BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Filipina, Malaysia dan lainnya yang mengalami distorsi ekonomi yang

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan II Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Milly Puspasari, 2014 Analisis Deskriptif Usaha Batu Alam Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia. Dalam hal

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memiliki berbagai kebutuhan. Resesi dan depresi ekonomi, krisis nilai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN II TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN II-2017

Berita Resmi Statistik Provinsi Kalimantan Timur No.14/02/64 Th.XIX 1 Februari

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2016

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia terdapat 143 jenis bambu yang beranekaragam. manfaat kerna batangnya kuat, kerat dan elastis sehingga membuat bambu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan UMKM di Jawa Timur Priode Uraian

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara Triwulan III Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2016

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

BAB III DISKRIPSI LEMBAGA. A. Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten Karanganyar

Kewirausahaan. Kewirausahaan Dan Lingkungan. Ari Sulistyanto, S. Sos., M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2017

dapat di lihat dari 3 (tiga) jenis yaitu Industri Mikro dan Kecil, Menengah, dan Industri Besar dapat dilihat dalam

I. PENDAHULUAN. usaha pada tahun 2006 menjadi usaha pada tahun 2007 (Tabel 1).

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

yang lain antara lain toko modern/swalayan, SPBU, dan SPBE. Toko modern di Kabupaten Temanggung ada dalam tabel

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran.

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sering disebut sebagai salah

RENCANA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KOPERASI USAHA KECIL MENENGAH PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ,949,470,000

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peran yang sangat

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Potensi Industri 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk kerjasama regional diantara negara-negara yang ada

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

PEMERINTAH KOTA PARE PARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. berkembang tidak terkecuali di Indonesia. Pengangguran di Indonesia. merupakan pengangguran dalam skala yang wajar. Dalam negara maju,

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Potensi Industri Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. satu pilar kekuatan perekonomian suatu daerah. Hal ini disebabkan karena

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi : Potensi Industri di Kabupaten Garut Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Selain itu sektor industri juga merupakan salah satu sektor ekonomi

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian nasional, karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Dalam krisis ekonomi yang terjadi di negara kita sejak beberapa waktu yang lalu (tahun 1997), banyak Usaha Besar (UB) yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, namun UMKM terbukti dapat menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan semakin bertambahnya jumlah UMKM setiap tahunnya (2005-2011). Pada tahun 2005 jumlah unit UMKM sebanyak 47.017.062 unit (99,99 % dari total unit usaha yang ada di Indonesia), dan pada tahun 2006 dan seterusnya hingga tahun 2011 terus mengalami peningkatan, yaitu berturut-turut pada tahun 2006 sebanyak 49.021.803 unit (99,99 %), tahun 2007 sebanyak 50.145.800 unit (99,99 %), tahun 2008 sebanyak 51.409.612 unit (99,99 %), tahun 2009 sebanyak 52.764.603 unit (99,99 %), tahun 2010 sebanyak 53.823.732 unit (99,99 %), dan tahun 2011 naik menjadi 55.211.396 unit (99,99 %). Untuk lebih jelasnya, peningkatan jumlah UMKM setiap tahunnya (2005-2011) dapat dilihat pada Lampiran 1. Sedang Usaha Besar (UB) mengalami penurunan jumlah dari tahun 2005 hingga tahun 2007. Pada tahun 2005 jumlah UB sebanyak 5.022 unit (0,01% dari total unit usaha di Indonesia), tahun 2006 menurun menjadi 4.577 unit (0,01 %),

dan pada tahun 2007 kembali menurun menjadi 4.463 unit (0,01% dari total unit usaha di Indonesia). Pada tahun 2008-2011 jumlah UB mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut relatif rendah (kurang signifikan) karena jumlah UB masih tetap sebesar 0,01% juga dari total unit usaha yang ada di Indonesia. Berikut jumlah UB pada tahun 2008 meningkat menjadi sebanyak 4.650 unit (0,01% dari total unit usaha di Indonesia), tahun 2009 meningkat menjadi sebanyak 4.677 unit (0,01%), tahun 2010 meningkat menjadi 4.838 unit (0,01%), dan pada tahun 2011 juga mengalami peningkatan menjadi sebanyak 4.952 unit (0,01% dari total unit usaha di Indonesia). Untuk lebih jelasnya penurunan jumlah UB (2005-2008) dan peningkatan jumlah UB (2009-2011) dapat dilihat pada Lampiran 1. Seiring dengan peningkatan jumlah usaha UMKM (2005-2011), maka jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UMKM juga mengalami peningkatan setiap tahunnya (2005-2006). Pada tahun 2005 UMKM menyerap tenaga kerja sebanyak 83.586.616 jiwa (96,85% dari total tenaga kerja di Indonesia), kemudian pada tahun 2006 meningkat menjadi sebanyak 87,909.598 jiwa (97,30% dari total tenaga kerja di Indonesia) atau pangsanya meningkat sebesar 0,45% dari penyerapan tenaga kerja tahun 2005. Pada tahun 2007 penyerapan tenaga kerja UMKM mengalami penurunan yaitu menjadi sebanyak 90.491.930 jiwa (97,27%) atau pangsanya menurun sebesar 0,03 dari penyerapan tenaga kerja pada tahun 2006 (penurunan relatif rendah). Pada tahun 2008 penyerapan tenaga kerja UMKM juga masih mengalami penurunan yaitu menjadi sebanyak 94.024.278 (97,15% dari total tenaga kerja di Indonesia) atau menurun sebesar 0,12% dari penyerapan tenaga kerja pada Tahun 2007 (penurunan relatif rendah). Namun

