BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 250 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jenis tanah latosol. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan antara lain benih padi hibrida SL 8 SHS, biji gulma E. crus-galli, pupuk urea, SP-36, dan KCl. Biji E. crus-galli diperoleh dari 3 tempat ketinggian yang berbeda, yaitu Aksesi Karawang pada ketinggian 36 m dpl (07 o 07.789 S 107 o 33.749 E), Aksesi Sukabumi pada ketinggian 600 m dpl (06 o 50.479 S 106 o 49.292 E) dan Aksesi Pangalengan pada ketinggian 1 025 m dpl (06 o 17.690 S 107 o 20.320 E). Alat yang digunakan antara lain GPS, oven, neraca dan saprotan. Metode Penelitian Percobaan menggunakan rancangan petak terbagi (split-plot design) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Petak utama terdiri atas tiga aksesi gulma E. crus-galli yaitu Karawang, Sukabumi, dan Pangalengan. Anak petak terdiri atas populasi E. crus-galli, yaitu 0, 4, 8, dan 12 gulma E. crusgalli per m 2. Dengan demikian terdapat 36 satuan percobaan, setiap satuan percobaan berupa petakan berukuran 4 m x 5 m. Model aditif linier yang digunakan pada penelitian ini adalah : Keterangan : : respon perlakuan : nilai tengah umum
8 : Pengaruh ulangan ke-i, dengan i : 1, 2, dan 3 : Pengaruh aksesi gulma ke-j, dengan j : 1, 2, dan 3 : pengaruh interaksi ulangan ke-i dan aksesi gulma ke-j : pengaruh populasi gulma ke-k, dengan k : 1, 2, 3, dan 4 : pengaruh interaksi aksesi gulma ke-j dan populasi ke-k : galat percobaan Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F). Apabila hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata, analisis dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan percobaan dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut : 1. Persiapan lahan Lahan sawah diolah dalam dua kali pengolahan lahan. Tahap pertama tanah diolah dengan pembajakan secara membujur dan melintang 2 minggu sebelum tanam, kemudian pembuatan petakan dengan ukuran 4 m x 5 m sebanyak 36 petak satuan percobaan. Tahap kedua adalah pengolahan dan perataan lahan per petak percobaan dengan cangkul 1 minggu sebelum tanam. 2. Persemaian Benih padi hibrida disemaikan pada lahan semai basah dengan ukuran lahan semai 1.2 m x 5 m sebanyak 3 kg yang sebelumnya telah direndam selama 48 jam dan ditiriskan selama 24 jam. Benih E. crus-galli direndam selama 24 jam dengan air hangat dan ditiriskan dalam keadaan lembab selama 24 jam, kemudian disemai pada bedengan ukuran 0.5 m x 5 m. Benih padi hibrida dan gulma E. cruss-galli disemai selama 2 minggu tanpa pemupukan. 3. Penanaman padi hibrida Bibit padi hasil penyemaian ditanam secara berlajur dengan 2-3 batang bibit per lubang tanam dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. 4. Penanaman E. crus-galli Bibit E. crus-galli hasil penyemaian ditanam sesuai dengan perlakuan, yaitu taraf populasi 0, 4, 8 dan 12 bibit E. crus-galli per m 2. Pada perlakuan taraf
9 populasi 4 bibit E. crus-galli dalam satu petakan terdapat 80 bibit E. crus-galli dan 320 tanaman padi. Keterangan: : Padi hibrida x : E. crus-galli 0 E. crus-galli per m 2 4 E. crus-galli per m 2 8 E. crus-galli per m 2 12 E. crus-galli per m 2 Gambar 1. Perlakuan gulma E. crus-galli per m 2 pada pertanaman padi 5. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman padi meliputi pengendalian gulma, pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian gulma dilakukan pada saat 3 dan 6 MST dengan penyiangan gulma secara manual pada setiap petak perlakuan untuk gulma selain E. crus-galli. Pengendalian gulma jenis E. crus-galli dilakukan secara manual sesuai dengan perlakuan. Pemupukan pertama pada 0 MST yaitu dengan dosis 100 kg/ha Urea, 100 kg/ha SP-18, dan 80 kg/ha KCl. Pemupukan kedua pada umur 4 MST dengan dosis 100 kg Urea/ha. Pemupukan ketiga pada saat terbentuknya primordia bunga atau pada umur 8 MST yaitu dengan dosis 100 kg/ha Urea, dan 20 kg/ha KCl. Pengairan dilakukan dengan menjaga ketinggian air tetap 5 cm dari permukaan tanah sejak 2 MST sampai masa drainase, dua minggu sebelum panen. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian hama burung dengan cara membuat jaring perangkap mulai pada 10 MST, sedangkan pengendalian hama penggerek batang dengan penyemprotan pestisida prevathon pada 4 dan 6 MST.
