BAGIAN HUKUM PEMERINTAHAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA. Abstrak :

dokumen-dokumen yang mirip
PENGAWASAN PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 5 KABUPATEN TANGERANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MELAKUKAN TRANSAKSI ONLINE

Oleh Megawati Purnama Sari wijaya I Nengah Suantra Made Nurmawati Bagian Hukum Penyelenggaraan Negara

KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

ABSTRAK. Kata Kunci: Obligasi Daerah, Kewenangan, Pemerintahan Daerah. viii

h. 17. h.1. 4 Ibid, h C.S.T Kansil dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Pengertian

PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN DANA ALOKASI UMUM PADA KABUPATEN TABANAN

Oleh. Kadek Tegar Wacika. Ni Nengah Adiyaryani Program Kekhususan Hukum Penyelenggara Negara, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

: Central Government Transfer, Tax Effort, Local Revenu

Oleh : I Nyoman Edi Pramana Wijaya. Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

MEKANISME PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PUSAT DAN KEUANGAN DAERAH YANG DILAKUKAN OLEH BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG

FUNGSI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI BALI MENERIMA ASPIRASI RAKYAT DI DALAM MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG DEMOKRATIS

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG SAHAM MINORITAS PERSEROAN TERBATAS DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Oleh : I Gede Agus Yuliarta I Gusti Ngurah Wairocana I Ketut Sudiarta. Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

PELAKSANAAN RETRIBUSI JASA USAHA PADA PENJUALAN PRODUK HASIL USAHA DAERAH PADA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI

KEBIJAKAN PENGATURAN PERIMBANGAN KEUANGAN DALAM KONSEPSI DAN PERSPEKTIF KEADILAN

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN MEREK YANG TELAH TERDAFTAR OLEH PEMEGANG MEREK MENURUT UNDANG UNDANG NO 15 TAHUN 2001 TENTANG MEREK ABSTRACT

PENGATURAN PENILAIAN DAN EVALUASI KUALITAS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PADA BADAN USAHA MILIK NEGARA

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) TERHADAP KINERJA KEPALA DESA DI DESA ANTAP KECAMATAN SELEMADEG KABUPATEN TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

TUGAS-TUGAS BADAN PERLINDUNGAN KONSUMEN NASIONAL

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN OUTSOURCING JIKA PERUSAHAAN TIDAK MEMBERIKAN TUNJUNGAN HARI RAYA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003

Oleh: Topan Bayu Sakti Wijaya * I Made Subawa ** Nyoman Mas Aryani *** Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

PENGATURAN PEMBERIAN DANA BANTUAN SOSIAL DI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BALI BERDASARKAN PERATURAN GUBERNUR NOMOR 67 TAHUN 2012

KEWENANGAN BEBAS (FREIES ERMESSEN) DALAM KEBIJAKAN KARTU INDONESIA SEHAT DITINJAU DARI SISTEM ADMINISTRASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

DANA PERIMBANGAN DALAM PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN PUSAT DAN DAERAH

KECENDERUNGAN DANA ALOKASI KHUSUS DAN BELANJA MODAL DI KABUPATEN BULELENG PERIODE

PENGADAAN PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA (PPPK) DALAM FORMASI APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

KEWENANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM MENETAPKAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH PADA KOPERASI DALAM HAL WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya otonomi daerah. Sebelum menerapkan otonomi daerah,

PENGATURAN RETRIBUSI JASA UMUM TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN PADA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah. memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur

ANALISIS BELANJA MODAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun )

PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

PENGENDALIAN USAHA MINI MARKET OLEH PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG MELALUI INSTRUMEN PERIJINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

PENGATURAN HUKUM WAJIB DAFTAR PESERTA BPJS BAGI TENAGA KERJA PERUSAHAAN

Oleh Agus Gede Santika Subawa Ni Nyoman Mas Aryani Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Abigail Allo Karangan

Keywords : Local Authorities, The Principle of Decentralization, Natural Resource

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

HARMONISASI KEWENANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) TERHADAP BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

FUNGSI LEGISLASI DPD-RI BERDASARKAN PASAL 22D UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH PADA SATUAN RUMAH SUSUN

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

DESENTRALISASI FISKAL DAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

PENETAPAN TARIF RETRIBUSI PARKIR PADA PUSAT HIBURAN BEACHWALK DI KABUPATEN BADUNG

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM LIKUIDASI BANK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

