BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

NILAI EKONOMIS PEMANFAATAN ONGGOK SEBAGAI PAKAN OLAHAN ALTERNATIF TERNAK BEBEK DI METRO LAMPUNG

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sebesar 237 juta jiwa dan diperkirakan bertambah 2 kali lipat jumlahnya. ayam sebagai salah satu sumber protein hewani.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian tepung keong mas (Pomacea

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

AGROVETERINER Vol.5, No.1 Desember 2016

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian kombinasi tepung kayambang

PENGARUH LAMA FERMENTASI KULIT PISANG KEPOK. (Musa paradisiaca normalis) TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN, LEMAK, DAN KARBOHIDRAT ARTIKEL SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 26 Agustus 2015 di Laboratorium Produksi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT TAPIOKA ( ONGGOK ) SEBAGAI

BAB III METODE PENELITIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

MATERI DAN METODE. Materi

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

I. PENDAHULUAN. Peningkatan keberhasilan suatu usaha peternakan akan di pengaruhi oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketela pohon merupakan tanaman yang sudah tidak asing lagi bagi

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

Lampiran 1. Diagram pembuatan tepung paku air (Azolla pinnata) terfermentasi. Paku air. Diletakkan dalam bak. Diberi air. Dibersihkan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber penyedia daging dan telur telah dipopulerkan di Indonesia dan juga

BAB 3 BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

BAB III METODE PENELITIAN

PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER

Lampiran 1. Diagram Pembuatan Tepung Kaki Ayam Broiler. Kaki Ayam Broiler. Direbus pada suhu 80 0 C selama 60 menit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

Transkripsi:

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 UPAYA PENYEDIAAN PAKAN ALTERNATIF DARI FERMENTASI ONGGOK BAGI BEBEK PEDAGING DI KOTA METRO Widya Sartika Sulistiani 1 Yateno 2 1 Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro 2 Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Metro E-mail: widya.sulistiani@gmail.com Abstract: Onggok is solid waste of cassava flour that can be use as raw material for duck feed through fermentation process. Analysis of nutrition value such as protein use kjeldahl method, fat use soxhlet method and dietary fiber use gravimetric method have been done on onggok as raw material and fermented duck feed product. In addition, the effectiveness of fermented duck feed product has been tested to the growth as weight gain of duct that had been feeded fermented duck feed product. Based on the analysis of nutritional value can be seen that there is an increase in nutritional value from onggok as raw material in form of protein, fat dan crude fiber. The amount of the nutritional value of protein, fat and crude fiber in a row on fermented duck feed product are 10.55%; 4.55% and 19.19%. The effectiveness of fermented duck feed product to increase the weight gain of duck is 0,3 0,4 kg/week. Using fermented duck feed product from onggok can reduce the operational cost by 37,11%. Kata Kunci: fermentasi, onggok, gizi, pakan, bebek Bebek pedaging merupakan salah satu sumber protein hewani yang mulai disukai masyarakat. Dewasa ini budidaya bebek pedaging mulai digalakkan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan masyarakat akan protein hewani selain daging ayam. untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, banyak peternak yang mulai membudidayakan bebek pedaging ini khususnya di daerah Metro Lampung. Akan tetapi permasalahan yang sering muncul bagi peternak bebek adalah tingginya biaya produksi yang berasal dari pemenuhan kebutuhan pakan bebek. Biasanya biaya yang perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan adalah sekitar 60-80% dari total biaya produksi. Untuk mengatasi masalah tersebut biasanya para peternak bebek memelihara bebek dengan sistem tradisional, yaitu sistem angon. Hal ini ditunjang dengan daerah Metro yang masih luas daerah persawahannya. Akan tetapi metode tersebut kurang efektif jika diterapkan pada budidaya bebek. Onggok merupakan limbah padat yang diperoleh dari produksi tepung tapioka yang banyak mengandung karbohidrat. Banyaknya pabrik tepung tapioka yang ada di Provinsi Lampung menimbulkan dapat dari onggok sisa industri tepung tapioka (Harjono, 2013). Berdasarkan beberapa penelitian, onggok masih memiliki kandungan gizi yang cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Penerapan proses fermentasi pada pembuatan pakan ternak telah terbukti dapat meningkatkan nilai gizi dari bahan baku. Seperti yang telah dilakukan oleh Supriyati (2003) dan Suherman dkk (2013), berdasarkan penelitian mereka fermentasi onggok dengan 133

