HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013


PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU MENGIKUTI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULUR RT 03/VI BENDOSARI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

BAB 3 METODE PENELITIAN. epidemiologi yaitu cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

1 Universitas Indonesia

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

Henrika Hetti Gulo 1, Evawany 2, Jumirah 3. Jl. Universitas No.21 Kampus USU Medan, ABSTRACT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA MULYOREJO, KEC.KRATON, KAB.PASURUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

The Correlation between Clean and Healthy Behavior And Health Status with The Nutrional Status Among Toddler Living In Poor Households In Way Kanan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul, Yogyakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

Neneng Siti Lathifah Prodi Kebidanan Universitas Malahayati Bandar Lampung

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI ANAK DI BAWAH 5 TAHUN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS NUSUKAN SURAKARTA

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA Umi Kalsum 1), Andi Lis Arming Gandini 1) 1) Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim, Jl. Wolter Monginsidi Samarinda Email: umi2508@gmail.com Abstract Children morbidity in Indonesia still high because of disease infection influenced by nutrition, sanitation, infectious disease and accidents. In fact, earlier currently infant's nutritional status the malnourished less at in 2013 was 28.17% and 28.04% in 2014. The aim is to review research know relations mother knowledge processing on with food good nutritional status toddler. The research is a quantitative study with descriptive-analytic method, using cross-sectional design. Sampling technique which was used is total sampling that whole toddler that brought into Integrated Health Pos is 88 totalled. Results obtained nothing between relations mother knowledge processing on with food good nutritional status. Keywords: food processing, nutritional status. Abstrak Angka kesakitan anak di Indonesia masih tinggi akibat penyakit infeksi yang dipengaruhi faktor gizi, sanitasi, penyakit menular, dan kecelakaan. Faktanya saat ini status nutrisi bayi yang menderita gizi kurang pada tahun 2013 berada di 28,17 % dan 28,04 % di tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan yang baik dengan status gizi balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik, menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling yaitu seluruh balita yang dibawa ibu ke Posyandu berjumlah 88 anak balita. Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan yang baik dengan status gizi balita. Kata kunci : Pengolahan makanan, status gizi. 47

PENDAHULUAN Kondisi kesehatan anak di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka kesakitan akibat penyakit infeksi dan angka kematian disebabkan penyakit yang bisa dicegah. Penyebab kesakitan dan kematian pada usia balita lebih menggambarkan faktor kualitas lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita, yaitu : faktor gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan bagi kesehatan anak terutama balita adalah pemberian makanan (asupan nutrisi) yang cukup sesuai dengan kebutuhan gizi untuk balita, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehat dan kuat (Nurrohman, 2001). Balita adalah usia sedang bertumbuh dan berkembang yang sangat pesat, terutama otak. Balita adalah merupakan periode emas The Golden Age sehingga kualitas anak dapat dioptimalkan di usia ini dengan asupan nutrisi yang baik, stimulasi, imunisasi, perawatan dan pelayanan kesehatan serta pemantauan tumbuh kembang. Faktanya saat ini status nutrisi bayi yang menderita gizi kurang pada tahun 2013 berada di 28,17 % dan 28,04 % di tahun 2014 (PNBAI, 2015). Hasil Riskesdas tahun 2013, secara nasional diperkirakan prevalensi balita dengan gizi buruk dan kurang gizi sebesar 19,6% atau 4,6 juta balita. Terjadi peningkatan dibanding hasil Riskesdas tahun 2007 hanya 18,4%. Kejadian gizi buruk pada bayi laki-laki lebih tinggi yaitu 29,99% dibanding bayi perempuan 26,1% tahun 2014 (Budiyanto, 2014). Prevalensi gizi buruk di provinsi Kalimantan Timur 19,4% pada tahun 2010. Kondisi ini hampir mencapai standar nasional yaitu 20%. Diantara 13 kota/kabupaten di Kalimantan Timur yang belum mencapai target nasional yaitu Kabupaten Bulungan, Kabupaten Nunukan dan Kabupaten Kutai Barat. (Profil Dinkes Prov.Kaltim, 2010). Kalimatan Timur termasuk peringkat 26 provinsi gizi buruk dalam kasus nasional. Sejumlah 7 ribu dari total 1,6 juta balita di Kalimantan Timur mengalami gizi buruk (Pardede, 2014). Kekurangan gizi pada usia balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat penghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Balita hidup yang 48

menderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10% (Anonim, 2007). Status gizi merupakan salah satu indikator yang menggambarkan kesejahteraan masyarakat (Supariasa, 2002). Penilaian status gizi pada balita penting dilakukan untuk mengetahui status gizi, termasuk kategori baik, kurang atau gizi buruk. Kekurangan gizi di usia emas ini bersifat irreversible atau tidak dapat pulih (Khomsan, 2008 dalam Martha, 2010). Salah satu penyebab kekurangan gizi di Indonesia pada umumnya disebabkan karena pengolahan makanan yang salah sehingga zat gizi dalam bahan pangan banyak yang hilang dan akhirnya dapat berpengaruh pada status gizi (Djatmiko, 2001). Pengolahan makanan yang baik dalam keluarga dengan syarat-syarat, yaitu : memenuhi zat gizi, bahan pangan yang disajikan mudah didapat dan murah, mengandung gizi yang cukup dalam jumlah dan mutu, disajikan bervariasi untuk menghindari kebosanan, memasak bahan pangan yang benar, mudah memasaknya dan cara menyajikannya cukup menarik untuk menimbulkan selera makan terutama balita. Peranan pengetahuan ibu tentang manfaat zat gizi dalam daur kehidupan terutama usia balita sangatlah penting dalam memberikan persiapan kehidupan anak, dimulai dari memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual sejak dalam kandungan hingga anak memasuki kemandirian di usia dewasa. Asupan nutrisi usia balita sangat tergantung bagaimana ibu mempersiapkan menu, bahan makanan yang bergizi dan berkualitas, pengolahan makanan hingga sampai dikonsumsi anak balita Tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu tentang pengolahan makanan yang baik dengan status gizi balita di Desa Anggana Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Meriam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kertanegara Tahun 2015. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif analitik, dengan rancangan penelitian ini Cross Sectional. Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah balita yang ada di Kelurahan Anggana yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Meriam Kecamatan Anggana Kab. Kutai Kartanegara yang 49

berjumlah 88 orang selama bulan Oktober-Desember 2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Analisa univariat dilakukan untuk mendeskripsikan dan menginformasikan suatu variable yang diteliti tanpa dikaitkan dengan variable lain yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik dan narasi sedangkan Analisa Bivariat menggunakan uji Chi Square. untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Karateristik Responden Tingkat Pendidikan Ibu A. Tidak Sekolah B. SD C. SMP D. SMA E. Diploma F. Perguruan Tinggi Jenis Pekerjaan Ibu A. Ibu Rumah Tangga B. PNS/ TNI/ Polwan C. Karyawan Toko/ Pegawai Swasta Suku Bangsa A. Banjar B. Kutai C. Jawa D. Bugis/ Makassar E. Lain-lain (F) 1 15 27 40 1 4 82 3 3 23 2 30 20 13 Prosentase (%) 1,1 17 30,7 45,5 1,1 4,5 93,2 3,4 3,4 26,1 2,3 34,1 22,7 14,8 Agama A. Islam B. Katolik C. Protestan Jumlah Anak A. 1 orang B. 2 orang C. 3 orang D. 4 orang E. Lebih dari 4 orang Jumlah Anggota Keluarga dalam Rumah A. 3 orang B. 4 orang C. 5 orang D. 6 orang E. Lebih dari 6 orang Penghasilan Keluarga Sebulan A. Kurang dari 1 juta B. 1 2 juta C. 2 3 juta D. Lebih dari 3 juta (F) 84 2 2 32 29 19 6 2 14 24 19 15 16 14 30 21 23 Prosentase (%) 95,5 2,3 2,3 36,4 33 21,6 6,8 2,3 15,9 27,3 21,6 17 18,2 15,9 34,1 23,9 26,1 Total N=88 N=100 Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa hampir sebagian (45,5%) ibu yang berpendidikan setingkat SMA. Hampir seluruhnya (93,2%) ibu merupakan ibu rumah tangga. Sebagian besar bersuku Jawa dan hampir seluruh ibu beragama Islam (95,5%). Berdasarkan jumlah anak yang dimiliki hampir sebagian ibu memiliki 1 orang anak yaitu sebesar 36,4%, dengan jumlah anggota keluarga dalam rumah yang melebihi 6 orang sebesar 18,2%. Jumlah penghasilan keluarga dalam sebulan didapatkan hanya sebagian kecil (15,9%) keluarga yang memiliki 50