Skripsi. Diajukan oleh: Toni Rahadiyanto NIM: F PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Kata Kunci: Kedudukan, Kewenangan, Pemerintah Kecamatan ABSTRACT

PEMBATALAN PUTUSAN PENGADILAN NIAGA PADA PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT OLEH MAHKAMAH AGUNG TERKAIT DENGAN PUTUSAN PAILIT PT. DIRGANTARA INDONESIA

PERUBAHAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA LISENSI WAJIB PADA PENGALIHAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP HARTA KEKAYAAN DEBITOR

Analisis Indeks Kapasitas Fiskal terhadap Pengalokasian Belanja Wajib Bidang Pendidikan dan Kesehatan (Studi pada Kabupaten/Kota se-jawa)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

PEMUNGUTAN PAJAK PADA RESTORAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KAWASAN KINTAMANI BANGLI

Oleh : I Putu Sabda Wibawa I Dewa Gede Palguna Program Kekhususan: Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN IBU DAN BAYI Dl KABUPATEN/KOTA

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

PENGATURAN MENGENAI PENGENDALIAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL GOLONGAN A DI KOTA DENPASAR

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

PERANAN BUPATI BADUNG SEBAGAI PENGAWAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PROBLEMATIKA YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA GEDUNG MILIK PEMERINTAH ANTARA PEMERINTAH KOTA DENPASAR DENGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

Oleh : I Gusti Ayu Indra Dewi Dyah Pradnya Paramita Desak Putu Dewi Kasih. Bagian Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana ABSTRACT

PENGATURAN BERINVESTASI ALAT PELEDAK DI INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERBANDINGAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

PENANAMAN MODAL (INVESTASI) TERKAIT PENGEMBANGAN MASYARAKAT LOKAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK DIBERIKAN BUKU PANDUAN DAN BUKU SERVIS OLEH DEALER

AKIBAT HUKUM BERAKHIRNYA LISENSI WAJIB PADA PENGALIHAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memasuki era otonomi daerah sejak tanggal 1 Januari 2001.

TUGAS DAN FUNGSI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL

Transkripsi:

PENGATURAN DANA ALOKASI KHUSUS SEBAGAI DANA PERIMBANGAN ANTARAPEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : I NYOMAN SUWIRYANATA I WAYAN PARSA I NENGAH SUHARTA BAGIAN HUKUM PEMERINTAHAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA Abstrak : Dalam tulisan ini membahas mengenai Dana Alokasi Khusus yang dipergunakan oleh Derah untuk membiayai kebutuhan tertentu di masingmasing Daerah, Pengalokasian Dana Alokasi Khusus ini sangat tergantung dari ketersediaan dana APBN Yang bersumber dari Pemerintahan Pusat. Permasalahannya adalah Kriteria apa yang harus dipenuhi oleh suatu daerah untuk mendapatkan dana alokasi khusus dan Bagaimanakah pemanfaatan Dana Alokasi Khusus sebagai dana perimbangan terhadap suatu daerah. Dalam Tulisan ini Penulis menggunakan penelitian hukum normatif dan pendekatan secara yuridis normatif. Kesimpulan yang diperoleh adalah, Kriteria daerah yang memperoleh Dana Alokasi Khusus ditentukan dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dalam hal ini Sudah sebaiknya Dana Alokasi Khusus digunakan atau di manfaatkan untuk menutup kesenjangan pelayanan publik antar daerah dengan memberi prioritas pada bidang pendidik an, kesehatan, infrastuktur, kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintahan daerah dan lingkungan hidup. Kata Kunci : Dana Alokasi Khusus, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah. Abstract : This paper to discuss about the Special Allocation Fund which used by the specific needs of the district to finance in the respective regions, the Special Allocation Fund allocation is highly dependent on the availability of state funds sourced from The Central Government. The Problem is the criteria that must be met by an area to get a special allocation fund and What is the use of the Special Allocation Fund as the fund balance to an area. In this paper author uses normative legal research and normative juridical approach. The conclusion is, Criteria regions receiving the Special Allocation Fund specified in namely Law Number 33 of 2004 on Financial Balance between Central and Local Government, in this case the Special Allocation Fund It should be used or utilized to close the gap between local public services by giving priority to education, health, infrastructure, marine and fisheries, agriculture, infrastructure local government and the environment. Key words: Special Allocation Fund, Central Government, Local Government. 1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara teoritis dalam konteks Negara kesatuan pemerintah pusat menjadi kontrol yang utama dan terakhir bagi pembangunan daerah. Pembangunan daerah semestinya dilaksanakan oleh pemerintah daerah karena pemerintah daerah yang lebih memahami apa yang lebih diperlukan oleh daerah yang diperintahnya. 1 Untuk menjalankan suatu pembangunan di daerah, pemerintah daerah menggunakan anggaran daerah yang berasal dari PAD (Pendapatan Asli Daerah). Seperti yang kita ketahui PAD tiap daerah relative kecil. Pelaksanaan perencanaan kegiatan secara terpadu di daerah dalam jangka waktu tertentu tercermin dalam bentuk APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Selama ini sumber-sumber keuangan yang potensial dari suatu daerah dikuasai oleh pemerintah pusat. Oleh karena itu harus ada perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Ketentuan ini telah diatur dalam peraturan perundangundangan yakni Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan demikian pemerintah daerah mendapatkan pembagian keuangan yang adil dan sesuai dengan potensi daerahnya. Pengalokasian DAK (Dana Alokasi Khusus) ini sangat tergantung dari ketersediaan dana APBN. Dengan keterbatasan dari pendistribusian DAK ini maka sangat penting untuk mengetahui bagaimana pengaturan serta pemanfaatan DAK ini yang dilakukan oleh pemerintah masing-masing daerah. 1 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, 1988, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. Cetakan ketujuh, Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV. Sinar Bakti, Jakarta, h. 3 2