menggunakan Aspergillus niger dapat meningkatkan protein, asam lemak volatil (VFA) dan amonia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ayam ras pedaging dan ruminansia. Oleh karena itu dengan memanfaatkan onggok yang sebelumnya hanya merupakan limbah, dapat ditingkatkan nilai gunanya menjadi bahan pakan ternak khususnya bebek. Peternak bebek khususnya di Metro biasanya menggunakan dedak padi halus sebagai pakan bagi bebeknya. Pemanfaatan onggok dengan metode fermentasi sebagai pakan alternatif ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan peternak bebek yang berupa mahalnya biaya operasional budidaya bebek, sehingga untuk jangka panjang peternak dapat meningkatkan pendapatannya. Pengaruh pakan alternatif dari ferementasi onggok terhadap pertambahan berat badan bebek dalam 2 minggu setelah diberi makan dengan pakan fermentasi onggok juga diamati pada penelitian ini. Hal ini dapat membantu dalam melihat efektivitas pakan alternatif terhadap peningkatan berat badan bebek karena nilai jual bebek pedaging dipengaruhi oleh berat badan bebek yang dijual. METODE Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah plastik, kandang bebek, alat ukur berat serta alat pemeliharaan bebek lainnya, alatalat destruksi, buret, soklet, rotary evaporator, oven dan alat-alat gelas lainnya. Sedangkan bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah bebek, onggok, dedak padi halus, ragi jerami, konsentrat, obat sanitasi dan bahan-bahan kimia untuk analisis protein, lemak dan serat kasar. 1. Pembuatan Pakan Alternatif dari Onggok Pakan ternak alternatif dari bahan baku onggok dapat dibuat dengan mencampurkan onggok dan dedak padi halus dengan perbandingan 7 : 3. Campuran onggok dan dedak tersebut difermentasi dengan ragi jerami kemudian disimpan di dalam karung dan terhindar dari cahaya matahari selama 3 sampai 4 hari. Efektivitas pakan alternatif yang dihasilkan dari fermentasi onggok ini diberikan kepada bebek yang berumur lebih dari 15 hari karena pada umur tersebut diharapkan sistem metabolisme bebek sudah sempurna dalam mengolah bahan makanan. 2. Analisis Nilai Gizi pakan ternak Bahan baku pakan ternak berupa onggok serta percampuran onggok dan dedak sebelum dan sesudah fermentasi dianalisis kandungan gizinya yang meliputi : kadar protein, lemat, serat dan karbohidrat dengan prosedur sebagai berikut : a. Kadar protein Langkah penentuan kadar protein dengan menggunakan metode kjeldahl. Sampel pupuk didestruksi dengan menggunakan campuran Na 2 SO 4 HgO dan H 2 SO 4 dengan suhu bertahap sampai 350 0 C sampai larutan jernih. Setelah itu larutan didestilasi dengan menambahkan NaOH-Na 2 S 2 O 3 dan kemudian destilat ditampung dalam larutan asam borat 4 %. Larutan destilat dititrasi dengan HCl menggunakan indikator metil merah. b. Lemak Sejumlah sampel diekstrak dengan pelarut heksana menggunakan alat soklet pada titik didih heksana selama 7 12 jam. Hasil ekstraksi diuapkan 134

