BAB I PENDAHULUAN I.1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) mengkritik bahwa akuntansi akrual

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN LABA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini laporan keuangan telah menjadi isu sentral, sebagai

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan zaman terus menuntut perusahaan untuk selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gambaran Umum Industri Properti dan Real Estate

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dengan baik khususnya di era globalisasi ini. Peluang yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Efek Jakarta. Pasar modal merupakan suatu pasar yang didalamnya terdapat

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan (agen dan pemilik). Dalam teori keagenan (agency theory) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian UU No 8 Tahun 1995,

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan laba rugi, menurut Financial Accounting Standard Board atau FASB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai kondisi kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibedakan menjadi dua yaitu pihak eksternal dan pihak internal.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya rasio manajemen utang (leverage) menunjukkan seberapa besar

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB I PENDAHULUAN. manajemen (Schipper dan Vincent, 2003). Menurut Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk berinvestasi, para investor terlebih dahulu memperhitungkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir ini, praktik manajemen laba menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan kinerja suatu perusahaan. Informasi mengenai posisi dan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi. Menurut IAI (2011) tujuan

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah informasi laba dalam laporan laba rugi (Ningsaptiti,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Di era bisnis yang berkembang seperti sekarang ini, harga saham suatu

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi sebagai bentuk pertanggungjawaban atas wewenang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan pada perusahaan untuk

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB I PENDAHULUAN. utama yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menggambarkan hubungan kontrak kerjasama antara

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terkandung di dalamnya tidak menampilkan informasi yang sebenarnya

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

RINGKASAN MATERI KULIAH EARNING MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. tambahan modal bagi perusahaan yang telah berada pada tahapan start up, karena

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian. informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja atau pertanggung jawaban manajemen perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

P, 2016 PENGARUH BONUS PLAN, DEBT COVENANT DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan (tuned) sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dapat menyembunyikan dan mengubah metode informasi dengan. mempermainkan besar kecilnya angka-angka yang ada pada laporan

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB I PENDAHULUAN. mekanisme transaksi saham yang fair. Namun transaksi saham yang fair sulit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagai pedoman bagi peneliti. Selain itu juga untuk menghindari adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PSAK No. 1 (revisi 2012), laporan keuangan adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Dalam kajian pustaka dan hipotesis akan dijelaskan mengenai Teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akuntansi berbasis akrual merupakan international best practice (praktik

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang masalah

ANALISIS PERBEDAAN PENGATURAN LABA (EARNINGS MANAGEMENT) PADA KONDISI LABA DAN RUGI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR GO PUBLIC DI INDONESIA

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Adanya globalisasi dan persaingan bebas menuntut setiap perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi agar dapat bertahan hidup, berkembang dan berdaya saing. Dengan semakin banyaknya pesaing tentu manajemen perusahan akan terus berupaya mencapai laba yang maksimal. Kehadiran motivasi dan peluang merupakan insentif bagi manajemen untuk mengelola laba. Manajemen akan termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan nilai atau keuntungan maksimal bagi perusahaan. Motivasi manajemen laba meliputi rencana bonus, debt covenant, dan biaya politik. Manajer termotivasi mengelola laba untuk mencapai target kinerja dan kompensasi bonus, meminimalkan kemungkinan pelanggaran perjanjian utang, dan meminimalkan biaya politik karena intervensi pemerintah dan parlemen. Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada para investor dan kreditor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasi dana mereka. Dalam hubungannya dengan kinerja, laporan keuangan sering dijadikan dasar untuk penilaian kinerja perusahaan. Salah satu jenis laporan keuangan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan untuk suatu periode tertentu adalah laporan laba rugi. Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi seringkali

dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas yang besar. Dalam hal ini arus kas mempunyai nilai lebih untuk menjamin kinerja perusahaan di masa mendatang. Arus kas (Cash Flow) menunjukkan hasil operasi yang dananya telah diterima tunai oleh perusahaan serta dibebani dengan beban yang bersifat tunai dan benar-benar sudah dikeluarkan oleh perusahaan. Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan perusahaan tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba. Fenomena yang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang menjadi pendorong timbulnya fenomena tersebut adalah manajemen laba. Beberapa faktor yang menjadi pendorong timbulnya manajemen laba adalah bonus plan, debt to equity dan political cost. Manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini, sedangkan pada perusahaan dengan rasio debt to equity besar, manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba, adapun political cost hypothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang kegiatan operasinya menyentuh sebagain besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan. Dalam laporan keuangan, manajemen akan melakukan pengungkapan yang seperlunya, hal ini dilakukan agar manajemen dapat mempraktekan

