LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

.PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 18 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ZAKAT KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 65 TAHUN 2017 SERI E.60 BUPATI CIREBON

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH WALIKOTA BANDA ACEH,

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2011 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

NOMOR 23 TAHUN Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Tahun 1945;

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

KABUPATEN CIANJUR NOMOR 01 TAHUN 2O1O TENTANG BUPATI CIANJUR,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH, SERTA HARTA AGAMA LAINNYA

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2013 TENT ANG

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA BAITUL MAL KABUPATEN BIREUEN

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PEDOMAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG LAZISMU

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH DAN HARTA AGAMA LAINNYA

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan aktifitas dan efisiensi yang produktif bagi pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial ; b. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi masyrakat banyak dengan memperhatikan yang kurang mampu ; c. bahwa upaya penyempurnaan sistem pengelolaan zakat, infaq dan shadaqah, perlu terus ditingkatkan agar pelaksanaan labih berhasil guna dan berdaya guna serta dapat dipertanggungjawabkan ; d. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, b dan c, maka dipandang perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4579) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274) ; 2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274) ; 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ; 5. Peraturan

- 2-5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang ; 3. Bupati adalah Bupati Tangerang ; 4. Kepala Kantor Departemen Agama adalah Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Tangerang ; 5. Camat adalah camat yang berada di dalam wilayah Kabupaten Tangerang ; 6. Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan adalah Kepala Kantor Urusan Agama yang ada di Kecamatan-kecamatan dalam wilayah Kabupaten Tangerang ; 7. Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah yang selanjutnya disebut BAZIS adalah satu-satunya organisasi pengelola zakat infaq dan shadaqah yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang terdiri dari unsur masyarakat dan Pemerintah Daerah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan Agama Islam ; 8. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZIS disemua tingkatan dengan tugas untuk melayani Muzakki yang menyerahkan Zakat, Infaq dan Shadaqahnya ; 9. Pengelolaan Zakat Infaq dan Shadaqah adalah kegiatan, perencanaan, pengorganisasian pendistribusian, pendayagunaan dan pengawasan Zakat, Infaq dan Shadaqah ; 10. Zakat adalah Harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama islam, untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya ; 11. Infaq..

- 3-11. Infaq dan Shadaqah adalah harta yang dikeluarkan oleh orang atau badan di luar zakat untuk kemaslahatan umum ; 12. Muzakki adalah orang muslim atau badan yang dimiliki orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat ; 13. Munfiq adalah orang atau badan yang mengeluarkan Infaq ; 14. Mushaddiq adalah orang atau badan yang mengeluarkan shadaqah ; 15. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima Zakat, Infaq dan Shadaqah ; 16. Badan Pelaksana BAZIS adalah lembaga pelaksana pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah ; 17. Dewan Pertimbangan BAZIS adalah lembaga yang memberikan pertimbangan kepada Badan Pelaksana BAZIS ; 18. Komisi Pengawas BAZIS adalah lembaga yang melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas administrasi dan teknis pengumpulan, pendistribusian pendayagunaan zakat infaq dan shadaqah serta penelitian dan pengembangan pengelolaan Zakat Infaq dan Shadaqah ; 19. Hibah adalah pemberian yang diberikan oleh seseorang atau oleh badan yang dilaksanakan pada waktu orang itu masih hidup kepada BAZIS ; 20. Wasiat adalah pesan untuk memberikan suatu barang kepada BAZIS, pesan itu baru dilaksanakan sesudah pemberi wasiat itu meninggal dunia ; 21. Waris adalah harta peninggalan seorang muslim yang meninggal dunia (Tirkah) yang diserahkan kepada BAZIS berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku ; 22. Kafarat adalah denda wajib yang dibayar kepada BAZIS oleh orang yang melanggar ketentuan agama islam; 23. Barang adalah semua kekayaan orang atau badan yang dimiliki atau dikuasai yang berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak beserta bagian-bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai, dihitung diukur atau ditimbang termasuk hewan ternak dan tumbuhtumbuhan kecuali uang atau surat berharga lainnya. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah dimaksudkan untuk memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada Muzakki, Munfiq, Mushodiq, Mustahiq dan Amil Zakat. Pasal