pelarutnya dengan rotary evaporator. Berat lemak diperoleh dengan menghitung minyak yang dihasilkan dari proses ekstraksi pada labu bundar. Persentase lemak dapat dihitung dengan membandingkan berat minyak terekstrak dengan berat sampel awal c. Serat Kasar Serat kasar dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Sampel diekstrak secara berurutan menggunakan asam sulfat 1,25% dan NaOH 1,25%. Residu yang tidak larut dikumpulkan dengan penyaringan dan residu dikeringkan, dicuci dan diabukan untuk melakukan koreksi adanya kontaminasi mineral pada residu serat. 3. Pengamatan Pertumbuhan Bebek Pertumbuhan bebek yang diberi makan hasil fermentasi onggok diamati dengan cara mengukur berat bebek setiap minggu. Hasil pengamatan yang disajikan berupa rata-rata pertumbuhan berat bebek per minggu. Pertambahan berat bebek perminggu dapat dijadikan ukuran waktu budidaya sampai bebek tersebut siap panen. HASIL Tabel 1. Analisis Kandungan Gizi Pakan Alternatif Sebelum dan Sesudah Fermentasi No Sampel Kadar Protein Kadar Lemak 1 Onggok 1,65 0,293 1,43 2 Onggok + Dedak 5,91 1,07 7,88 (7 : 3) sebelum fermentasi 3 Onggok + Dedak (7 : 3) setelah fermentasi Serat Kasar 10,55 4,55 19,19 Tabel 2. Standar Mutu Pakan Itik Pedaging Berdasarkan SNI Pakan No Kandungan Starter (0-3) mg Finisher (4-10) mg 1 Kadar Air (maks) 14 14 2 Protein kasar (min) 18,7 15,4 3 Lemak kasar 7 7 4 Serat kasar (maks) 7 8 5 Abu (maks) 8 8 PEMBAHASAN Fermentasi merupakan salah satu metode pengolahan pakan yang bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi bahan baku. Pada prosesnya fermentasi menggunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan baku sehingga dapat meningkatkan nilai gizi pakan yang dihasilkan setelah proses fermentasi. Pada penelitian ini, proses fermentasi terhadap onggok menggunakan ragi jerami dari Produk Nasa. Adapun jenis mikroorganisme probiotik yang terdapat pada ragi jerami adalah bakteri Acetobacter sp., Rhizopus sp. dan Aspergillus niger (Inti Grow, 2015). 135

