1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar merupakan sebagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan dalam UU-RI No 2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 2 bahwa pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, dimana kebudayaan dapat dikembangkan/dilestarikan dengan mewariskan pada generasi ke generasi penerus melalui pendidikan. Sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pendidikan SBK diberikan karena merupakan pendidikan yang keberadaannya sangat penting dan berorientasi pada praktik. Dimana merupakan upaya untuk perubahan dan peningkatan dalam proses pembelajaran mencipta sebuah karya. Sehingga peranan dalam memberikan peningkatan hasil dan pembentukan pribadi peserta didik yang kreatif dari menciptakan dan hasil karya. Selain itu, kegiatan anak dalam seni mendorong mereka untuk meningkatkan daya kreativitas yang dimilikinya serta percaya terhadap potensi yang dimilikinya tersebut karena kesempatan untuk berekspresi secara optimal dapat dilakukan melalui seni. Dijelaskan dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa, Pendidikan SBK memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti 1
2 bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran SBK kelas IV SD Negeri Sidomoro pada hari Sabtu 14 November 2015, secara umum sudah baik, akan tetapi masih perlu adanya beberapa perbaikan karena kegiatan pembelajaran masih kurang maksimal, dari 15 siswa masih ada siswa yang ramai atau mengobrol sendiri pada saat pelajaran, kurang mengekplorasi lingkungan sebagai sumber belajar karena kegiatan pembelajaran SBK sering dilakukan di dalam kelas dan pengadaan jumlah media yang digunakan tidak sesuai dengan jumlah siswa. Sedangkan dari hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas IV kegiatan pembelajaran SBK kadang ditiadakan karena bertepatan dengan kegiatan KKG, pembelajaran masih berorientasi hasil daripada proses karena tidak jarang guru menyuruh mereka untuk menyelesaikan tugas karyanya di rumah dan mereka menggunakan kesempatan tersebut dengan meminta bantuan orang lain untuk menyelesaikan tugasnya. Hal tersebut mengakibatkan kreativitas siswa masih rendah terbukti pada hasil karya seni menggambar siswa yang digantung di dinding kelas rata-rata berbentuk gunung, sawah, dan rumah. Padahal kegiatan menggambar membutuhkan imajinasi dan kreativitas siswa, untuk menumbuhkan imajinasi dan kreativitas siswa dengan menyediakan dan membiarkan siswa mengamati lingkungan. Selain itu, pada kegiatan membuat bingkai foto, hasilnya rata-rata berbentuk segi empat dan belum dapat memberikan hiasan atau aksen untuk memperindah dan merupakan ciri yang membedakan hasil karyanya dengan temannya. Untuk lebih jelasnya bukti dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 183. Untuk memaksimalkan hasil belajar dan meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) khususnya seni rupa salah satunya adalah dengan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran yang bermakna merupakan cara memberi bekal kemampuan dasar pada peserta didik
lebih optimal. Dimana pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat toritis saja, tetapi juga pengalaman belajar yang terkait dengan permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya sehingga pembelajaran lebih bermakna. Bagaimana anak usia SD belajar sesuai dengan teori Piaget (Sumantri, 2001:15) menyatakan bahwa, Anak adalah seorang yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka menyesuaikan pikirannya sebgaimana yang terjadi ketika mereka mengeksplorasi lingkungannya dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran logis. Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) yang bermakna dapat dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL). Model Contextual Teaching And Learning (CTL) merupakan model yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Mengenai pengertian model pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL), dalam penelitian Sunarmi (2011) merumuskan model CTL: mampu menghubungkan materi belajar dengan konteks kehidupan sehari-hari. Kemudian Nurhadi (Rusman, 2012:190) menyatakan bahwa: Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Selain itu pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) yang bermakna dapat menghadirkan media pembelajaran untuk mempermudah penyampaian materi dan sebagai subjek pembelajaran. Media konkret merupakan salah satu jenis media yang menggunakan benda nyata dalam pembelajaran paling baik, karena siswa akan memperoleh pengalaman nyata. Menurut Asyhar (2012: 55) menyatakan bahwa, Kelebihan dari media nyata adalah dapat memberikan 3
4 pengalaman nyata kepada siswa sehingga pembelajaran bersifat konkret dan waktu retensi panjang. Dengan demikian, pembelajaran yang mengaitkan pada lingkungan dan menghadirkan media nyata akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna dan labih dekat dengan lingkungan. Sehingga dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) khususnya tentang relief. Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Sunarmi (2011) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk meningkatkan prestasi belajar membatik siswa kelas IV SDN Mojosongo II Semerter I Tahun Ajaran 2010/2011 yang menunjukkan peningkatan hasil belajar yaitu siklus I siswa yang memperoleh nilai 66 sebanyak 41,66% dan siklus II sebanyak 88,88%. Penelitian tersebut menunjukkan penerapan model CTL dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dari uraian tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penelitian dalam peningkatan kreativitas dan hasil belajar siswa yang mempunyai pengaruh penting dalam kehidupan dan perkembangan siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan siswa yakni model CTL dengan media pembelajaran konkret atau benda nyata. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan berkolaborasi dengan guku kelas IV untuk penelitian yang dilaksanakan dengan judul Penerapan Model Contextual Teaching And Learning (CTL) dengan Media Konkret dalam Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar SBK tentang Relief Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sidomoro Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat ditemukan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana langkah-langkah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkret dalam peningkatan kreativitas dan hasil belajar SBK tentang relief pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016?
5 2. Apakah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkret dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar SBK tentang relief pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016? 3. Apa kendala dan solusi yang ada dalam penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkret dalam peningkatan kreativitas dan hasil belajar SBK tentang relief pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkret dalam peningkatan kreativitas dan hasil belajar SBK tentang relief pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016. 2. Untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar SBK tentang relief melalui penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkret pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016. 3. Untuk mendeskripsikan kendala dan solusi penerapan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkret dalam peningkatan kreativitas dan hasil belajar SBK tentang relief pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Sidomoro tahun ajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan di atas maka manfaat yang dapat diambil sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas pendidikan ataupun kualitas pembelajaran, khususnya Seni Budaya dan Keterampilan.
6 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru: 1) Membantu guru dalam menyampaikan materi relief pada siswa yang kreatif. 2) Dapat menambah wawasan guru mengenai pembelajaran menggunakan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media konkret. b. Bagi Siswa: 1) Dapat mempermudah siswa memahami materi relief. 2) Dapat meningkatkan kreativitas siswa pada pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan SBK sehingga berdampak pada meningkatkan hasil belajar siswa. c. Bagi Sekolah: 1) Sebagai bahan informasi perkembangan siswa dalam pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). 2) Membawa perbaikan mutu sekolah melalui peningkatan kreativitas siswa. d. Bagi Peneliti: 1) Untuk menambah wawasan mengenai pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).