- 4 - Pasal 3 Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah bertujuan untuk : a. Meningaktkan pelayanan bagi maasyarakat dalam menunaikan Zakat, Infaq dan Shadaqah sesuai dengan tuntutan agama. b. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. c. Meningkatkan hasil guna dan dayaguna Zakat, Infaq dan Shadaqah. BAB III SUBYEK DAN OBYEK ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Pasal 4 (1) Subyek Zakat adalah kewajiban bagi setiap umat yang beragama Islam dan mampu atau Badan Milik Orang Islam. (2) Subyek Infaq dan Shadaqah adalah orang atau Badan yang mempunyai kepedulian terhadap masalah sosial. (3) Obyek Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah adalah Zakat, Infaq dan Shadaqah yang diberikan atau dipungut dari Muzakki, Munfiq atau Mushaddiq sesuai dengan ketentuan Agama Islam. BAB IV ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Pasal 5 (1) Pengelolaan Zakat, Infaq dan Shadaqah dilakukan oleh BAZIS yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah. (2) Pembentukan BAZIS sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan sebagai berikut : a. Untuk tingkat Kabupaten oleh Bupati atas usulan Kepala Kantor Departemen Agama. b. Untuk tingkat Kecamatan oleh Camat atas usul Kepala Kantor Urusan Agama Kecamatan. (3) BAZIS pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif. (4) Pengurus BAZIS terdiri atas unsur masyarakat dan Pemerintah yang memiliki persyaratan sebagai berikut : a. Taqwa ; b. Dipercaya ; c. Profesional. (5) Organisasi BAZIS terdiri atas unsur Dewan Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana. Pasal

- 5 - Pasal 6 BaZIS sebagaimana dimaksud Pasal 5 mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan Zakat, Infaq dan Shadaqah sesuai dengan Ketentuan Agama Islam. Pasal 7 (1) Dalam melaksanakan tugasnya BaZIS bertanggungjawab kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan tingkatannya. (2) BaZIS sesuai dengan tingkatannya dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Pasal 8 Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BaZIS ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB V PENGUMPULAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Pasal 9 (1) Zakat terdiri atas : a. Zakat Mal ; b. Zakat Fitrah. (2) Harta yang dikenai Zakat adalah : a. Emas, Perak dan Uang ; b. Perdagangan dan Perusahaan ; c. Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan ; d. Hasil pertambangan ; e. Hasil peternakan ; f. Hasil pendapatan dan jasa/zakat Profesi ; g. Rikaz. (3) Perhitungan Zakat Mal menurut Nishab Haolnya (kadar dan waktunya) berdasarkan ketentuan Agama Islam. Pasal 10 (1) Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah dilakukan oleh BAZIS dengan cara menerima atau mengambil dari muzaki, munfiq atau mushoddiq atas dasar pemberitahuan muzaki, munfiq atau mushaddiq. (2) BaZIS dapat bekerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Swasta. Pasal 11 BaZIS dapat menerima harta selain Zakat, Infaq dan Shadaqah, seperti Hibah, Waris, Wasiat dan Kafarat. Pasal

- 6 - Pasal 12 (1) Muzaki melakukan penghitungan sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya berdasarkan ketentuan Agama Islam. (2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud ayat (1) muzaki dapat meminta bantuan kepada BaZIS. (3) Zakat yang telah dibayarkan kepada BaZIS dikurangkan dari laba/ pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 13 Lingkup kewenangan Pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah oleh BaZIS diatur dengan Keputusan Bupati. BAB VI PENDAYAGUNAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH Pasal 14 (1) Hasil pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan Agama Islam. (2) Pendayagunaan hasil pengumpulan Zakat, Infaq dan Shadaqah berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan kemaslahatan umat. (3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud ayat (2) atas persetujuan Dewan Pertimbangan. Pasal 15 Hasil penerimaan Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat sebagaimana dimaksud Pasal 11, didayagunakan untuk kemaslahatan umat. BAB VII PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas BaZIS dilakukan oleh unsur Pengawas sebagaimana dimaksud Pasal 5 ayat (5). (2) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota. (3) Unsur pengawas berkedudukan di tingkat Kabupaten. (4) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan BaZIS, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan publik. Pasal.

- 7 - Pasal 17 BaZIS memberikan laporan tahunan pelaksanaan tugasnya kepada Pemerintah sesuai dengan tingkatannnya. Pasal 18 Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pengawasan BaZIS. BAB VIII BIAYA OPERASIONAL Pasal 19 Untuk menunjang pelaksanaan tugas BaZIS, biaya operasional BaZIS dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tangerang. BAB IX SANKSI Pasal 20 (1) Setiap Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah yang karena kelalaiannya tidak mencatat atau mencatat dengan tidak benar harta Zakat, Infaq dan Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat sebagaimana dimaksud Pasal 6, 10 dan Pasal 11, diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) diatas, merupakan pelanggaran. (3) Setiap petugas BaZIS yang melakukan tindak pidana kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 21 Dalam upaya mengumpulkan Zakat, Infaq dan Shadaqah, Bupati berdasarkan kewenangannya dapat menentukan sanksi sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 22 Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak diberlakukannya Peraturan Daerah ini, setiap Organisasi Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah yang telah ada, wajib menyesuaikan menurut ketentuan Peraturan Daerah ini. BAB.