Pada pembuatan pakan ternak alternatif dari bahan onggok ini menggunakan perbandingan onggok dan dedak padi halus sebesar 7 : 3 dengan harapan para peternak bebek dapat menggantikan biaya produksi pembelian pakan bebek berupa dedak padi halus sebesar 70% dari total pemberian pakan pada ternak bebeknya. Onggok merupakan limbah padat hasil pembuatan tepung tapioka. Onggok atau ampas singkong ini banyak terdapat di wilayah provinsi Lampung dan masih jarang dimanfaatkan oleh masyarakat. Onggok memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan rendah protein. Oleh karena itu dengan menggunakan metode fermentasi melalui pemanfaatan mikroorganisme merupakan metode yang tepat untuk meningkatkan nilai gizi onggok setelah fermentasi khususnya kadar proteinnya. Proses fermentasi campuran onggok dan dedak padi halus dilakukan selama 3 sampai 4 hari pada kondisi anaerob dan terhindar dari cahaya matahari. Selama proses fermentasi akan terjadi peningkatan temperatur dari campuran yang menunjukkan bahwa mikroorganisme yang diberikan bekerja dengan baik menguraikan bahan baku sehingga dapat meningkatkan nilai gizinya pada akhir fermentasi. Setelah 3-4 hari fermentasi tercium bau seperti karamel dari campuran yang terfermentasi. Hal ini menunjukkan bahawa bahan pakan alternatif tersebut sudah siap untuk diberikan pada ternak bebek. Untuk mengetahui besarnya peningkatan nilai gizi campuran onggok dan dedak padi halus sebelum dan sesudah fermentasi oleh karena itu dilakukan analisis terhadap produk bahan pakan ternak alternatif tersebut. Berikut ini merupakan hasil analisis kandungan gizi dari pakan sebelum dan sesudah fermentasi. Berdasarkan data hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa 70% dedak yang telah digantikan dengan onggok untuk kemudian telah mengalami fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi dari bahan baku dalam hal ini hanya onggok. Adapun campuran onggok dan dedak terfermentasi dapat meningkatkan 5 kali lipat dari nilai kadar protein onggok awal. Peningkatan kadar protein pada produk pakan hasil fermentasi disebabkan karena selama proses fermentasi, mikroorganisme seperti Acetobacter sp., Rhizopus sp. dan Aspergillus niger menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menguraikan bahan makan untuk proses metabolisme bagi kelangsungan hidupnya. Enzim merupakan protein yang mempunyai fungsi spesifik terhadap substrat tertentu. Enzim yang dihasilkan selama proses fermentasi ini yang kemudian dapat meningkatkan kadar protein setelah fermentasi. Selain itu adanya enzim pada bahan pakan alternatif ini diharapkan dapat membantu proses penguraian bahan makanan di dalam tubuh ternak bebek, sehingga membantu proses metabolisme dan penyerapan zat gizi pada bebek. Berdasarkan perbandingan kadar protein antara produk hasil fermentasi dengan kadar protein dedak padi halus yang biasa digunakan peternak dapat diketahui bahwa kadar protein produk fermentasi lebih rendah dari kadar protein dari dedak padi halus. Walaupun nilai kadar protein tidak lebih besar dari dedak padi halus yang biasa digunakan peternak bebek pedaging untuk pakan ternaknya, tetapi nilai kadar lemak dan serat kasar dari campuran onggok dan dedak hasil fermentasi lebih besar dari kadar lemak dan serat kasar dari dedak padi halus. Peningkatan kadar serat kasar yang signifikan setelah proses fermentasi 136

disebabkan karena pada ragi jerami mengandung bakteri Acetobacter sp. yang dapat menghasilkan selulosa dengan derajat kemurnian yang tinggi. Selulosa termasuk senyawa yang akan terukur dalam analisis serat kasar selain lignin (Rohman, 2013). Hasil analisis terhadap pakan alternatif dengan memanfaatkan bahan baku onggok ini juga dibandingkan kualitasnya berdasarkan standar mutu Berdasarkan standar mutu pakan bagi itik pedaging di atas (Tabel 2) dan membandingkannya dengan hasil analisis pakan alternatif pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa nilai protein kasar dari pakan alternatif masih berada di bawah standar mutu pakan bebek yang ditetapkan pemerintah. Akan tetapi dalam pemberian pakan bagi bebek pedaging dapat dilengkapi dengan penambahan konsentrat 611 dengan jumlah tertentu sehingga pakan tersebut memenuhi standar pakan bagi bebek pedaging. Berdasarkan pengamatan pada peternak bebek di Metro Lampung, diketahui bahwa sebagian besar peternak bebek pedaging hanya menggunakan pakan dari dedak yang memiliki kandungan protein kasar sekitar 6 12% tergantung dari jenis padi yang menjadi bahan baku pembuatan dedak (Ketaren, 2002; Sinurat, 1999 dan Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB, 2012). Sedangkan berdasarkan hasil analisis dedak dari bahan pakan yang digunakan sebagai campuran pakan pada proses fermentasi dengan onggok ini memiliki kandungan protein kasar sebesar 4,26%. Nilai tersebut sangat jauh dari hasil olahan pakan fermentasi dengan onggok. Biasanya para peternak bebek di kota Metro juga menambahkan konsentrat 611 untuk mencukupi kebutuhan protein bagi ternak bebeknya. Akan tetapi dengan menggunakan pakan alternatif pakan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku. Hal ini dapat dijadikan standar pemberian pakan bagi bebek agar budidaya bebek menjadi lebih optimal. Standar mutu pakan bagi ternak bebek pedaging diharapkan memenuhi standar SNI seperti yang diatur pada Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (Permentan RI) No 32 tahun 2014, yang disajikan pada Tabel 2 berikut : setidaknya pada peternak bebek dapat menghemat penggunaan konsentrat 611 pada proses budidaya bebeknya. Berdasarkan hasil analisis pakan alternatif terhadap kandungan serat kasar, dapat diketahui bahwa nilai persentase serat kasar lebih dari standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah. Akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap kondisi bebek yang diberi makan produk pakan alternatif menghasilkan kotoran yang lebih padat jika dibandingkan dengan bebek yang diberi makan selain pakan alternatif atau dalam hal ini adalah pakan dari dedak. Hal ini dapat diketahui bahwa serat pada pakan dapat membantu proses metabolisme pada tubuh bebek. Dalam pemberian pakan kita juga dapat mengatur persentase kandungan serat dengan penambahan konsentrat 611 yang tidak mengandung serat kasar, sehingga persentase kandungan serat kasar pada pakan yang diberikan pada bebek dapat sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Penerapan pemberian pakan alternatif pada ternak bebek juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh pola konsumsi pakan tersebut terhadap bebek dan peningkatan berat badan bebek. Secara umum bebek yang diberi pakan alternatif dari fermentasi onggok tidak menolak pemberian pakan tersebut. Berdasarkan pengamatan berat badan bebek perminggu diketahui bahwa rata-rata peningkatan berat 137

