BAB I PENDAHULUAN. bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

Lampiran 1 PENGANTAR KUESIONER Kepada Yth: Ibu Pimpinan Bidan Praktik Swasta di Kabupaten Bantul

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum yang layak. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGISIAN PARTOGRAF PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DALAM MEMONITOR PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fatihah Rizqi, Kebidanan DIII UMP, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

ABOUT PARTOGRAPH WITH APPLICATION IN DIII STUDY PROGRAM OF MIDWIFERY AT STIKES A. YANI YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO tahun 2013, terdapat sekitar kasus kematian ibu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB l PENDAHULUAN. Angka Kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Upaya ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian cita-cita bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

BAB I PENDAHULUAN. unsur penentu status kesehatan (Saifuddin, 2013). Keadaan fisiologis bisa

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. status kesehatan ibu pada suatu wilayah, salah satunya yaitu angka

BAB I PENDAULUAN. kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 112 TAHUN 2010 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa ini dengan keluarga. Bidan juga berada dalam posisi yang unik untuk

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PONDOK KESEHATAN DESA DI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu merupakan salah satu indikator pembangunan. kesehatan dasar. Di negara-negara ASEAN, Indonesia menempati posisi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Kesehatan ibu dan anak (KIA) merupakan salah satu upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang digunakan untuk memantau derajat kesehatan sekaligus sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang memperlihatkan perbedaan yang mencolok bila dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan ibu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Kebidanan atau Obstetri ialah bagian Ilmu Kedokteran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehamilan sebagai komplikasi persalinan atau nifas, dengan penyebab terkait atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

BAB 1 PENDAHULUAN. Target global untuk menurunkan angka kematian ibu dalam Millenium. mencapai 359 per kelahiran hidup (SDKI, 2012).

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS PEUREULAK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

NOMOR 900/MENKES/SK/VII/2002 TENTANG

NURLAILA RAMADHAN Tenaga Pengajar Pada StiKes Ubudiyah Banda Aceh

Dinamika Kesehatan Vol. 7 No. 2 Desember 2016 Rahman, et. al.,gambaran Tingkat...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB I PENDAHULUAN. angka kematian ibu secara nasional adalah 359 per kelahiran hidup Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari konsepsi

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

I. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. kematian per kelahiran hidup. (Kemenkes RI 2015,h.104). Pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. kebidanan dalam suatu negara adalah Kematian Maternal. Kematian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Dalam alinea ke IV pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Untuk mencapai tujuan nasional pemerintah Indonesia harus melakukan pembangunan nasional diberbagai sektor, termasuk diantaranya pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan menurut Depkes RI 1 adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Dalam upayanya untuk menjamin derajat kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 yaitu setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, pemerintah telah menetapkan strategi untuk mencapainya, salah satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau. 1 Departemen Kesehatan RI. 2009, Pedoman Penanggulangan Kartu Menuju Sehat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, hlm.1 1

2 Pemerintah berupaya menjamin kepastian hukum bagi setiap tenaga kesehatan dan fasilitas tenaga kesehatan dan juga masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan melalui undang-undang, peraturan pemerintah ataupun peaturan menteri. Tenaga kesehatan sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 adalah tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, dan tenaga keteknisian medis. Bidan merupakan salah satu tenaga keperawaratan yang ikut memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi bidan menurut IBI 2 adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 Tahun 2010 bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. Di Indonesia praktik bidan disebut Bidan Praktik Swasta (BPS). Hal tersebut diatur dalam Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 yang berbunyi bidan yang menjalankan praktik mandiri harus memiliki SIPB (Surat Ijin Praktik Bidan). 2 Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2008, Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga Ikatan Bidan Indonesia, Padang.hlm.8

