BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif yang ditandai

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. memahami materi pelajaran matematika hal ini dilihat dari hasil pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Strategi Think Talk Write

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SDN SIDOMULYO 03 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

Peningkatan Komunikasi Matematis dan Prestasi Belajar Matematika melalui Model Think Talk Write (TTW)

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA MENGGUNAKAN PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VIII

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Mulyasa (2006:164) menyatakan bahwa, Proses

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia demi

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

Rata-rata UN SMP/Sederajat

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam meningkatkan kualitas hidup kreativitas sangatlah penting, karena

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pengertian strategi Think Talk Write

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Sejalan dengan itu Jujun (Prasetya, 2010: 2) mengatakan, dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PERKULIAHAAN ALJABAR DAN TRIGONOMETRI

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW PADA SISWA KELAS VII A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED PADA MATERI PECAHAN

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Asmaul Husna. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNRIKA Batam Korespondensi: ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: Model Think-Talk-Write (TTW) dan Prestasi Belajar

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Penguasaan siswa tentang materi menulis bisa dikatakan sudah cukup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak hanya menekankan pada pemberian rumus-rumus melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan suatu keterampilan dalam berbahasa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

M 2015 PENERAPAN TEKNIK BBM (BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. setiap tindakan yang dilakukan mulai dari siklus I, II dan III pada pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

I. PENDAHULUAN. sebagai upaya menunjukkan eksistensi diri. Salah satu bidang yang menunjang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write, Kemampuan Awal, Kemampuan Pemahaman Konsep.

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran yang ideal merupakan pembelajaran yang mampu medorong

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif. mengeksplorasi dan mengelaborasi keterampilannya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan akan selalu berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses penambahan informasi dalam upaya membelajarkan siswa agar terjadi perubahan perilaku belajar (Hamzah, 2011:87). Pembelajaran dimaksudkan agar siswa mampu mewujudkan aktivitas belajar yang efektif seperti yang dinyatakan oleh Ian James Mitchell (dalam Suyono dan Harianto, 2011:209-210) bahwa siswa difasilitasi untuk meyelesaikan tugas dengan benar, menjelaskan hasil belajarnya, berani bertanya, mampu bekerja sama dalam diskusi kelompok dan siswa mampu berfikir kreatif menemukan gagasan baru serta alternatif dalam pemecahan masalah. Selain itu dalam proses belajar siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mampu mengembangkan kreativitasnya (Ahmadi dan Amri, 2011:79). Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa (Slameto, 2010:97). Tanggung jawab guru yang terpenting ialah merencanakan dan menuntut siswa melakukan kegiatankegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan. Guru harus membimbing siswa agar mereka memperoleh keterampilan sesuai pemikiran kreativitas siswa, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasaan-kebiasaan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi. Oleh karena itu seorang guru harus melakukan banyak hal agar pengajarannya berhasil, seperti membantu siswa menunjukkan jalan keluar dalam pemecahan masalah yang dihadapi siswa, memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Hamalik, 2009:127). Pemilihan metode yang tepat juga menjadi peran penting dalam proses pembelajaran. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Djamarah dan Zain (2010:3) yang mengatakan bahwa dalam 1

mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam metode. Penggabungan metode dimaksudkan untuk menyenangkan belajar siswa. Dengan menyenangkan suasana belajar, siswa tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan siswa untuk mencapai tujuan, tetapi siswalah yang dengan sadar untuk mencapai tujuan belajar. Fakta yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas 7.2 SMP Negeri 5 Malang yang berjumlah 31 siswa dilaksanakan pada tanggal 11 Agustus 2014 bahwa ketika awal pembelajaran siswa terlihat sangat bersemangat memperhatikan materi yang sedang disampaikan oleh guru. Pada saat itu guru menggunaan metode ceramah dalam menyampaikan materinya dengan sesekali melontarkan sebuah pertanyaan. Ketika guru melemparkan sebuah pertanyaan terkait materi yang sedang dijelaskan, terlihat siswa begitu aktif mengacungkan jari untuk berebut menjawab pertanyaan. Namun setelah beberapa saat guru menyampaikan materi dan memberi tugas sebuah soal untuk dikerjakan secara individu sebagai pemanasan, hanya ada 9 hingga 10 siswa dari 31 siswa yang mampu memecahkan masalah dengan jawaban kreatif dan variatif dalam menjawab soal dan yang benar-benar tanggap akan pertanyaan yang dilontarkan oleh guru mereka, sedangkan sisanya ketika ditanya ada beberapa yang kebingungan dalam menjawab pertanyaan. Hal ini dikarenakan siswa-siswa yang tidak mengerjakan soal tersebut menyalahgunakan waktu untuk bermain dengan ponsel mereka atau bergurau dengan temannya ketika diberi waktu sejenak untuk mengerjakan. Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan kondisi di awal pembelajaran. Setelah melakukan wawancara pada tanggal 11 Agustus 2014 dengan salah satu guru pengajar matematika kelas 7.2 SMPN 5 Malang bahwa guru lebih memilih menggunakan metode pengajaran langsung dan tanya jawab serta pemberian tugas karena dengan cara itu siswa dianggap akan lebih efektif dibandingkan dengan metode diskusi dalam proses mengajar. Apabila materi yang disampaikan dirasa mudah dipahami oleh siswa, maka guru akan mengunakan metode diskusi. Ketika metode diskusi diterapkan, tidak semua siswa yang terlibat 2

