam agar tujuan Pendidikan Agama Islam di lembaga formal dapat tercapai. Menurut Sardiman, guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. 4 Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer nilai-nilai sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahkan dan menuntun siswa dalam belajar. Kelengkapan dari jumlah tenaga pengajar, dan kualitas dari guru tersebut akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar, yang berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Untuk itu guru dituntut lebih profesional dalam menjalankan tugasnya. Tugas Keprofesionalan Guru menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 20 (a) Tentang Guru dan Dosen adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil hlm. 125. 4 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2005),

3 pembelajaran. Tugas pokok guru tersebut yang diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar serta tugas-tugas guru dalam kelembagaan marupakan bentuk kinerja guru. Apabila kinerja guru meningkat, maka berpengaruh pada peningkatan kualitas keluaran atau output-nya. Oleh karena itu perlu dukungan dari berbagai pihak sekolah untuk meningkatkan kinerja guru. Kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, iklim sekolah, guru, karyawan maupun anak didik seperti yang dikemukakan oleh Pidarta. 5 Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu : a) Kepemimpinan kepala sekolah, b) Iklim sekolah, c) Harapanharapan, dan d) Kepercayaan personalia sekolah. Dengan demikian nampaklah bahwa efektivitas kepemimpinan kepala sekolah dan iklim sekolah, diantaranya adalah disiplin, akan ikut menentukan baik buruknya kinerja guru. Kualitas kinerja guru tentu akan berimplikasi kepada prestasi belajar yang diperoleh peserta didik. Hal ini dapat dipahami, karena pembelajaran terkait dengan bagaimana ( how to) membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa ( what) yang teraktualisasi dalam kurikulum sebagai kebutuhan (needs) peserta didik. Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi hlm. 176 5 Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004),

4 yang ada, agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik. 6 Dengan demikian, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada anak-anak didiknya, turut menentukan hasil belajar yang dicapai. 7 Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan pada 9 Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis menunjukkan gejala sebagai berikut: 1. Bahwa guru Akidah Akhlak telah berpendidikan Sarjana (S1). 8 2. Guru Akidah Akhlak sudah memperoleh sertifikat profesi. 9 3. Tujuh dari sembilan guru Akidah Akhlak selalu membuat rencana pembelajaran pada saat hendak melakukan pembelajaran di kelas. 10 4. Guru Akidah Akhlak juga menyusun rencana evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan dalam satu semester. 11 Konsekuensi dari hal tersebut, maka sudah semestinya guru menjadi lebih profesional dan melaksanakan kinerjanya sesui dengan apa yang sudah direncanakannya. Namun demikian, guru akidah akhlak di 9 MTs Kecamatan 6 Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), cet. ke-1, hlm. 145 7 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1990), Cet ke 5, hlm. 105 8 Dokumen tentang Guru Akidah Akhlak di masing-masing Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. 9 Ibid 10 Observasi Penulis di Sembilan Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. Pada tanggal 22 29 September 2013. 11 Dokumen evaluasi yang dilakukan Guru Akidah Akhlak di masing-masing Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis.

5 Bengkalis, kinerjanya menjadi kurang bagus. Hal ini terbukti dengan gejalagejala sebagai berikut; 1. Guru Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis, melaksanakan pembelajaran tidak sesuai dengan RPP yang dibuat, 12 2. Guru Akidah Akhlak di Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis, tidak melakukan beberapa evaluasi yang sudah ditetapkan dalam rencana evaluasi pembelajaran dalam satu semester. pada mata pelajaran aqidah akhlak. 13 3. Proses pembelajaranya lebih menekankan metode ceramah, sehingga metode lainnya jarang digunakan. 14 Sehingga, nilai peserta didik belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Berikut ini adalah data awal nilai rata-rata mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis; TABEL 1. DATA AWAL NILAI AKIDAH AKHLAK No Nama madrasah Status Nilai Rata-Rata 1. MTs Negeri Negeri 70 2. Tajhizdiniyah Swasta 60 3. Annahdhatuddiniyah Swasta 64 4. Nurul Jadid Swasta 68 5. YPPI Swasta 62 6. Ar-Rosyidiyah Swasta 69 7. Al-Huda Swasta 64 8. Darul Falah Swasta 60 9. Daarussalam Swasta 67 Sumber: Diolah Tahun 2013. 12 Observasi yang Penulis lakukan di Sembilan Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis dengan membandingkan RPP yang dibuat oleh guru dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan. Pada tanggal 22 29 September 201 13 Diantara evaluasi yang direncanakan adalah porto folio siswa dan beberapa tugas kelompok siswa. Namun tidak dilaksanakan oleh guru. 14 Observasi Penulis di Sembilan Madrasah Tsanawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. Pada tanggal 22 29 September 2013