3 Bidan Praktik Swasta merupakan salah satu profesi kesehatan yang selalu bersinggungan dengan masyarakat khususnya kaum perempuan atau ibu. Hal tersebutlah yang menjadikan bidan sebagai profesi yang strategis. Dengan kestrategisannya, maka diperlukan bidan berkualitas yang memiliki fondasi dan komitmen kukuh, selalu menjunjung tinggi etika, moral, serta nilai-nilai yang berlaku. Menurut Yulifah 3, demi mencapai hal tersebut, sangat penting bagi seorang bidan untuk mempelajari, memahami, dan mengaplikasikan etika, moral, serta nilai-nilai agar tidak menimbulkan konflik dalam menjalankan profesinya. Dalam Pasal 18 ayat (1) butir (h) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 Tahun 2010 disebutkan bahwa dalam menjalankan praktik/kerja, bidan berkewajiban untuk melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis. Pencatatan atau dokumentasi kebidanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari asuhan kebidanan. Dokumentasi kebidanan menjadi sangat penting bagi seorang bidan karena merupakan bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat. Di dalam dokumentasi kebidanan terdapat dokumentasi asuhan kebidanan meliputi formulir informed consent, formulir ANC, formulir partograf, formulir persalinan/nifas dan KB, formulir laporan, formulir surat kelahiran, formulir surat kematian, formulir surat keterangan cuti bersalin, formulir permintaan darah, dan buku KIA. Dokumentasi asuhan kebidanan dapat dijadikan sebagai bukti bilamana terjadi persoalan hukum pada pengadilan. Pemerintah melalui kementerian kesehatan telah mengatur pencatatan dan dokumentasi kebidanan dalam 3 Yulifah Rita, 2009, Konsep Kebidanan, Salemba, Jakarta, hlm. 1

4 Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa dokumen adalah catatan dokter, dokter gigi, dan/atau tenaga kesehatan tertetu, laporan hasil pemeriksaaan penunjang, catatan observasi dan pengobatan harian dan semua rekaman, baik berupa foto radiologi, gambar pencitraan, dan rekaman elektro diagnostik. Tenaga kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien selain dokter dan dokter gigi. Berdasarkan Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 ini, bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memberikan layanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, berkewajiban untuk mematuhinya. Disebutkan dalam Pasal 18 ayat (1) butir (h) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464 Tahun 2010 wujud kepatuhan bidan dalam menjalankan rekam medis adalah dengan melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya secara sistematis. Secara umum Depkes RI 4 memberikan penjelasan bahwa kegunaan suatu berkas rekam medis dapat dilihat dari berbagai aspek, diantaranya adalah : aspek administrasi, aspek medis, aspek hukum, aspek keuangan, aspek penelitian, dan aspek dokumentasi. Berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dan peramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Dari aspek medis, sebuah berkas rekam medis dipergunakan sebagai dasar merencanakan pengobatan atau perawatan yang diberikan kepada pasien. Suatu berkas rekam medis juga mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut 4 Departemen Kesehatan RI. 1994, Pedoman Sistem Pencatatan Rumah Sakit, Departeman Kesehatan RI, Jakarta. hlm.10

5 masalah adanya kepastian hukum atas dasar keadilan, misalnya : 1) sebagai bahan pembuktian sidang peradilan; 2) sarana mengembalikan ingatan para pihak yang berperkara. Pada sebuah proses hukum, tidak adanya rekam medis dapat menyudutkan atau merugikan tenaga kesehatan. Menurut Soekanto dan Herkutanto 5 ketiadaan catatan rekam medis, akan dianggap tidak ada bukti dilakukannya suatu aktivitas pelayanan kesehatan. Lebih lanjut, kewajiban melakukan pencatatan dokumentasi kebidanan bagi bidan disebutkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan, dimana seorang bidan harus mencatat semua temuan dan pemeriksaan dengan tepat dan seksama pada dokumentasi kebidanan yang meliputi kartu ibu dan partograf pada saat asuhan persalinan, dan melengkapi partograf dengan seksama untuk semua ibu yang akan bersalin. Salah satu unsur penting dalam pencatatan asuhan kebidanan adalah pencatatan pada partograf. Partograf merupakan alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana persalinan dan kewajiban untuk menggunakannya secara rutin pada setiap persalinan. Partograf merupakan alat bantu yang sederhana, tetapi mempunyai berbagai kelebihan baik penolong maupun ibu yang ditolong saat persalinan. Partograf dapat digunakan untuk deteksi masalah dan penyulit sesegera mungkin menatalaksana masalah tersebut atau merujuk ibu dalam kondisi optimal. Jadi dengan metode yang baik, 5 Soekanto dan Herkutanto, 1987, Konsep dan Perspektif Praktik Kep Profesional ed2, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, hlm. 147

