BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian terdahulu yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena teori ini merupakan teori yang menjelaskan praktik manajemen laba dalam

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dalam mengelola suatu perusahaan telah lama dikenal suatu istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pihak yang menjalankan dan mengendalikan jalannya perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan produk akuntansi yang menyajikan data-data

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori keagenan muncul ketika pemilik perusahaan (principal) tidak mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Kompensasi Bonus, Leverage, Pajak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeluarkan untuk membiayai sumber pendanaan (source

BAB I PENDAHULUAN. disebut agency conflict disebabkan pihak-pihak yang terkait yaitu prinsipal

BAB I PENDAHULUAN. komprehensif untuk mengungkapkan (disclosure) semua fakta, baik transaksi

PENDAHULUAN Laba merupakan komponen yang penting dalam sebuah laporan keuangan. Laba dapat digunakan sebagai evaluasi bagi pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. karena laporan keuangan memperlihatkan kondisi perusahaan pada tahun bersangkutan. Laporan

BAB 2 LANDASAN TEORI Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tujuan untuk mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V SARAN DAN KESIMPULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengambil keputusan. Kewenangan ini akan membawa konsekuensi logis yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

akibatnya dapat menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan (rate of growth)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. manajer (agent) dengan pemilik perusahaan (principal) ( Jensen dan Meckling,

BAB II LANDASAN TEORI. Teori pensinyalan (signaling theory) mengasumsikan bahwa terdapat asimetri

Bab 2 Telaah Pustaka dan Pengembangan Model

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan dan menjalankan perusahaan, sehingga perusahaan. membutuhkan laporan keuangan sebagai pegangan untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Indikator pesatnya pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dilihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dengan pengendalian oleh agent

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba, karena perusahaan besar harus memenuhi ekspektasi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laba rugi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. principal dengan agent yaitu wewenangan yang diberikan principal kepada agent

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis menjadi pemicu yang kuat bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan adalah suatu industri yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah keuangan perusahaan dapat terjadi dengan berbagai penyebab,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perusahaan dicerminkan dari Laporan Keuangan yang telah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pada era globalisasi saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB I PENDAHULUAN. modalnya. Namun adanya praktik manajemen laba pada laporan keuangan. emiten dapat menurunkan kembali kepercayaan investor.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perusahaan kepada manajemen. harus bersaing dengan seluruh tenaga kerja di kawasan ASEAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen keuangan dalam sebuah perusahaan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan kinerja yang telah dilakukan. Dalam PSAK No 1 (Revisi 2012) menyebutkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ini adalah laba yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan membuat persaingan di dunia usaha semakin ketat. Pada era

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Standar Akuntansi Keuangan Nomor 1 Paragraf 05 adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan investasi. Selain itu, laba juga. dilakukan adalah manajemen laba.

BAB I PENDAHULUAN. iklim investasi. Emiten ramai-ramai mengalihkan portofolionya ke saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Landasan teori merupakan penjelasan mengenai definisi teori

SKRIPSI. Oleh : HARTAWAN HARI MAYASTO B

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal yang optimal sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari sebuah perusahaan, semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atas kepentingan mereka sendiri dan agen (manajer perusahaan) a) Pemegang saham dengan manajer.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, akan tetapi bagi investor. perusahaan atau investor bertujuan untuk mendapatkan return dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pengelolaan pada manajer. Pengelolaan asset yang telah dipercayakan kapada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai aliran kas bebas atau free cash flow. free cash flow didistribusikan untuk menjalankan proyek-proyek yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Oktober 2015 menjelaskan bahwa saat ekonomi Indonesia melemah properti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1 Landasan Teori Untuk mencapai sasaran studi diperlukan landasan teori sebagai dasar dalam melakukan penelitian. II.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut teori keagenan Jensen and Meckling (1976) dalam Made (2007:246), menyatakan bahwa teori keagenen mendeskripsikan pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Untuk itu manajemen diberikan sebagai kekuasaan untuk membuat keputusan yang tebaik bagi kepentingan pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen wajib mempertanggungjawabkan semua upayanya terhadap pemegang saham. Agen dalam hal ini ialah manajer, diangkat oleh pemegang saham (principal/shareholder) diharapkan dapat bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, tetapi ternyata terdapat perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak yang menyebabkan terjadinya konflik keagenan. Salah satu penyebab terjadinya konflik keagenan dikarenakan ketika keputusan yang diambil manajer cenderung bertindak melindungi dan memenuhi kepentingan mereka terlebih dahulu daripada memenuhi kepentingan pemilik, seperti meningkatkan status dan gaji sehingga tidak lagi sesuai dengan tujuan perusahaan (memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham ). 1