10 6. Pemanenan Panen padi hibrida dilakukan pada umur 115 HSS atau 96 HST. Kriteria padi yang dipanen adalah padi yang telah matang penuh dengan ciri-ciri ± 75% biji dalam semua malai matang. Tanaman padi dipotong dengan menggunakan sabit dan selanjutnya malai dirontokkan dengan mesin perontok bulir padi. Pemanenan dikelompokkan berdasarkan panen per rumpun dan ubinan untuk setiap satuan percobaan. Panen per rumpun dilakukan dengan pemanenan rumpun tanaman contoh yaitu sebanyak 3 rumpun contoh, sedangkan panen ubinan yaitu dengan pemanenan petak perlakuan dengan luas 2.5 m x 2.5 m. Pengamatan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Padi Hibrida 1. Tinggi tanaman Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan meteran dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi. Pengamatan pada 10 tanaman contoh yang diambil secara acak setiap minggu dari 2-8 MST. 2. Jumlah anakan Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah anakan pada 10 rumpun tanaman contoh dari 2-8 MST. 3. Jumlah daun Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah daun pada 10 rumpun tanaman contoh dari 2-8 MST. 4. Bobot kering akar dan tajuk Bobot kering akar dan tajuk diperoleh dengan cara menimbang akar dan tajuk tanaman yang telah dioven pada suhu 105 o C selama 24 jam atau dimana kadar air akar adalah nol. Pengambilan contoh dilakukan secara destruktif saat 2, 4, 6, dan 8 MST serta saat panen pada 3 tanaman yang diambil secara acak per petak. 5. Indeks luas daun Pengamatan indeks luas daun dilakukan dengan penggunaan metode gravimetri. Setiap petak diambil sebanyak 3 rumpun secara acak. Pengambilan contoh dilakukan pada 8 MST.
11 Hasil dan Komponen Hasil Tanaman Padi Hibrida 1. Jumlah anakan produktif Pengamatan dilakukan saat panen dengan menghitung jumlah anakan produktif per rumpun pada 10 tanaman contoh per petak. 2. Panjang malai Pengamatan dilakukan saat panen dengan mengukur panjang malai pada 3 contoh malai per petak. 3. Jumlah bulir per malai Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah biji per malai pada 3 contoh malai per petak. 4. Bobot gabah kering panen dan giling (GKP dan GKG) Pengamatan GKP dan GKG dilakukan per rumpun dan ubinan. Bobot gabah kering panen diukur pada saat panen tanpa pengeringan, dan bobot gabah kering giling diukur setelah pengeringan hingga padi siap giling. Kadar air acuan yaitu GKG pada kontrol sebesar 14%. 5. Bobot 1 000 butir gabah Bobot 1 000 butir padi diukur dari 1 000 butir GKG. Pengambilan contoh secara acak dari sampel ubinan per petak percobaan. 6. Persentase biji isi/malai dan biji hampa/malai Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah bulir gabah isi dan hampa, dan per 3 contoh malai.