aktif selama proses diskusi. Hanya 2-3 siswa dari 5 siswa yang aktif dalam satu kelompok yang ikut berpatisispasi menyampaikan gagasan dan berusaha berfikir dalam memecahkan permasalahan soal-soal yang diberikan guru, sedangkan sebagian diantaranya memanfaatkan kesempatan ini untuk bermain dan bergurau dengan temannya. Dengan kata lain jika pengajaran terus menerus hanya menggunakan metode ceramah maka hal ini tidak akan membuat siswa mengembangkan kreativitasnya dalam proses belajar, karena siswa hanya bergantung pada penjelasan guru saja. Melihat kondisi pembelajaran yang diupayakan oleh guru menunjukkan bahwa pada awal kegiatan pembelajaran siswa bersemangat dan antusias menjawab pertanyaan guru mengenai materi yang sedang disampaikan. Penggunaan metode diskusi di kelas ini seperti yang sudah pernah diterapkan, contohnya guru menggunakan metode tutor teman sebaya. Jadi disini guru mencoba membiasakan agar siswanya dalam diskusi tidak bergantung pada guru. Namun kondisi ini tidak sepenuhnya berjalan dengan baik, hal ini dilihat dari siswa dalam proses belajar saat berdiskusi suasananya cenderung gaduh, hanya 3-4 siswa dalam kelompok yang sungguh-sungguh mengerjakan tugas, sedangkan yang lainnya bergurau dengan teman sekelompoknya dan hanya menunggu hasil kerja temannya. Kemudian kendala lain yang dihadapi ketika hasil diskusi dipresentasikan siswa terlihat kesulitan untuk mengkomunikasikan hasil kerjanya sehingga terlihat siswa kurang memiliki tingkat komunikasi matematika yang rendah. Jika guru mampu menerapkan berbagai variasi metode pembelajaran yang dapat membantu merangsang ide kreatif siswa dalam memecahkan masalah dan meningkatkan kreatifitas siswa dengan baik, maka pembelajaran akan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hal-hal yang perlu ditingkatkan pada kondisi di atas, maka dibutuhkan suatu upaya dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Salah satu solusinya yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang kondusif dan membuat setiap siswa dalam aktivitasnya menjadi lebih kreatif dan aktif tanpa harus ada yang diandalkan dan tidak sepenuhnya mengandalkan kelompok saja. Pada hakikatnya kreativitas bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kreativitas, dan 3

mengajarkan tekhnik menemukan gagasan dan memecahkan masalah secara kreatif dan melatih kemampuan kreatif secara umum (Munandar,2009:19). Sehingga setiap siswa secara keseluruhan dioptimalkan mampu berperan aktif dan pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga sangat berperan dalam proses berlangsungnya pembelajaran. Salah satu variasi metode yang dapat digunakan adalah dengan penerapan metode Buzz Group dengan strategi Think-Talk-Write (TTW). Buzz Group merupakan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 3-6 siswa untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah. Dimana dalam satu kelompok tersebut harus menunjuk satu juru bicara dan seorang notulen, dan juru bicara bertugas untuk melaporkan hasil diskusinya nanti ke depan kelas. Tempat duduk diatur sedemikian rupa sehingga tiap individuindividu dapat saling bertatap muka dan dapat memberikan kesempatan kepada individu individu untuk berkomentar memaparkan gagasan dan memperdalam pemikiran pemikirannya atau mempertajam suatu upaya pemecahan masalah (Warsono dan Hariyanto, 2012: 82; Elizabert, 2012: 169). Hasil penelitian tentang metode Buzz Group dalam pembelajaran matematika yang dilakukan oleh Uliya (2013) menunjukkan bahwa pembelajaran Buzz Group dengan menggunakan strategi belajar peta konsep dapat meningkatkan minat belajar siswa dengan ketuntasan secara klasikal diperoleh rata-rata dengan prosentase 85,185%. Meskipun selama penelitian tersebut metode ini dapat meningkatkan minat belajar siswa namun kenyataannya masih saja ada siswa yang tidak bekerja kelompok secara keseluruhan dalam diskusi kelompok. Beberapa siswa tersebut hanya diam tanpa mau menuangkan gagasannya dan hanya mengandalkan teman-temannya yang aktif untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru mereka. Untuk itu, perlu adanya upaya meminimalisir kelemahan tersebut agar tercipta proses belajar yang partisipatif antar individu dalam suatu kelompok diskusi, salah satunya yaitu mengkolaborasikannya dengan strategi Think-Talk-Write (TTW). Think-Talk-Write (TTW) merupakan salah satu strategi yang mana mendorong siswa untuk berfikir, berbicara, kemudian mengembangkannya dalam 4

