KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 1 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015 2020 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA CINTAKARYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 79 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka penyelenggaraan pembangunan di Desa Cintakarya harus berjalan efektif dan efisien serta demokratis, untuk itu perlu adanya dokumen kebijakan yang mengatur pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan desa; b. bahwa untuk kepentingan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu ditetapkan Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa) Tahun 2015 2020 di Desa Cintakarya. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bersih Dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sitem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4688); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025 (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4700); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara RI Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7; Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 1999 tentang Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3886); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomot 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5539); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5558); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan Di Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2091); 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2093); 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 2094); 13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 158); 14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 159); 15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2015 (Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 297); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2007 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bandung Barat Nomor 3); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Banadung Barat Nomor 2 Tahun 2015 tentang Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Banadung Barat Tahun 2015 Nomor.. Seri..); 18. Peraturan Bupati Bandung Barat Nomor 3 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengadaan Barang dan Jasa di Desa (Berita Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Nomor 3 seri E). Dengan Kesepakatan Bersama BADAN PERMUSYAWARATAN DESA CINTAKARYA dan KEPALA DESA CINTAKARYA MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DESA CINTAKARYA TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) TAHUN 2015-2020 Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan: BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pemerintah Daerah Provinsi, adalah Gubernur Jawa Barat dan Perangkat Daerah Provinsi sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah provinsi. 3. Pemerintah Daerah, adalah Bupati Bandung Barat dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 4. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Bandung Barat. 5. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat setempat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 6. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa di Desa. 7. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. 9. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. 10. Lembaga kemasyarakatan atau yang disebut dengan nama lain, adalah lembaga yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat, merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat Desa. 11. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, untuk selanjutnya disingkat LPMD adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dalam menampung aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan Desa.
12. Kader Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disingkat KPM adalah anggota masyarakat Desa yang memiliki pengetahuan, kemauan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif. 13. Peraturan Desa, yang selanjutnya disebut Perdes, adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama BPD. 14. Peraturan Kepala Desa adalah perundang-undangan di Desa yang mengatur secara teknis pelaksanaan dari Perdes yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Desa. 15. Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk kepentingan sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat Desa. 16. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 17. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. 18. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah. 19. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan pokok masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat. 20. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Desa. 21. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia. 22. Sistem perencanaan adalah kesatuan proses perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terintegritas yang satu sama lain saling terikat dan berhubungan. 23. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. 24. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua puluh) tahun. 25. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 26. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa, yang selanjutnya disingkat RPJM-Desa adalah dokumen perencanaan Desa untuk periode 6 (enam) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi Kepala Desa yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa, arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan, disertai rencana kerja. 27. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun. 28. Rencanan Pembangunan Tahunan Daerah Provinsi dan Rencanan Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disingkat RKPD Provinsi dan RKPD, adalah dokumen perencanaan Daerah Provinsi dan Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 29. Rencanan Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Perankgat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 30. Rencana Kegiatan Pemerintah Desa, yang selanjutnya disingkat RKP-Desa adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (tahun), merupakan penjabaran dari RPJM-Desa yang memuat rancangan kerangka ekonomi Desa, dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan yang dimutakhirkan, program prioritas pembangunan Desa, rencana kerja dan pendanaan serta perkiraan maju, baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Desa maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat dengan mengacu kepada RKP-Desa dan RPJM-Desa. 31. Daftar Usulan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat DU-RKP-Desa adalah daftar yang merupakan usulan kegiatan pembangunan Desa yang menggunakan dana yang sudah jelas sumbernya, baik dari APBN, APBD Provinsi, APBD, APB-Desa, swadaya dan kerja sama dengan pihak ketiga. 32. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 33. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 34. Strategi adalah langkah-langkah yang berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 35. Kebijakan adalah arah tindakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa untuk mencapai tujuan pembangunan di Desa.
36. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang selanjutnya disingkat Musrenbang-Desa adalah forum musyawarah tahunan antar pelaku yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan desa dalam rangka menyusun rencana pembangunan Desa. 37. Para pemangku kepentingan (stakeholders) adalah pihak-pihak yang berkewajiban untuk mengatasi permasalahan di Desa dan pihak yang terkena dampak hasil Musrenbang-Desa. 38. Pembangunan Partisipatif adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan di Desa dilaksanakan bersama-sama oleh Pemerintah Desa dan masyarakat secara musyawarah, mufakat, dan gotong royong yang merupakan cara hidup masyarakat di Desa. 39. Profil Desa adalah gambaran menyeluruh mengenai karakter Desa yang meliputi data keluarga, potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana, serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi Desa. 40. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB-Desa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa dan BPD. BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-Desa) Pasal 2 (1) Perdes ini memuat kebijakan strategis pembangunan Desa untuk 6 (enam) tahun, selanjutnya disebut Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa). (2) RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat seluruh rencana dan pelaksanaan kegiatan atau proyek pembangunan Desa yang merupakan prioritas Desa. (3) RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan penjabaran dari visi, misi dan program pembangunan Kepala Desa yang penyusunannya berpedoman pada RPJM Daerah Kabupaten, RPJM Daerah Provinsi, dan RPJP Nasional. (4) RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di dalamnya memuatantara lain: a. visi dan misi Kepala Desa; b. rencana penyelenggaraan pemerintahan desa; c. arah kebijakan pembangunan dan keuangan Desa dengan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif; d. strategi pembangunan desa; e. pelaksanaan program pembangunan desa; f. pembinaan kemasyarakatan; g. pemberdayaan masyarakat; dan h. proyek/jenis kegiatan pembangunan desa. Pasal 3 Perincian program dan kegiatan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan Lampiran yang tidak dapat dipisahkan dari Perdes ini. Pasal 4 RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. Pasal 5 RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun bertujuan untuk: a. mewujudkan perencanaan pembangunan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat Desa; b. menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat terhadap program pembangunan di Desa; c. memelihara dan mengembangkan hasil-hasil pembangunan di Desa; dan d. menumbuhkembangkan dan mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan di Desa. BAB III SISTEMATIKA RPJM-Desa Pasal 6 Sistematika dokumen RPJM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, yaitu sebagai berikut: a. KATA PENGANTAR b. DAFTAR ISI c. DAFTAR LAMPIRAN d. BAB I PENDAHULUAN e. BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DESA f. BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS g. BAB IV VISI, MISI, SASARAN DAN TUJUAN h. BAB V KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DESA i. BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
j. BAB VII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS k. BAB VIII PENETAPAN INDIKATOR KINERJA l. BAB XI PENUTUP Pasal 7 Apabila dibutuhkan, dokumen RPJM-Desa yang disusun dengan sistematika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dapat disertai dengan rekaman proses penyusunan sebagai lampiran yang tidak dapat dipisahkan. BAB IV PELAKSANAAN Pasal 8 (1) Pelaksanaan RPJM-Desa sepenuhnya dikelola dan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dan/atau bersama masyarakat Desa melalui pelaksanaan peran dan fungsi lembaga kemasyarakatan Desa dan KPM. (2) Untuk pengelolaan dan pelaksanaan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas yang terkait dengan kepentingan penyelenggaraan pemerintahan Desa sepenuhnya