1.2.Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai upaya untuk memahami dan memperoleh gambaran umum tentang pemanfaatan Dana Alokasi Khusus dan untuk memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, khusus tentang pemerintahan daerah. Serta yang ingin dicapai dari Penelitian ini adalah Untuk mengetahui kriteria daerah yang memperoleh Dana Alokasi Khusus sebagai dana perimbangan setiap tahunnya, Serta Untuk mengetahui pamanfaatan Dana Alokasi Khusus sebagai dana perimbangan dalam rangka Desentralisasi. II. ISI MAKALAH 2.1.Metode Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian hukum normatif. dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif,penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menguji atau membuktikan kebenaran suatu teori, tetapi teori yang ada dikembangkan dengan menggunakan data yang dikumpulkan. Dan adapun Pendekatan terhadap permasalahan dalam penulisan ini dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif, yaitu mengkaji permasalahan dari segi hukum yang sumbernya berasal dari peraturan perundang-undangan, teori hukum, doktrin dan pandanganpandangan hukum sebagai dasar acuannya. 2.2. Hasil Dan Pembahasan Dana alokasi khusus juga dijelaskan dalam pasal 38 sampai dengan pasal 42 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Puasat dan Daerah. Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan 3

khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. 2 Maka Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mancapai standar tententu atau untuk percepatan pembangunan daerah. Dasar hukum pelaksanaan Dana Alokasi Khusus di setiap daerah di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain Undang-Undang tersebut diatas dana perimbangan juga diatur dalam bentuk Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Pengalokasian Dana Alokasi Khusus untuk setiap daerah dilaksanakan berdasarkan Surat Edaran Dirjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keungan yang akan diberikan tiap tahun kepada setiap Kabupaten dan Kota yang akan menerima pengalokasian Dana Alokasi Khusus dari dana APBN. Sedangkan penetapan Dana Alokasi Khusus dan pedoman umum pengelolaannya dilaksanakan oleh masing-masing daerah berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang akan diberikan tiap Tahun Anggaran kepada masing-masing daerah. 3 III. Simpulan Dengan demikian berarti dapat disimpulkan: 1. Kriteria Daerah yang mendapatkan Dana Alokasi Khusus mengacu pada Pasal 40 Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. 2. Peraturan yang mempengaruhi pemanfaatan Dana Alokasi Khusus di suatu daerah adalah peraturan perundang-undangan, yakni Undang- 2 I Made Subawa, et al, 2005. Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD 1945. Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, Wawasan, Denpasar, h.124. 3 Ahmad Yani, 2004, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Indonesia. Cetakan ketujuh, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.39. 4

Undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. DAFTAR BACAAN Kusnardi, Mohdan Harmaily Ibrahim, 1988, Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Cetakan Ketujuh, Pusat Studi Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan CV. Sinar Bakti, Jakarta. Subawa, I Made, et.al, 2005, Hukum Tata Negara Pasca Perubahan UUD 1945, Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana, Wawasan, Denpasar. Yani, Ahmad, 2004, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Cetakan Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Undang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. 5