bentuk tulisan. Strategi ini juga membantu siswa dalam mengumpulkan informasi dan mengembangkan ide-ide gagasan dalam percakapan terstruktur (Miftahul Huda,2013:218). Dalam strategi ini memiliki sintak yang sesui dengan urutannya yaitu tahap think (berfikir), talk (berbicara / berdiskusi), write (menulis). Pada tahap think setiap individu dalam kelompok tersebut memiliki tugas untuk berfikir dalam membuat catatan kecil sesuai informasi yang didapat dari teks bacaan. Kemudian tahap kedua yaitu talk, dimana setiap siswa dalam kelompok tersebut diharuskan untuk berbicara mengeluarkan pendapatnya sesuai informasi yang didapat dari catatannya kemudian mampu menyampaikan pada kelompoknya sesuai kretivitas bahasanya sendiri. Pada tahap akhir yaitu write, siswa menuliskan hasil diskusinya dalam sebuah lembar aktivitas siswa. Menurut Shield dan Swinson (1996) dalam Martinis dan Bansu (2008: 87) bahwa menulis dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari oleh siswa. Hasil penelitian sebelumnya tentang penerapan strategi think-talk-write yang dilakukan oleh Siti Zulaechah (2010) tentang pemahaman konsep matematika, kemampuan berkomunikasi serta aktivitas siswanya dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa pada implementasi pembelajaran berbasis komunikasi dengan strategi think-talk-write(ttw) mengalami peningkatan dari kategori kurang baik menjadi kategori sangat baik,dengan prestasi ai 40,77% menjadi 92,78%, sehingga pembelajaran dengan menggunakan strategi ini dapat terlaksana dengan baik dan efektif. Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan metode Buzz Group dan strategi Think-Talk- Write (TTW) dapat dikembangkan lagi sehingga menjadi variasi baru dalam proses pembelajaran di kelas. Penggabungan metode Buzz Group dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) diharapkan dapat meminimalisir kekurang aktifan setiap individu dalam diskusi kelompok. Dengan penggabungan antara metode dengan strategi dalam proses pembelajaran diharapkan mampu memenuhi tujuan pembelajaran. Hal ini diperkuat oleh Hamzah (2011: 88) yang menyatakan bahwa dalam prinsipnya perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran yaitu tidak 5

ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, kemudian metode atau strategi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran. Ini dapat diartikan bahwasannya mengkolaborasikan metode dengan strategi mengajar, dimana kekurangan metode dapat ditutupi oleh kelebihan metode atau strategi yang lain. Dalam hal ini keseimbangan dalam pembelajan sangat diperlukan penggabungan penggunaan metode mengajar, sebagaimana yang diungkapkan oleh Cropley (dalam Munandar, 2009:230) bahwa jika guru tidak dapat mengatasi kendala dalam mengembangkan kreativitas siswa, maka dapat dikatakan guru cenderung menghambat ketrampilan berfikir kreatif dan menghambat keberanian siswa untuk mengungapkan kreativitas mereka seperti penekanan pada belajar secara mekanis tentang tekhnik pemecahan masalah. Tujuan penggabungan metode Buzz Group dengan strategi Think-Talk- Write (TTW) dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode Buzz Group dengan strategi Think-Talk-Write (TTW), tingkat kreativitas siswa, tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan penjabaran di atas, maka penelitian tentang Penerapan Metode Buzz Group dengan Strategi Think- Talk-Write(TTW) Pada Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Negeri 5 Malang perlu dilakukan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Guru masih kesulitan untuk menciptakan suasana kooperatif di dalam diskusi kelompok. b. Kemampuan komunikasi siswa cukup rendah, baik kemampuan komunikasi secara lisan maupun tulisan. c. Masih ada siswa yang memanfaatkan waktu diskusi untuk bergurau dengan temanya. d. Tingkat keaktifan beberapa siswa yang kurang berpartisipasi dalam mengerjakan tugas diskusi kelompok. 6