penghasilan sebesar 1 juta perbulan, sedangkan selebihnya penghasilan keluarga di atas 1 juta perbulan. Tabel 2 Informasi tentang Pengolahan Makanan Informasi Prosentase Pengolahan Makanan (F) (%) Pernah Tidak Pernah 68 20 77,3 22,7 Total 88 100 Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 68 responden (77,3%) pernah mendapatkan informasi tentang pengolahan makanan. Tabel 3 Pernah Merawat Anak Kurang Gizi Merawat Anak Prosentase Kurang Gizi (F) (%) Pernah Tidak Pernah 3 85 3,4 96,6 Total 88 100 Berdasarkan tabel di atas didapatkan bahwa dari 88 responden terdapat 85 ibu atau hampir seluruh ibu (96,6%) tidak pernah merawat anak dengan masalah kurang gizi. Tabel 4 Adanya Pantangan Makanan dalam Keluarga Pantangan Makanan Prosentase dalam Keluarga (F) (%) Tidak Ada Ada 72 16 81,8 18,2 Total 88 100 Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa dari 88 responden, terdapat 72 ibu atau sebagian besar (81,8%) tidak ada pantangan makanan dalam keluarga. Tabel 5 Karakteristik Anak (Balita) Kelompok Umur A. Kurang dari 1 tahun B. 1 3 tahun C. 4 5 tahun Jenis Kelamin A. Laki-laki B. Perempuan Pernah Sakit 6 bulan terakhir A. Tidak Pernah B. Pernah (F) 27 38 23 46 42 Prosentase (%) 30,7 43,2 26,1 52,3 47,7 35 53 39,8 60,2 Total N=88 N=100 Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa dari 88 responden, hampir sebagian (43,2%) anak berusia 1 3 tahun, berjenis kelamin laki-laki sebesar 52,3%, dan lebih dari sebagian pernah sakit dalam 6 bulan terakhir. Tabel 6 Kunjungan Ke Posyandu Kunjungan Ke Prosentase Posyandu (%) Rutin Tidak rutin 84 4 95,5 4,5 Total 88 100 Berdasarkan tabel 6 didapatkan bahwa dari 88 responden, hampir seluruhnya (95,5%) rutin berkunjung ke Posyandu. Tabel 7 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pengolahan Makanan yang Baik Tingkat Prosentase Pengetahuan (%) Baik Cukup Kurang 40 37 11 45,5 42 12,5 Total 88 100 51

Berdasarkan tabel 7 didapatkan bahwa dari 88 responden, sebagian besar (45,5%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik dalam mengolah makanan dan hanya sebagian kecil (12,5%) yang berpengetahuan kurang. Tabel 8 Status Gizi Balita Gizi Balita BB berdasarkan TB A. Sangat Kurus B. Kurus C. Normal D. Gemuk BB Berdasarkan Usia A. Gizi Kurang B. Gizi Baik C. Gizi Lebih TB berdasarkan Usia A. Pendek B. Normal C. Tinggi 15 13 59 1 21 58 9 9 54 25 Prosentase (%) 17 14,8 67 1,1 23,9 65,9 10,2 0,2 61,4 28,4 Total N=88 N=100 Berdasarkan tabel 8 didapatkan bahwa dari 88 responden, pada pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan, sebagian besar (67%) balita memiliki status gizi normal. Untuk pengukuran berat badan berdasarkan usia didapatkan sebagian besar (65,9%) balita memiliki gizi yang baik, sedangkan pada pengukuran tinggi badan berdasarkan usia didapatkan bahwa sebagian besar (61,4%) balita memiliki status gizi yang normal. Tabel 9 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dalam Mengolah Makanan dengan Gizi Balita (Berat Badan berdasarkan Tinggi Badan) Tingkat Pengetahu an Ibu 1. Tinggi 2. Rendah BB berdasarkan TB Baik Tidak Baik 53 (66,2%) 6 (75 %) 27 (33,8 %) 2 (25 %) P value Berdasarkan tabel 9 didapatkan bahwa dari 80 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dalam mengolah makanan terdapat 53 ibu yang memiliki balita dengan status gizi (BB berdasarkan TB) yang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,473 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi (BB berdasarkan TB). Nilai OR didapatkan sebesar 0,654 yang artinya ibu dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki odds sebesar 1,53 kali lebih besar untuk mendapatkan status gizi yang baik dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi. Tabel 10 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dalam Mengolah Makanan dengan Gizi Balita (Berat Badan berdasarkan Usia) Tingkat Pengetahu an Ibu 1. Tinggi 2. Rendah BB berdasarkan Usia Selain Normal Normal 53 (66,2%) 5 (62,5 %) 27 (33,8 %) 3 (37,5 %) OR (95% CI) 0,473 0,654 (0,124 3,462) P value OR (95% CI) 0,556 1,178 (0,262 52