dilaksanakan oleh Pemerintah Desa. (3) Untuk pengelolaan dan pelaksanaan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat atau pembangunan infrastruktur Desa dapat dilaksanakan oleh KPM dan LPMD dan/atau bersama Tim Pelaksana Kegiatan yang dibentuk dari unsur masyarakat dibawah koordinasi dan tanggung jawab Pemerintah Desa. (4) Tim Pelaksana Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di atas harus dibentuk atas dasar kesepakatan dengan BPD dan stakeholder melalui Musyawarah Desa dan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. (5) Pelaksanaan RPJM-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan azas-azas: a. transparan; b. akuntabel; c. partisipatif; d. efektif dan efisien; e. tertib administrasi; dan f. disiplin anggaran. Pasal 9 (1) Pelaksanaan RJPM-Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dipertanggungjawabkan oleh Kepala Desa selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa pada setiap akhir tahun anggaran. (2) Pertanggungjawaban sebagaiman dimaksud disampaikan kepada Bupati melalui Camat dan menyampaikan laporan keterangan pertanggungjawaban kepada masyarakat melalui BPD. Pasal 10 (1) Pelaksanaan 1 (satu) dan/atau beberapa rencana kegiatan pembangunan di Desa dapat dirubah, baik jenis kegiatannya maupun waktunya apabila tidak lagi sesuai dengan situasi, kondisi dan/atau keadaan darurat (force mayor). (2) Perubahan kegiatan dan/atau waktu pelaksanaan pembangunan sebagaimana maksud pada ayat (1) harus disepakati BPD dan mendapatkan persetujuan dari semua pihak yang berkepentingan. BAB V PELAPORAN Pasal 11 (1) Kepala Desa melaporkan pelaksanaan RPMJ-Desa dan RKP-Desa dan pelaksanaannya secara berjenjang. (2) Laporan pelaksanaan RKP-Desa dilakukan pada setiap smester dan pada akhir tahun anggaran. (3) Laporan RPJM-Desa dan RKP-Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak ditetapkan. (4) Pelaporan pelaksanaan RKP-Desa yang dilaksanakan atau dikelola oleh LPMD dan atau Tim Pelaksanan yang dibentuk dari unsur masyarakat, diatur lebih lanjut melalui Peraturan Kepala Desa atau Keputusan Kepala Desa. BAB IV PENGAWASAN DAN PEMBINAAN Pasal 12 Pengawasan terhadap unsur pelaksana dan pengelola, pelaksanaan dan pengelolaan RPMJ-Desa dilakukan oleh: (1) BPD dalam melaksanakan fungsi pemerintahan. (2) Masyarakat sebagai bentuk partisipasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Camat dan dinas/instansi terkait dalam rangka pembinaan. Pasal 13 Bila semua pihak yang berkepentingan terhadap pelaksanaan dan pengelolaan RPMJ-Desa menyatakan perlu, maka BPD dan atau pihak pemangku kepetingan dan atau pihak yang berwenang lainnya dapat membentuk tim pengkaji yang anggotanya disesuaikan dengan kebutuhan untuk melakukan evaluasi dan pengawasan. Pasal 14 Pembinaan dan pengawasan langsung dapat dilakukan oleh SKPD terkait, baik Daerah Provinsi atau Daerah dalam rangka pelaksanaan RPJM-Desa dan RKP-Desa dan atau Renstra-SKPD Provinsi atau RKP-SKPD Provinsi, Renstra- SKPD atau RKP-SKPD yang didelegasikan kepada Pemerintahan Desa sebagai tugas pembantuan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Dengan diberlakukannya Perdes ini, maka semua ketentuan yang mengatur RPJM-Desa di Desa serta pengaturan mengenai pengawasannya dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 16 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Perdes ini, sepanjang mengenai teknis pengelolaan dan pelaksanaan RPJM- Desa ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Desa dan Keputusan Kepala Desa. Perdes ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Pasal 17 Agar semua pihak dapat mengetahui dan memahami, maka memerintahkan untuk mengumunkan dan mengundangkan dengan menempatkan Perdes ini dalam Lembaran Desa. DITETAPKAN DI : DESA CINTAKARYA PADA TANGGAL : 01 JANUARI 2015 KEPALA DESA CINTAKARYA Ttd. WAWAN SETIAWAN DIUNDANGKAN DI : DESA CINTAKARYA PADA TANGGAL : 01 JANUARI 2015 SEKRETARIS DESA CINTAKARYA Ttd. KARTIWA LEMBARAN DESA CINTAKARYA TAHUN 2015 NOMOR 1