- 8 - BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati. Pasal 24 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 28 Juni 2004 BUPATI TANGERANG ttd H. ISMET ISKANDAR Diundangkan di Tigaraksa pada tanggal 8 Juli 2004 SEKRETARIS DAERAH ttd H. NANANG KOMARA LEMBARAN DAERAH TAHUN 2004 NOMOR 24

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG I. UMUM Penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan pendidikan merupakan kewajiban kita bersama, yang juga diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya antara lain dengan menggali, menghimpun serta memanfaatkan dana melalui Zakat. Zakat merupakan rukun Islam ketiga, kewajiban bagi setiap umat yang mampu, diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Dengan pengelolaan yang baik, Zakat merupakan sumber dana yang potensial dan dapat dimanfaatkan guna menanggulangi masalah sosial (kemiskinan, pengangguran, dan pendidikan). Pengelolaan Zakat yang dikelola oleh orang-orang yang Taqwa, dipercaya dan profesional serta bertanggung jawab, yang dilakukan oleh masyarakat bersama Pemerintah. Tujuan pengelolaan Zakat adalah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan dan dalam pelayanan ibadah Zakat, meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial serta meningkatkan hasil guna dan daya guna Zakat. Peraturan Daerah tentang pengelolaan Zakat juga mencakup pengelolaan Infaq, Shadaqah, Hibah, Wasiat, Waris dan Kafarat dengan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan agar menjadi pedoman bagi Muzaki dan Mustahiq. Untuk menjamin pengelolaan Zakat sebagai amanah, dalam Peraturan Daerah ini ditentukan adanya Dewan Pertimbangan dan Komisi Pengawas yang terdiri dari unsur Ulama, masyarakat dan Pemerintah serta adanya sangsi hukum terhadap pengelola maupun terhadap wajib Zakat. Dengan adanya Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Zakat diharapkan akan menjadi payung organisasi Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah sekaligus dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat Muzaki yang dalam menunaikan Zakat sesuai dengan ketentuan agama, membantu program Pemerintah dalam rangka menyelesaikan masalah sosial. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d Pasal 3 Pasal..

- 2 - Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 ayat (1) Yang dimaksud dengan Umat adalah semua Umat Islam baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. Yang dimaksud dengan mampu adalah mampu berdasarkan ketentuan agama. ayat (2) dan (3) Pasal 5 ayat (1) s/d ayat (5) Pasal 6 Pasal 7 ayat (1) Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Tingkat Kabupaten Bertanggung Jawab kepada Bupati dan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Tingkat Kecamatan bertanggung jawab pada camat. ayat (2) Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Tingkat Kabupaten dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ) pada Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah, BUMD dan Perusahaan Swasta yang berkedudukan di Ibu Kota kabupaten. Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Kecamatan dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat pada Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah, BUMD dan Perusahaan Swasta di Wilayah Kecamatan dan juga membentuk Unit Pengumpul Zakat di tiap Desa. Pasal 8 Pasal.

- 3 - Pasal 9 ayat (1) Zakat Mal adalah bagian harta yang dititipkan oleh orang Muslim atau Badan yang dimiliki oleh orang Muslim sesuai dengan ketentuan Agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada Hari Raya Idul Fitri. ayat (2) ayat (3) Nishab adalah jumlah minimal harta kekayaan yang wajib dikeluarkan Zakatnya. Kadar Zakat adalah besarnya perhitungan atau prosentase Zakat yang harus dikeluarkan. Waktu Zakat dapat terdiri atas haul atau masa pemilikan harta kekayaan selama dua belas bulan Tahun Qomariah, panen atau pada saat menemukan Rikaz. Pasal 10 ayat (1) Dalam melaksanakan tugasnya Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah bersikap proaktif melalui kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi. ayat (2) Yang dimaksud dengan bekerjasama dengan Instansi Pemerintah dan Swasta dalam pengumpulan Zakat adalah memberikan kewenangan kepada Instansi tersebut untuk mengumpulkan Zakat melalui Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) yang ada berdasarkan persetujuan Muzaki, yang kemudian diserahkan kepada Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah. Pasal 11 Pasal 12 ayat (1) ayat (2) ayat (3)

- 4 - ayat (3) Pengurangan Zakat dari laba/pendapatan sisa kena pajak, dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena beban ganda, yakni kewajiban membayar Zakat dan pajak, kesadaran membayar Zakat dapat memacu kesadaran membayar pajak. Pasal 13 Pasal 14 ayat (1) ayat (2) Mustahiq dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak Yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesantren, anak terlantar dan korban bencana alam. ayat (3) Pasal 15 Pasal 16 ayat (1) s/d ayat (4) Pasal 17 Pasal 18 Peran serta masyarakat dapat berbentuk : a. Memperoleh informasi tentang pengelolaan Zakat; b. Menyampaikan saran dan pendapat; c. Memberikan laporan atas terjadinya penyimpangan pengelolaan Zakat. Pasal 19 Pasal

- 5 - Pasal 20 ayat (1), (2) dan (3) Pasal 21 Bupati sebagai Pimpinan Pemerintahan dapat memberikan sangsi terhadap Muzaki, yang disesuaikan dengan kedudukan Muzaki tersebut, apakah Muzaki tersebut sebagai PNS, Pengusaha atau sebagai masyarakat biasa. Pasal 22 s/d Pasal 24 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 2404