manajemen laba untuk mencapai tujuan tertentu. Jika manajemen melakukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan seminimum mungkin maka memberikan keleluasaan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Tindakan manajemen laba telah memunculkan beberapa kasus skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui, antara lain Enron, Merck, World Com dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat. Beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti PT. Lippo Tbk, PT. Kimia Farma Tbk, Bank BNI 1946 Tbk, PT. Great River International Tbk. Atas pertimbangan berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti pengaruh manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan dengan variabel-variabel lain yang berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi laporan keuangan. Bedasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul skripsi: PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP TINGKAT PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA I.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada berbagai macam faktor yang menjadi pendorong timbulnya fenomena manajemen laba dimana manajer cenderung menggunakan metode akuntansi untuk meningkatkan utilitas perusahaan maka penulis merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Bagaimana tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah terdapat pengaruh manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Mengetahui tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Mengetahui Pengaruh manajemen laba terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. I.4 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan memberikan gambaran secara nyata mengenai pengaruh manjemen laba terhadap tingkat pengungkapan informasi laporan keuangan, serta untuk menguji seberapa besar pengaruhnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen laba dalam pengungkapan laporan keuangan.

Bagi Peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih spesifik mengenai hal-hal yang berkaitan. I.5 Kerangka pemikiran Upaya manajemen untuk memaksimalkan laba telah dijadikan sebagai suatu target dalam proses penilaian prestasi usaha suatu departemen secara khusus (manajer) atau perusahaan (organisasi) secara umum. Adanya dorongan motivasi berupa pemberian insentif kepada manajemen telah membuat manajemen berupaya untuk menunjukan aktivitas atau kegiatan yang baik untuk mencapai target kinerja. Hal ini dapat mendorong manajemen untuk memilih dan menggunakan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba yang lebih baik bagi perusahaan, fenomena tersebut disebut manajemen laba. Scott (2003) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut : Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm. Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Scott (2003) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu. Fenomena manajemen laba telah menjadi faktor pendorong timbulnya berbagai macam tindakan manajemen laba. Manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini, sedangkan pada perusahaan dengan rasio debt to equity besar, manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba, adapun political cost hypothesis menjelaskan bahwa perusahaan yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan. Perilaku manajemen laba dapat dijelaskan melalui Positive Accounting Theory (PAT) dan Agency Theory. Dalam Gumanti (2000) dimana Positive Accounting Theory (PAT) menjelaskan bahwa manajemen memiliki insentif atau dorongan untuk dapat memaksimalkan kesejahteraannya. Agency Theory menurut Mursalin (2005) dalam Ujiyantho (2009) merupakan suatu modal kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan pertanggungjawaban atas pengambilan keputusan kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Dengan manajemen sebagai agent, maka manajemen bertanggungjawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) namun disisi lain manajemen juga memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraan mereka. Dengan dorongan tersebut maka manajemen cenderung mempraktikan manajemen laba untuk memenuhi kepentingan kesejahteraan mereka.

Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) adalah : a. The Bonus Plan Hypothesis Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini. Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah yang lebih tinggi untuk masa kini. Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey, manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan. b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang. c. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis) Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

Dasar akrual dipilih dalam penyusunan laporan keuangan karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, selain itu informasi laba perusahaan dan pengukuran komponennya berdasarkan akuntansi akrual secara umum memberikan indikasi lebih baik tentang kinerja ekonomi perusahaan daripada informasi yang dihasilkan dari aspek penerimaan dan pengeluaran kas terkini (FASB 1978), Dasar Akrual ini pun diatur PSAK (2007:1.4) paragraf 19 dimana Perusahaan harus menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Akuntansi akrual merupakan aturan yang tidak sempurna dan mengaburkan laporan keuangan yang bertujuan memberikan informasi aliran kas dan kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan kas. Kekaburan informasi ini diakibatkan akuntansi akrual yang ruwet dan rentan atas manipulasi. kelemahan akuntansi akrual menimbulkan peluang bagi manajer untuk mengimplementasikan strategi manajemen laba. Strategi ini dikategorikan menjadi pilihan kebijakan/metode akuntansi dan discretionary accruals (kebijakan pengestimasian akuntansi). Dalam laporan keuangan, manajemen akan melakukan pengungkapan yang seperlunya, hal ini dilakukan agar manajemen dapat mempraktekkan manajemen laba untuk mencapai tujuan tertentu. Jika manajemen melakukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan seminimum mungkin maka kondisi asimetri informasi akan terjadi sehingga memberikan keleluasaan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Dalam menganalisis hubungan antara manajemen laba dengan tingkat pengungkapan digunakan variabel-variabel moderasi yang berpengaruh pada manajemen laba dan tingkat pengungkapan. Manajemen laba memiliki hubungan