Oleh karena itu, maka diperlukan adanya suatu sistem pengawasan yang menimbulkan biaya yang disebut agency cost, antara lain monitoring cost, bonding cost, dan residual loss. Salah sata cara yang dilakukan untuk menghindari perbedaan kepentingan antara agen dan principal atau pihak lain yang menggunakan laporan keuangan perusahaan adalah ketika manajer melakukan upaya manajemen laba. II.1.2 Manajemen Laba Manajemen laba adalah kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajer dengan maksud mencapai tujuan khusus, Scott (2006) dalam Tresnaningsih (2008:32 ). Menurut Watt dan Zimmerman (1986) dalam Rahmawati, Yacob, dan Nurul (2007:71), terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya earnings management, sebagaimana tertera pada halaman berikut : 1) Bonus Plan Hypothesis Manajemen memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. 2) Debt Covenant Hypothesis Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan eksternal. 2

3) Political cost hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang merupakan laba. Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan dan lain-lain. Menurut Scott (2006) menggunakan bentuk earnings management yang dilakukan oleh manajer antara lain : 1) Taking a bath Bentuk ini dilakukan ketika keadaan buruk yang tidak menguntungkan tidak bisa dihindari dari periode berjalan, dengan cara mengakui biaya pada periode yang akan datang dan kerugiaan pada periode berjalan. 2) Income Minimazation Bentuk ini dilakukan ketika pada saat perusahaan memperoleh profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil bisa berupa pembebanan pengeluaran iklan, riset dan pengembangan yang cepat dan sebagainya. Cara ini mirip dengan taking a bath tetapi tidak terlalu ekstrim. 3) Income Maximazation Memaksimalkan laba agar memperoleh bonus yang besar. Hal ini juga terjadi pada perusahaan yang mendekati suatu pelanggaran kontrak hutang jangka panjang, manajer perusahaan tersebut cenderung untuk memaksimalkan laba. 3

4) Income Smoothing Merupakan bentuk earnings management yang paling sering dilakukan dan lebih dikenal. Melalui income smoothing manajer menaikkan atau menurunkan laba untuk mengurangi flkuktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil dan beresiko tinggi. Menurut Beneish (2001) dalam Meutia (2004), terdapat tiga pendekatan yang biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya praktek manajemen laba, antara lain: 1) Pendekatan yang mengkaji akrual agrerat dan menggunakan model regresi untuk menghitung akrual yang diharapkan dan yang tidak diharapkan. 2) Pendekatan yang menekankan pada akrual spesifik seperti cadangan utang ragu-ragu, atau akrual pada sektor yang spesifik seperti tuntutan kerugian pada industri asuransi. 3) Pendekatan yang mengkaji ketidaksinambungan dalam pendistribusian pendapatan. Dari ketiga pendekatan ini yang pertama lebih banyak digunakan untuk mengetahui adanya manajemen laba dalan suatu perusahaan. II.1.3 Penelitian Terdahulu Setiadi (2009:458) melakukan penelitian berjudul Manajemen Laba Dengan Motivasi Pajak Pada Badan Usaha Manufaktur di Indonesia. Dari penelitian tersebut, hasilnya adalah adanya indikasi income decreasing earning management melalui akrual diskresioner. 4