6 menurut Sumapraja 6 dapat diketahui lebih awal adanya persalinan yang abnormal dan dapat dicegah terjadinya persalinan lama. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa peran seorang bidan dalam melakukan pertolongan persalinan sangat penting mengingat masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 228/100.000 kelahiran hidup berdasarkan Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia pada tahun 2007, dimana angka tersebut tertinggi di ASEAN. Menurut Saifudin 7 penyebab langsung kematian ibu bersalin di Indonesia adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. Sekarang tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Partus lama akan menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak. Efek bahaya bagi ibu adalah dapat terjadi ketuban pecah dini, pembukaan serviks yang abnormal, ruptur uteri, fistula dan sepsis puerpuralis, atonia uteri, kelelahan ibu. Efek bahaya bagi janin adalah dapat terjadi perubahan pada tulang-tulang kranium dan tulang kepala, gawat janin, trauma cerebri, dan kematian janin. Dijelaskan dalam Depkes RI 8 semakin lama persalinan, semakin tinggi morbiditas dan mortalitas janin. Dijelaskan juga dalam Depkes RI 9 bahwa untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk mamantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Penggunaan partograf secara rutin dan tepat untuk mendokumentasikan dan memantau kemajuan 6 Sumapraja, Sudraji. 1993, Partograf WHO, Bagian Obstatri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, hlm.2 7 Saifuddin., 2002,Buku Acuan : Asuhan Persalinan Normal. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hlm.89 8 Departemen Kesehatan RI. 2002, Konsep Asuhan Kebidanan, Jakarta: Tridasi Printer, Jakarta, hlm.77 9 Ibid., hlm.22

7 persalinan serta kesehatan dan kenyamanan ibu dan bayi, penuntun untuk membuat keputusan klinik dan deteksi dini atas masalah dan penyulit. Pada prinsipnya setiap penolong persalinan baik dokter spesialis obstetri ginekologi, bidan, dokter umum, residen, diwajibkan untuk memantau dan mendokumentasikan secara seksama kesehatan dan kenyamanan ibu dan janin dari awal hingga akhir persalinan 10 Penggunaan partograf dalam memantau persalinan ternyata belum seluruhnya dilakukan oleh semua bidan yang membuka praktik. Menurut data dari Sjamsuddin 11, tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 1998 di RSUD Dr. Soetomo Madiun, terdapat 522 kasus persalinan ekstra vacum (22% dari 2363 persalinan keseluruhan), tidak satu pun dilengkapi dengan partograf. Sebagian besar kasus tersebut kiriman BPS Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumargiyati 12 pada tahun 2004 di Wilayah Puskesmas Distrik Prembun Kebumen, diperoleh data bahwa 31 (96,87%) dari 32 bidan tidak membuat partograf dalam melakukan pertolongan persalinan. Menurut Green 13 faktor predisposisi yang mempengaruhi kelengkapan rekam medis adalah tingkat pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh BPS. Sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai 10 Ibid..,hlm.27 11 Sjamsuddin, Sjahrul. 2001, Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks. Cermin Dunia Kedokteran Nomor. 133" di akses melalui http//www.kalbefarma.com/files/cdk/files/cdk_133_obstetri_dan_ginekologi.pdf. diakses tanggal 27 Juli 2010 12 Sumargiati, Titi, 2005, Hubungan Tingkat Pengetahuan Bidan Tentang Partograf Dengan Kepatuhan Bidan dalam Penggunaan Partograf Di Wilayah Puskesmas Distrik Prembun Kebumen STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 48 13 Green, Lawrence W, 1980, Health Education Planning, Mayfiald Publising Co, Calivornia, hlm.27