negatif dengan kinerja kini (current industry relative performance) dan memiliki hubungan positif dengan kinerja masa depan (future industry relative performance). Hal ini dikarenakan jika laba tahun berjalan lebih besar daripada tahun sebelumnya, maka manajemen akan menyimpan labanya untuk periode yang akan datang melalui negative discretionary accruals. Jika laba tahun depan diprediksi lebih besar daripada tahun berjalan maka manajemen akan menggeser laba masa mendatang ke masa kini melalui positive discretionary accruals. Total utang perusahaan (leverage) yang diukur melalui debt to equity ratio juga berpengaruh pada manajemen laba. Sejalan dengan hipotesis debt covenant, perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi termotivasi untuk melakukan manajemen laba agar terhindar dari pelanggaran perjanjian utang. Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga memungkinkan dilakukannya manajemen laba. Perusahaan besar juga menghadapi public demand atas informasi yang tinggi sehingga perusahaan harus mengungkapkan lebih banyak informasi. Kinerja perusahaan dapat diukur dari return kumulatif, semakin tinggi return yang diperoleh maka semakin banyak pula informasi yang diungkapkan untuk menarik perhatian investor. Tingkat likuiditas yang diukur melalui Current Ratio juga berpengaruh pada tingkat pengungkapan. Review penelitian sebelumnya diperoleh dari penelitian Aswin (2008) yang mengungkapkan terdapat hubungan negatif antara manajemen laba dengan tingkat pengungkapannya. Aswin menggunakan objek penelitian yakni 14 perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ-45. Pada penelitian yang kini dilakukan adalah dengan mengambil 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2008 dengan variable dependen pengungkapan laporan keuangan dan variable

independent manajemen laba. Konsep-konsep pemikiran di atas dijabarkan dalam alur kerangka pemikiran seperti terlihat pada Gambar 1.1 berikut : Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Manajemen laba terhadap pengungkapan laporan keuangan Perusahaan Manufaktur di BEI Menerbitkan Laporan Keuangan Fenomena Manajemen Laba Data Finansial Data Non Finansial Manajemen Laba Perhitungan Discretionary Accrual sebagai proxy Manajemen Laba DA + Manajemen Laba dengan Meningkatkan Laba DA + Manajemen Laba dengan Menurunkan Laba DA 0 Tidak Melakukan Manajemen Laba Pengungkapan Daftar Item Pengungkapan Sukarela Perhitungan Daftar Item Pengungkapan Sukarela Manajemen Laba Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut dan penelitian yang terdahulu, maka penulis merumuskan suatu hipotesis penelitian yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut : Manajemen laba memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. I.6 Metodologi Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari pihak eksternal. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi. Sumber data untuk penelitian ini laporan tahunan perusahaan diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara : 1. Penelitian Dokumentasi Penelitian dokumentasi berupa pengumpulan data laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan adalah dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik pembahasan untuk memperoleh dasar teoritis. Teknik pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana pengambilan perusahaan sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Dengan syarat populasi tersebut harus bersifat homogen dan memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Perusahaan termasuk dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dan tahun 2008 berturut-turut selama 2 periode 2. Perusahaan bergerak dalam bidang manufaktur karena perusahaan dalam satu jenis yaitu manufaktur cenderung memiliki karakteristik akrual yang hampir sama.

3. Perusahaan sampel memiliki informasi tanggal publikasi laporan keuangan untuk tahun bersangkutan dan mengeluarkan laporan tahunan periode bersangkutan yang telah diaudit dan dipublikasikan. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipublikasikan melalui situs internet yaitu www.idx.co.id dan lokasi yg digunakan untuk pengembalian data ini di Pojok Bursa Universitas Widyatama Jl. Cikutra No. 204A. waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan selesai.