Muhammad Na im Amali (2009:82) melakukan penelitian berjudul Analisis Kemampuan Deferred Tax Expenses dalam Mendeteksi Earnings Management pada Wajib Pajak Emiten Yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa. Dari hasil penelitian tersebut adalah adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan earnings management untuk menghindari kerugian. Tresnaningsih (2008:46) melakukan penelitian berjudul Manajemen Laba pada Perusahaan dengan Permasalahn Free Cash Flow dan Peran Moderasi dari Monitoring Eksternal. Hasilnya menunjukkan perusahaan yang memiliki free cash flow yang tinggi disertai dengan kesempatan pertumbuhan yang rendah atau High Flow Low Growth (HFLG) lebih cenderung melakukan akrual diskresioner yang meningkatkan laba. Welvin I Guna dan Aeleen Herawaty (2010:65) melakukan penelitian berjudul Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya terhadap Manajemen Laba. Dari penelitian tersebut, hasilnya adalah leverage, kualitas audit dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba. 5

Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No Nama Judul Penelitian Variabel Independen 1 Setiadi Alin Manajemen Laba Size, Debt (2009) dengan Motivasi Pajak pada Badan Usaha Manufaktur di Indonesia 2 Muhammad Na im Analisis deferred tax Amali Kemampuan expenses, (2009) Deferred Tax total akrual Expenses dalam Mendeteksi Earnings Management pada 3 Tresnaningsih (2008) 4 Welvin I Guna dan Aeleen Herawat (2010) Wajib Pajak Emiten yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Perusahaan Masuk Bursa Manajemen Laba pada Perusahaan dengan Permasalahan Free Cash Flow dan Peran Moderasi dari Monitoring Eksternal Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kulitas Audit, dan Faktor lainnya Terhadap Manajemen Laba perusahaan, kapitalisasi pasar perusahaan, ROA, sales growth, Kualitas auditor Kualitas Auditor, DEBT, Komisaris Independen, Free Cash Flow, Size GCG, Independens i Auditor, Kualitas Audit Variabel Dependen Manajeme n Laba Manajeme n laba Manajeme n laba Manajeme n laba Hasil Penelitian Adanya indikasi income decreasing earning management melalui akrual diskresioner Adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan earnings management untuk menghindari kerugian. Menunjukkan perusahaan yang memiliki Free cash flow yang tinggi disertai dengan kesempatan pertumbuhan (HFLG) lebih cenderung melakukan akrual diskresioner yang meningkatkan laba Leverage, kualitas audit dan profitabilitas berpengaruh terhadap manajemen laba 6

II.2 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis Pengembangan hipotesis adalah suatu pernyataan yang belum terbukti mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih yang dibuat berdasarkan kerangka teori atau model analisis. Terdapat satu variabel dependen dalam penelitian ini yaitu manajemen laba, dan lima variabel independen yang terdiri dari free cash flow, tingkat utang, kualitas audit, size, dan profitabilitas. II.2.1 Pengaruh Free Cash Flow Terhadap Discretionary Accrual Sesuai dengan hipotesis free cash flow yang dikembangkan oleh Jensen (1986), berbagai studi empiris telah menemukan adanya hubungan antara free cash flow, over investment dan penurunan kinerja. Dari studi tersebut, ditemukan bahwa perusahaan yang memiliki kelebihan kas atau free cash flow cenderung melakukan investasi yang berlebihan, bahkan ketika perusahaan menghadapi kesempatan investasi yang rendah. Peneliti ini juga mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki kas yang berlebih cenderung melakukan akuisisi yang akan diikuti oleh penurunan kinerja operasi. Li juga menemukan bahwa kinerja operasi perusahaan di masa yang akan datang lebih rendah pada perusahaan yang melakukan pengeluaran investasi dan hubungan negatif ini semakin kuat ketika terdapat free cash flow yang berlimpah. Selanjutnya, penurunan kinerja atau penurunan laba akan menyebabkan penurunan tingkat pengembalian saham, yang mungkin akan memicu pemegang saham untuk mengganti CEO dan senior eksekutif lain. Selain itu, melaporkan penurunan laba juga akan menyebabkan beban yang tinggi dalam bertransaksi dengan stakeholders. Oleh karenanya, dalam upaya untuk mencegah melaporkan penurunan laba, manajer akan termotivasi untuk melakukan manajemen laba. 7