Tingkat Pengetahu an Ibu 1. Tinggi 2. Rendah Berdasarkan tabel 10 didapatkan bahwa dari 80 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dalam mengolah makanan terdapat 53 ibu yang memiliki balita dengan status gizi (BB berdasarkan Usia) yang normal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,556 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi (BB berdasarkan Usia). Nilai OR didapatkan sebesar 1,178 yang artinya ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki odds sebesar 1,2 kali lebih besar untuk mendapatkan status gizi yang normal dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah. Tabel 11 Hubungan antara Pengetahuan Ibu dalam Mengolah Makanan dengan Gizi Balita (Tinggi Badan berdasarkan Usia) TB berdasarkan Usia Selain Normal Normal P value OR (95% CI) 49 (61,2 %) 5 (62,5 %) 31 (38,8 %) 3 (37,5%) 0,630 0,948 (0,212 4,252) Berdasarkan tabel 11 didapatkan bahwa dari 80 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dalam mengolah makanan terdapat 49 ibu yang memiliki balita dengan status gizi 5,302) (TB berdasarkan Usia) yang normal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,630 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi (TB berdasarkan Usia). Nilai OR didapatkan sebesar 0,948 yang artinya ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki odds yang sama untuk mendapatkan status gizi yang normal dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah. PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di desa Anggana ini telah didapatkan 88 responden (ibu) yang mempunyai anak balita sesuai criteria yang sudah ditetapkan. Didapatkan bahwa dari 80 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dalam mengolah makanan terdapat 53 ibu yang memiliki balita dengan status gizi (BB berdasarkan TB) yang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,473 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi (BB berdasarkan TB). Nilai OR didapatkan sebesar 0,654 yang artinya ibu dengan tingkat pengetahuan rendah memiliki odds sebesar 1,53 kali lebih besar untuk 53

mendapatkan status gizi yang baik dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi. Demikian juga status gizi balita yang dilihat dari (BB berdasarkan Usia), Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,556 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi (BB berdasarkan Usia). Nilai OR didapatkan sebesar 1,178 yang artinya ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki odds sebesar 1,2 kali lebih besar untuk mendapatkan status gizi yang normal dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah. Begitu juga dengan status gizi Balita dinilai dari (TB berdasarkan Usia). Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,630 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi (TB berdasarkan Usia). Nilai OR didapatkan sebesar 0,948 yang artinya ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki odds yang sama untuk mendapatkan status gizi yang normal dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan mampu diingat oleh setiap orang setelah mengalami, menyaksikan, mengamati atau diajarkan sesudah dia lahir sampai menginjak dewasa khususnya setelah diberi pendidikan baik formal maupun non formal (Marta, 2010). Pengetahuan juga mempengaruhi prilaku seseorang dan kemampuan untuk mengambil keputusan serta menerapkan informasi baru yang baik. Seseorang yang berpendidikan rendah sering diikuti dengan pengetahuan yang rendah dan dalam menerima informasi, daya nalar dan menerima inovasi mengenai prilaku hidup sehat agak lambat, sehingga pengalaman tradisional yang lebih diikuti sesuai yang diwariskan turuntemurun (Hurlock, 2003). Pada penelitian ini 51,1% ibu berpendidikan minimal Sekolah Menengah Umum dan 77,3% ibu pernah mendapatkan informasi tentang pengolahan makanan dari petugas kesehatan dan kader posyandu serta 63,6% ibu mempunyai anak lebih dari 1 orang, sehingga ibu mempuyani pengalaman mengasuh anak dan memenuhi asupan makanan yang sesuai usia anak. Ditunjang menurut Djatmiko (2001) faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi dalam suatu keluarga adalah : Kemampuan keluarga untuk memproduksi zat gizi atau 54