penyerapan tenaga kerja UMKM pada tahun 2009-2011 mengalami peningkatan kembali setiap tahunnya, yaitu pada tahun 2009 pangsa tenaga kerja meningkat menjadi sebanyak 97,30% dari total tenaga kerja di Indonesia atau meningkat sebesar 0,15% dari pangsa penyerapan tenaga kerja pada tahun sebelumnya (2008) yaitu sebesar 97,15%. Tahun 2010 pangsa penyerapan tenaga kerja UMKM relatif sedikit menurun yaitu menjadi sebesar 97,22% dari total tenaga kerja di Indonesia (menurun sebasar 0,08% dari pangsa tenaga kerja 2009 sebesar 97,30%). Sedangkan pangsa penyerapan tenaga kerja UMKM pada tahun 2011 relatif meningkat kembali yaitu menjadi sebesar 97,24% dari total tenaga kerja di Indonesia (meningkat sebesar 0,02% dari pangsa penyerapan tenaga kerja tahun 2010. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Lampiran 1. Keberadaan UMKM tersebut menunjukkan bahwa UMKM berpotensi menjadi wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian nasional karena kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja sangat tinggi dibandingkan dengan Usaha Besar (UB). Dimana pangsa penyerapan tenaga kerja sejak tahun 2005-2011 berturut-turut : 3,15% dari total tenaga kerja di Indonesia (tahun 2005), 2,70% (tahun 2006), 2,73% (tahun 2007), 2,85% (tahun 2008), 2,70% (tahun 2009), 2,78% (tahun 2010) dan 2,76% (tahun 2011), lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Keberadaan UB tersebut menunjukkan bahwa kontribusi UB sangat rendah terhadap penyerapan tenaga kerja sehingga relatif kurang berpotensi sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dan penggerak dinamika perekonomian nasional. Peran UMKM relatif besar dalam pembangunan ekonomi nasional juga terlihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Atas Harga

Berlaku Indonesia yang relatif tinggi setiap tahunnya yaitu pangsanya melebihi 50% dari total PDB Atas Harga Berelaku Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap PDB Atas Harga Berlaku sejak tahun 2005-2011 tercatat berturut-turut sebesar 55,95% (2005), 58,49% (2006), 58,44% (2007), 58,35% (2008), 58,17% (2009), 57,12% (2010) dan 57,94% (2011). Demikian keberadaan UMKM di Indonesia sangat strategis dalam rangka peningkatan perekonomian nasional. Ketangguhan UMKM telah terbukti sebagai jaring pengaman perekonomian nasional, dimana ketika terjadi Krisis Ekonomi pada tahun 1997 sektor UMKM mampu bertahan dari kolabsnya ekonomi, sementara sub sektor Usaha Besar (UB) justru tumbang oleh krisis. Hal ini telah dibuktikan dengan data pada Lampiran 1 dan penjelasan di atas. Untuk itu, sub sektor UMKM sangatlah layak dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi nasional. Menurut Kuncoro (2007) UKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena: pertama, tidak memiliki utang luar negeri. Kedua, tidak banyak utang ke perbankan karena` mereka dianggap unbankable. Ketiga, menggunakan input lokal. Keempat, berorientasi ekspor. Menurut Kuncoro (2007) pengembangan industri kecil adalah cara yang dinilai besar peranannya dalam pengembangan industri. Pengembangan industri kecil akan membantu mengatasi masalah pengangguran mengingat teknologi yang digunakan adalah teknologi padat karya sehingga bisa memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha, yang pada gilirannya mendorong pembangunan daerah dan kawasan pedesaan.