Jensen (1986) dalam Tresnaningsih (2008) menyatakan bahwa permasalahan dalam free cash flow terutama muncul pada perusahaan-perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang rendah, karena mereka menghadapi kesulitan memperoleh proyek investasi yang memiliki net present value yang positif. Akibatnya, perusahan dengan free cash flow yang tinggi dan kesempatan pertumbuhan yang rendah, lebih cenderung melakukan investasi pada proyek-proyek dengan net present value negatif. Sedangkan untuk perusahaan dengan kesempatan pertumnuhan yang tinggi, adanya free cash flow tidak terlalu menimbulkan persoalan adverse selection, karena tersedia banyak proyek investasi dengan net present value positif, Myers (1077) dalam Tresnaningsih (2008). Berdasarkan hipotesis free cash flow dari Jensen (1986) dari berbagai temuan tersebut, maka diekspektasi adanya hubungan negatif dan signifikan antara high flow dengan akrual diskresioner yang meningkatkan laba. Untuk itu dihipotesiskan : : Free cash flow tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual. : Free cash flow berpengaruh terhadap discretionary accrual. II.2.2 Pengaruh Kualitas Auditor Mempengaruhi Discretionary Accrual Auditor eksternal bertugas untuk memeriksa laporan keuangan, sehingga memberi jaminan kepada stakeholders bahwa laporan keuangan telah menggambarkan secara akurat dan konservatif kinerja dan kekayaan bersih perusahaan. Oleh karenanya auditor yang independen berperan sebagai mekanisme monitoring eksternal yang akan menghambat aktivitas pelaporan manajemen yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Secara umum, berbagai riset terdahulu menyatakan bahwa auditor lebih menghambat akrual diskresioner yang meningkatkan laba dari pada yang menurunkan laba. Hal ini mungkin disebabkan persepsi auditor bahwa litigasi mungkin terjadi ketika laba dinyatakan 8

lebih tinggi. Penelitian terdahulu juga menemukan bahwa auditor cenderung menhambat akrual diskresioner yang meninggalkan laba. Berbagai riset terdahulu juga menemukan bahwa auditor yang berkualitas, yang di proksi dengan auditor big 4, akan lebih menghambat. Hal ini disebabkan auditor yang berkualitas tinggi diekspektasi memiliki tenaga profesional yang lebih terlatih, yang dapat mengembangkan pengujian yang efektif untuk mendeteksi manajemen laba. Auditor yang berkualitas lebih tinggi juga memiliki banyak kepentingan reputasi, sehingga cenderung lebih konservatif. Chung et al, menemukan bahwa auditor big 4 berpengaruh mengurangi akrual diskresioner, namun pengaruhnya akan lebih kuat pada perusahaan klien dengan High Flow Low Growth (HFLG). Hal ini disebabkan auditor yang berkualitas tinggi juga akan lebih mampu untuk mengenali adanya persoalan keagenan yang ditimbulkan dari perushaan yang memiliki HFLG sehingga auditor yang berkualitas tinggi akan lebih berhati-hati dalam mengevaluasi akrual. Temuan pelanggaran mengukur kualitas auditor berkaitan dengan pengetahuan dan kemampuan auditor. Sedangkan pelaporan pelanggaran tergantung kepada dorongan auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut. Dorongan ini akan tergantung kepada independensi yang dimiliki oleh auditor tersebut. Kualitas auditor bukanlah merupakan suatu yang dapat langsung di amati. Persepsi terhadap kualitas auditor selalu berkaitan dengan nama auditor. Dalam hal ini nama baik perusahaan merupakan gambaran yang paling penting. Baik secara teori maupun empiris, kualitas auditor seingkali diukur dengan menggunakan ukuran kantor akuntan publik (Meutia 2004). Berdasarkan hal tersebut, dapat diekspektasi bahwa auditor yang berkualitas lebih tinggi akan lebih berhati-hati dan lebih membatasi pengguna akrual diskresioner pada perusahaan HFLG, dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Untuk ini hipotesis yang kedua adalah: 9