e. Peserta didik kurang kreatif dalam memecahkan masalah dalam membuat kalimat/model matematika dalam soal cerita. f. Tingkat kemampuan pemecahan masalah masih terbilang kurang. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana penerapan metode Buzz Group dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 5 Malang? b. Bagaimana tingkat kreativitas belajar siswa pada penerapan metode pembelajaran Buzz Group dengan Strategi Think-Talk-Write (TTW) dalam proses pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 5 Malang? c. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika dengan menggunakan metode pembelajaran Buzz Group dengan Strategi Think-Talk- Write (TTW) kelas VII SMP Negeri 5 Malang? 1.4 Pembatasan Masalah Mengingat penelitian tentang Metode Buzz Group dengan Strategi Think- Talk-Write (TTW) sangat luas cangkupannya, oleh karena itu pemilihan cangkupan yang relevan perlu dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini diberikan batasan pada hal hal sebagai berikut: a. Penelitian hanya dilakukan pada kelas 7.2 SMP Negeri 5 Malang. b. Materi pada penelitian ini dibatasi pada materi himpunan pada sub bab operasi himpunan yaitu mencakup menentukan irisan, gabungan, komplemen dan selisih. Alasan pemilihan materi tersebut adalah dalam materi ini siswa dapat menjawab berbagai permasalahan menggunakan model atau kalimat matematika khususnya dalam soal cerita yang bervariasi sehingga dapat membentuk kreativitas siswa dan pemecahan masalah dalam menjawab soal. c. Komponen kreativitas yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah dalam hal kelancaran (fluency), fleksibel (flexibility), keaslian/keunikan (originality) dan kerincian (elaboration) dalam memecahkan masalah. 7

d. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menurut George Polya dalam menyelesaikan suatu masalah dalam matematika ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yaitu memahami masalah, menyusun rencana, pelaksanaan rencana, dan melakukan pengecekan kembali. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk memecahkan suatu masalah dengan mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dan terarah. Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: a. Penerapan metode Buzz Group dan strategi Think-Talk-Write (TTW) pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 5 Malang. b. Tingkat kreativitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode Buzz Group dan strategi Think-Talk-Write (TTW) pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 5 Malang. c. Tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah menggunakan metode Buzz Group dan strategi Think-Talk-Write (TTW) pada pembelajaran matematika kelas VII SMP Negeri 5 Malang. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini bagi beberapa pihak yang terkait antara lain: a. Siswa Sebagai variasi dalam belajar siswa untuk memperoleh kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan nyata terkait dengan pengalaman langsung sehingga siswa tertarik untuk belajar. 8

b. Guru Dapat menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dikelas selama proses pembelajaran sehingga lebih variatif. c. Peneliti Dapat menerapkan metode dan strategi tersebut secara langsung sehingga akan menjadikan suatu pengalaman baru, sehingga dapat dijadikan bekal untuk menjadi guru. 1.7 Definisi Operasional Untuk mengetahui kejelasan arti dari judul penelitian ini yaitu metode Buzz Group dan strategi Think-Talk-Write (TTW) pada pembelajaran matematika serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan istilah yang digunakan, maka adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Metode Buzz Group adalah metode pembelajaran dengan beranggotakan 4-6 siswa yang bertujuan untuk memberikan kesempatan siswa untuk saling bertukar fikiran dan memperoleh informasi secara singkat dalam suatu kelompok dimana dalam diskusi ini merupakan aktivitas kolaboratif yang yang melibatkan siswa terlibat ke dalam pembelajaran dan belajar secara langsung. b. Strategi Think-Talk-Write (TTW) merupakan salah satu strategi untuk mendorong siswa berfikir(think) dalam memahami suatu konsep matematika, kemudian berbicara(talk) yaitu sebagai kemampuan secara individual untuk berkomunikasi menyampaikan pemahamanya pada konsep matematika dalam bahasanya sendiri, kemudian mencurahkan pada bentuk tulisan(write) sebagai hasil dari diskusi kelompok yang mana tulisan tersebut dapat digunakan sebagai catatan untuk belajar sendiri. c. Tingkat kreativitas merupakan kegiatan mengukur kemampuan siswa selama penerapan metode Buzz Group dengan strategi TTW berlangsung, meliputi kelancaran dan keluesan dalam mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain, keunikan atau orisinil dalam 9

pemecahan masalah yang mengacu pada pengungkapan gagasan yang tidak biasa, serta meneliti kerincian dalam kemampuan untuk memperkaya sebuah model atau kalimat matematika yang sistematis. d. Tingkat pemecahan masalah adalah kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang diberikan yang meliputi memahami masalah, perencana penyelesaian masalah, pelaksanaan rencana atau menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan kembali merupakan 4 tahap penyelesaian dari pemecahan masalah Polya. 10