kemampuan membeli bahan pangan yang bergizi, Adat dan kebiasaan pemilihan menu pada keluarga, Cara pengolahan makanan yang baik agar tidak kehilangan zat gizi yang terkandung didalamnya, Kemampuan organ tubuh menyerap makanan. Dalam penelitian ini, pengalaman ibu yang mempunyai anak balita lebih dari satu orang dan mendapatkan informasi tentang mengolah makanan untuk anak balita mendasari tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi balita. Didapatkan bahwa dari 80 ibu yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi dalam mengolah makanan terdapat 49 ibu yang memiliki balita dengan status gizi (TB berdasarkan Usia) yang normal. Hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,630 yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam mengolah makanan dengan status gizi (TB berdasarkan Usia). Nilai OR didapatkan sebesar 0,948 yang artinya ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki odds yang sama untuk mendapatkan status gizi yang normal dibandingkan dengan ibu dengan tingkat pengetahuan rendah. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa : tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang pengolahan makanan yang baik dengan status gizi balita di desa Anggana yang berada di wilayah Puskesmas Sungai Meriam tahun 2015. Disebabkan ibu mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang mengolah makanan yang baik 45,5% hal ini disebabkan 77,3% ibu-ibu pernah mendapat informasi tentang pengolahan makanan yang baik dan berpengatahuan cukup 42% dan status gizi balita dengan gizi baik 65,9%, namun masih ada yang gizi kurang 23,9% dan anak dengan tinggi badan pendek (stunting) 9 balita atau 0,2% dan anak sangat kurus 17%, yang memerlukan perhatian khusus oleh ibu dan tenaga kesehatan. Ibu yang mempunyai balita dengan pengetahuan cara mengolah makanan yang sudah baik untuk meningkatkan dan membagi (sharing) pengetahuan kepada ibu-ibu yang lain, terutama ibu-ibu muda dengan kehamilan pertama dan ibu yang baru pertama kali punya anak. Dan bagi ibu yang anak balitanya masih belum mencapai pertumbuhan & perkembangan optimal seperti yang 55

tercatat di KMS untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengolahan makanan yang baik dan selalu rutin membawa anak balita ke Posyandu. Bagi Petugas Posyandu (petugas kesehatan dan kader kesehatan) hasil temuan ini dapat dijadikan informasi atas keberhasilan pembinaan selama ini yang dapat dilihat dari status gizi balita yang baik cukup tinggi dan pengetahuan ibu cukup tinggi. Ditemukannya masih ada anak yang kurus dan sangat kurus, pendek (stunting) dan gizi kurang dapat dijadikan rujukan untuk pembinaan dan intervensi selanjutnya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada pihak Dinas Kesehatan Provinsi Kaltim, Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kertanegara, khsusnya Pimpinan Puskesmas Puskesmas Sungai Meriam Kecamatan Anggana beserta jajarannya yang bersedia dijadikan tempat penelitian. DAFTAR PUSTAKA Djatmiko, H. (2001). Pangan dan Gizi Keluarga serta Penanganannya. Jakarta: CV Yasaguna Hurlock, Elisabeth (2003). Psikologi Perkembangan. Jakarta:Erlangga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi (2012). Instrumen Stimulasi, Deteksi, & Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Kesehatan Masyarakat (2012). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, & Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Kesehatan Masyarakat Marta (2010). Studi Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karang Asam Samarinda Tahun 2010. Samarinda Muhlal, dkk (2005). Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta:Gramedia Notoatmodjo, Soekidjo (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam (2003). Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:CV Sagung Seto Pardede, Doan (2014). 17 Ribu Balita di Kaltim Masuk Kategori Gizi Buruk. www.tribunnews.com Suhardjo (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Supariasa, I. (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC 56