: Kualitas auditor tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual. : Kualitas Auditor berpengaruh terhadap discretionary accrual. II.2.3 Pengaruh Tingkat Utang Terhadap Discretionary Accrual Jensen menyatakan bahwa problem ke agenan dari free cash flow antara manajer dan pemilik dapat dikurangi dengan keberadaan utang. Hal ini terjadi karena dengan berutang yang menghendaki pembayaran bunga, maka berarti manajer terikat oleh janji untuk membayarkan arus kas di masa yang akan datang. Selain itu, tingkat utang yang tinggi juga berarti ada monitoring eksternal yang lebih ketat dari bank atau kreditor lain. Sebagaimana dibuktikan secara empiris oleh Maloney et al, Becker et al, dan Chung et al. Juga menemukan bahwa semakin tinggi utang, semakin kecil manajemen laba, karena semakin ketat monitoring yang dilakukan oleh kreditur. Utang yang tinggi, menyebabkan kreditur lebih ketat memonitor, sehingga akan lebih mengenali adanya permasalahan free cash flow. Selanjutnya kreditur mungkin akan lebih ketat memonitor, sehingga akan lebih memperketat debt convenant yang terkait dengan pengeluaran modal. Dengan demikian manajer akan sulit untuk berinvestasi pada proyekproyek dengan net present value negatif, sehingga motif melakukan akrual diskresioner yang meningkatkan laba menjadi lebih lemah (Tresnaningsih 2008) Oleh karena itu, diekpektasi bahwa adanya utang yang tinggi akan mengurangi motif manajemen untuk melakukan akrual diskresioner yang meningkatkan laba pada perusahaan HFLG. Untuk itu hipotesis yang ketiga adalah: : Tingkat utang tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual. : Tingkat utang berpengaruh terhadap discetionary accrual. 10

II.2.4 Pengarus Size Terhadap Discretionary Accrual Ukuran perusahaan dapat diukur dengan menggunakan dari total aset yang dimiliki perusahaan, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar. Semakin besar total aset, jumlah penjualan, dan kapitalisasi pasar maka ukuran perusahaan juga semakin besar. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Pada penelitian ini, ukuran perusahaan menggunakan nilai logaritma total penjualan perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan mencerminkan besar kecilnya perusahaan dalam melakukan strategi ekspansinya. Perusahaan besar relatif mudah untuk akses ke pasar modal. Kemudahan ini mengindikasikan bahwa perusahaan besar relatif mudah memenuhi sumber dana yang dibutuhkan melalui pasar modal sehingga menarik perhatian investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut dan memungkinkan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Semakin besar penjualan menunjukkan semakin banyak perputaran uang. Hal ini mempermudah pihak manajemen dalam mengendalikan perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, ukuran perusahaan tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap akrual diskresioner. Untuk itu hipotesis ke-empat adalah : : Size tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual. : Size berpengaruh terhadap discretionary accrual. 11

II.2.5 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Discretionary Accrual Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Pada penelitian ini, peneliti akan mengukur faktor profitabilitas menggunakan rasio return on asset (ROA). Semakin tinggi nilai ROA berarti tingkat profitabilitas perusahaan semakin baik, hal ini dikarenakan dapat menghasilkan perubahan penghasilan yang lebih besar dengan sejumlah aset tertentu Gitman (2009). ROA membandingkan pendapatan dengan total aset dan dapat di interprestasikan dalam dua cara. Cara pertama dengan mengukur kemampuan manajemen dan efisiensi dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (operasional). Cara kedua dengan melaporkan total yang diperoleh untuk semua modal ( utang dan ekuitas), tergantung pada sumber modal ( White 2003). Rasio profitabilitas perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba sesudah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Untuk itu hipotesis ke lima adalah : : Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap discretionary accrual. : Profitabilitas berpengaruh terhadap discretionary accrual. 12

II.3 Kerangka Penelitian Teoritis dan Perumusan Hipotesis Yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar II.1 Ikhtisar Kerangka Pemikiran Teoritis Free Cash Flow Kualitas Auditor Tingkat Hutang Discretionary Accrual Size Profitabilitas Variabel Bebas Variabel Terikat 13