8 akan terbentuk berdasarkan angka pengetahuan dan pengalaman seseorang. Berdasarkan hal tersebut, tingkat pengetahuan merupakan faktor penting yang perlu diteliti dalam kelengkapan data rekam medis yang dibuat oleh bidan praktik swasta. Menurut Notoatmodjo 14, tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi". Sampai saat ini tingkat pendidikan bidan di Indonesia dibedakan menjadi Diploma 1, Diploma 3, Diploma 4 dan Strata 2 Kebidanan. Perbedaan tingkat pendidikan bidan tersebut tidak diatur kewenangannya, artinya semua bidan dengan latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda mempunyai kewenangan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, tingkat pendidikan penting juga untuk diteliti dalam kelengkapan data rekam medis yang dibuat oleh BPS. Dewasa ini jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Sleman terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Melihat fakta tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh tingkat pengetahuan dan pendidikan Bidan Praktik Swasta dalam membuat rekam medis (termasuk di dalamnya adalah partograf) di Kabupaten Sleman. Selain itu peneliti juga tertarik untuk meneliti kewenangan bidan praktik swasta dalam memaparkan isi rekam medis untuk kepentingannya menghadapi perkara di bidang pelayanan kesehatan yang belum dijelaskan di dalam perundang-undangan. hlm.29 14 Notoatmodjo, Soekidjo, 2002, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta,

9 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah tingkat pengetahuan BPS di Kabupaten Sleman tentang rekam medis? 2. Bagaimanakah kelengkapan dokumentasi kebidanan yang dibuat oleh BPS di Kabupaten Sleman? 3. Adakah hubungan tingkat pengetahuan BPS dengan kelengkapan dokumentasi kebidanan? 4. Adakah hubungan tingkat pendidikan BPS dengan kelengkapan dokumentasi kebidanan? 5. Apakah BPS berwenang memaparkan isi dokumentasi kebidanan untuk kepentingannya dalam menghadapi perkara di bidang pelayanan kesehatan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah penelitian, tujuan penelitian ini adalah untuk diketahui dan mencari jawaban atas permasalahan tentang: 1. Tingkat pengetahuan BPS di Kabupaten Sleman tentang rekam medis; 2. Kelengkapan dokumentasi kebidanan yang dibuat oleh BPS di Kabupaten Sleman; 3. Hubungan tingkat pengetahuan BPS tentang rekam medis dengan kelengkapan dokumentasi kebidanan; 4. Hubungan tingkat pendidikan BPS dengan kelengkapan dokumentasi kebidanan; 5. Kewenangan BPS memaparkan isi rekam medis untuk kepentingannya dalam menghadapi perkara di bidang pelayanan kesehatan.

10 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1. Manfaat praktis a. Bagi BPS: Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan tambahan pengetahuan tentang aspek hukum rekam medis, baik tentang kelengkapan dokumentasi asuhan kebidanan maupun kewenangan BPS untuk memaparkan isi rekam medis dalam menghadapi perkara di bidang pelayanan kesehatan. Dengan demikian diharapkan BPS dapat melakukan pengelolaan data rekam medis secara baik dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Bagi pengurus Ikatan Bidan Indonesia : Dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan pembinaan terhadap BPS terkait dengan kelengkapan data rekam medis pertolongan persalinan. Selain itu dapat digunakan untuk membantu memecahkan persoalan-persoalan hukum di bidang pelayanan kesehatan yang menimpa para anggota Ikatan Bidan Indonesia. 2. Manfaat akademik Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bidang hukum kesehatan khususnya aspek hukum rekam medis.