6 Dari data tersebut menunjukan bahwa hanya MTs Negeri saja yang nilai rata-rata siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran akidah akhlak. Sementara di madrasah lain masih belum. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menganalisis lebih lanjut tentang bagaimana sesungguhnya kinerja guru mata pelajaran akidah akhlak di Madrasah Tsannawiyah Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. B. Penegasan Istilah Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). 15 Oleh karena itu, kinerja adalah sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. 16 Sementara menurut Sulistiyani dan Rosidah, kinerja adalah hasil kerja yang secara berkualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah menyatakan kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. 17 15 A. A. Anwar Prabu Mangku Negara, Managemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000), hlm. 67 16 Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 121. 17 Rosidah dan Sulistiyani, Pemimpin dan Kepemimpinan, (Jakarta: PT. Grafindo Persaada 2003., hlm. 223.

7 Jadi yang dimaksud kinerja guru dalam penelitian ini adalah kemampuan dan usaha guru mata pelajaran akidah akhlak untuk melaksanakan tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran dan pelaksanaan program pembelajaran serta evaluasi program pembelajaran. Adapun maksud dari judul tesis secara keseluruhan yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah kajian tentang kinerja guru mata pelajaran akidah akhlak dan faktor yang mempengaruhinya sehingga berdampak pada prestasi siswa di MTs. Kecamatan Bengkalis yang terdiri dari 8 MTs.. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah a. Kinerja guru akidah akhlak di MTs. Kecamatan Bengkalis Kabupatern Bengkalis masih rendah. b. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akidah akhlak belum maksimal. c. Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru di MTs. Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis. 2. Batasan Masalah Mengingat kompleknya masalah yang akan diteliti serta mengingat waktu, tenaga dan biaya, serta agar penelitian lebih fokus pada objeknya, maka penulis perlu membatasi masalah penelitian pada analisis kinerja guru mata pelajaran akidah akhlak di MTs. Kecamatan Bengkalis Kabupaten Bengkalis dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya.

8 3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah tersebut, maka masalah penelitiannya adalah: a. Bagaiman kinerja guru mata pelajaran akidah akhlak di MTs. Kecamatan Bengkalis? b. Faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja guru mata pelajaran akidah akhlak di MTs. Kecamatan Bengkalis? D. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan penelitian a. Untuk mengetahui kinerja guru mata pelajaran akidah akhlak di MTs. Kecamatan Bengkalis. c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja guru mata pelajaran akidah akhlak di MTs. Kecamatan Bengkalis 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Guru Manfaat penelitian ini bagi guru, mereka akan mendapatkan masukan konstruktif untuk bahan peningkatan kualitas kinerja. Sehingga mereka akan berusaha lebih baik dalam melaksanakan tugasnya. b. Bagi Sekolah Menjadikan rujukan dan dorongan agar terbuka wawasan bagaimana seharusnya menjadi guru yang professional, yang mampu menyelesaikan tugas pokok dan fungsi nya dengan baik.dan menjadi sekolah yang dapat memberikan harapan masyarakat agar akhlak generasi muda yang

9 berakhlak mulia bertambah baik dalam menghadapi perkembangan zaman pada saat ini guna membentengi pergaulan bebas, tawuran antar pelajar. Dan guru dapat memberikan perubahan dalam mengajar dengan metode yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.rajin membuat karya ilmiyah agar pemikiran kita terus berkembang untuk memajukan anak didik yang bermutu untuk masa yang akan datang.melaksanakan tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan mengikuti aturan yang telah ditentukan. c. Bagi Kepala Sekolah Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada Kepala Sekolah dalam memecahkan masalah guru, meningkatkan kompetensi guru, dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga lebih professional dan dapat bekerjasama dengan Madrasah yang ada dalam mengolah dana guna meningkatkan kinerja guru untuk masa yang akan datang.karena menyelesaikan masalah secara bersama akan lebih mudah untuk mencapai tujuan bersama. d. Bagi Peneliti Menjadi pengalaman baru, karena dengan penelitian ini wawasannya akan teruji dan semakin terampil dalam memecahkan masalah dan dapat memberikan saran dan pendapat untuk MTs Kecamatan Bengkalis agar sistem kegiatan yang dilakukan ada perubahan sesuai dengan perkembangan zaman,