badan bebek perminggu adalah sekitar 0,3 0,4 kg/minggu. Secara umum budidaya dengan menggunakan pakan fermentasi alternatif dari onggok dapat menghemat biaya produksi sebesar 37,11%. Pada penelitian ini data peternak bebek diperoleh dari kelompok mitra peternak bebek Pak Indarto di Metro Utara sebagai sampel budidaya umum peternak bebek. KESIMPULAN Pakan ternak bebek yang terbuat dari fermentasi onggok dapat dijadikan sebagai pakan alternatif untuk menggantikan dedak padi halus yang biasanya digunakan oleh peternak bebek. Walaupun pada aplikasinya perlu penambahan konsentrat untuk memenuhi standar mutu pakan bagi bebek pedaging. Pakan alternatif ini terbukti dapat meningkatkan berat badan ternak bebek secara signifikan. Ransum Ayam Buras. Watazoa Vol. 9, No. 1, 12 21. Suherman, K., Suparwi dan T. Widiyastuti. 2013. Konsentrasi VFA Total dan Amonia Pada Onggok Yang Difermentasi Dengan Aspergillus niger Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3) : 827-834. Supriyati. 2003. Onggok Terfermentasi dan Pemanfaatannya dalam Ransum Ayam Ras Pedaging. JITV Vol. 8 No. 3. 146-150. Tim Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB. 2012. Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. CV Nutri Sejahtera. DAFTAR PUSTAKA Harjono, Y. 2013. 4 Februari, Lampung Penghasil Ubi Kayu Terbesar di Tanah Air. Kompas Online. http://regional.kompas.com/read /2013/02/04/20192019/Lampun g.penghasil.ubi.kayu.terbesar. di.tanah.air Inti Grow. 2015. Probiotik Ragi Tape Jerami Fermentasi Pakan Ternak. Diakses 14 Sepetember 2016. http://www.produknaturalnusant ara.com/probiotik-ragi-tapejerami-fermentasi-pakan-ternak/ Ketaren, Pius, P. 2002. Kebutuhan Gizi Itik Petelur dan Itik Pedaging. Wartazoa. Vol. 12, No. 2, 37-46 Rohman, A. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sinurat. 1999. Penggunaan Bahan Pakan Lokal Dalam Pembuatan 138