Pemberdayaan UMKM menjadi sangat strategis karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Sektor formal sebagai sektor ekonomi yang mendapat bantuan dan perlindungan dari pemerintah dewasa ini dirasa kurang mampu memberi kesempatan kerja lebih banyak bagi angkatan kerja. Meskipun penyediaan kesempatan kerja oleh sektor formal terbuka untuk semua orang, namun dalam kenyataannya kesempatan kerja ini membutuhkan syarat-syarat pendidikan dan keterampilan khusus yang tidak dimiliki sebagian besar pencari kerja. Salah satu usaha kecil informal atau Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang banyak dijumpai di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara adalah usaha konveksi pakaian jadi yang memproduksi pakaian jadi seperti: kemeja sekolah putih, kemeja sehari-hari (warna) untuk anak-anak dan dewasa laki-laki, kemeja pramuka, kameja sekolah batik, rok dan celana seragam sekolah, rok dan celana pramuka, rok panjang sehari-hari dewasa, dan lain-lain. UMKM ini dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat serta sekaligus menjadi tumpuan pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Tabel berikut ini memperlihatkan UMKM yang terdapat di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 1.1. Jenis dan Jumlah UMKM di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 No. Jenis Usaha Jumlah (Unit) 1. Anyaman bamboo 68 2. Konveksi pakaian jadi 72 3. Tempe/tahu 14 4. Kerupuk/makanan ringan sejenisnya 75 5. Industri alas kaki 15 6. Furniture dari kayu 5 7. Furniture dari bamboo 10 8. Furniture dari rotan 2 9. Textil 2 10. Roti kering dan sejenisnya 18 11. Moulding bahan bangunan (kusen jendela,dll) 4 12. Kerajinan ijuk 2 13. Alat pemotong dari logam 3 14. Industri bahan bangunan (batako, batu bata) 10 15. Industri bordir/sulaman 20 16. Industri logam (jerjak, pagar, kanopi) 26 17. Barang perhiasan pribadi (cincin) 18 18. Percetakan 15 19. Industri makanan 2 20. Industri kemasan dan plastic 12 21. Kain tenun ikat 14 22. Industri alat-alat dapur 13 23. Aneka kue basah 2 24. Industri sabun 1 25. Industri kulit dan kulit buatan 2 26. Industri karoseri kenderaan 7 27 Industri buah-buahan dan sayuran 8 28. Anyaman dari tanaman (atap rumbia) 6 29. Industri dari semen 6 30. Industri alat-alat music 2 31. Industri gula merah 2 Sumber: Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian, Perdagangan Kota Binjai, 2012 Tabel 1.1 di atas memperlihatkan bahwa industri kecil konveksi pakaian jadi merupakan industri kecil terbanyak di Kota Binjai, yaitu sebanyak 72 unit. Industri kecil konveksi pakaian jadi ini didukung oleh para penjahit dan pekerja konveksi pakaian jadi yang berasal dari sekitar Kota Binjai dan luar Kota Binjai (perantauan dari Sumatera Barat yang memang banyak berprofesi sebagai tukang

jahit). Tukang jahit dan pekerja konveksi pakaian jadi tersebut terdiri dari pria, ibu rumah tangga, dan remaja wanita yang memanfaatkan waktu luangnya untuk menambah penghasilan keluarga. Pada umumnya mereka bertempat tinggal di lingkungan di sekitar industri kecil konveksi pakaian jadi tersebut. Industri kecil konveksi pakaian jadi ini banyak memanfaatkan tenaga kerja yang berasal dari lingkungan tetangga dan keluarga sendiri. Berikut jumlah pengusaha konveksi pakaian jadi berdasarkan Kecamatan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Tabel 1.2. Jumlah Pengusaha Konveksi Pakaian Jadi Berdasarkan Kecamatan di Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara No. Kecamatan Jumlah Pengusaha 1. Binjai Kota 13 2. Binjai Utara 36 3. Binjai Timur 13 4. Binjai Selatan 4 5. Binjai Barat 6 Sumber: Dinas Koperasi,UKM,dan Perindustrian, Perdagangan Kota Binjai, 2012 Usaha industri kecil konveksi pakaian jadi di kota Binjai menyebar di lima kecamatan di Kota Binjai, yaitu di Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Utara, Kecamatan Binjai Timur, Kecamatan Binjai Selatan, dan Kecamatan Binjai Barat, dan memiliki sentra produksi di Kecamatan Binjai Utara. Industri konveksi pakaian jadi di Kota Binjai dijalankan dalam skala kecil atau industri rumah tangga dan telah berkembang berpuluh tahun lamanya. Keberadaan industri kecil konveksi pakaian jadi ini mempunyai peranan bagi perekonomian Kota Binjai karena keberadaannya dalam penyerapan tenaga kerja. Kendati studi terhadap UMKM telah banyak dilakukan, namun tetap saja relevan untuk diteliti. Alasan logisnya adalah bahwa UMKM di berbagai daerah mempunyai karakteristik yang berbeda meskipun umumnya profil mereka sama.

Keberadaan industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai menarik perhatian penulis untuk diteliti dengan judul: Analisis Faktor-Faktor Internal yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja (Studi Kasus pada Industri Kecil Konveksi Pakaian Jadi di Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai). 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan permasalahan. Adapun permasalahan dimaksud adalah: 1. Apakah upah tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 2. Apakah produktivitas tenaga kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 3. Apakah modal kerja berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh upah tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.

2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh modal kerja terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri kecil konveksi pakaian jadi di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. 1.3.2. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat yang ingin mendirikan industri kecil konveksi pakaian jadi. 2. Memberikan masukan kepada para pengambil kebijakan terutama Pemerintah Kota Binjai dan Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian, Perdagangan Kota Binjai serta pihak lainnya dalam merumuskan langkah-langkah dan strategistrategi untuk pengembangan dan pembinaan industri kecil konveksi pakaian jadi di Kota Binjai. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang memerlukan dan berhubungan dengan permasalahan ini. 4. Merupakan tambahan ilmu bagi penulis