ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 91-98, 2014 ISSN

BAB II KERANGKA TEORI

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

PENGARUH PENDINGINAN CAIRAN RADIATOR COOLANT (RC) AHM TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN SMAW PADA PLAT BAJA ST 37

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH HEAT TREATMENT

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut adalah dengan mendekatkan elektroda las ke benda kerja pada jarak beberapa

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

Studi Karakteristik Hasil Pengelasan MIG Pada Material Aluminium 5083

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada prosesnya dilakukan pada bulan Juli Tahun 2011 sampai. 2. BLK Disnaker Kota Bandar Lampung.

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN VARIASI DIAMETER ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STAINLESS STEEL AISI 304

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kekuatan Tarik Dan Kekerasan Sambungan Las Baja ST 37 Dengan Menggunakan Variasi Elektroda

PENGARUH RIGI-RIGI AYUNAN TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST 41 MENGGUNAKAN TEGANGAN 70 A DENGAN ELEKTRODA Rb. 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VARIASI ARUS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING PADA HASIL PENGELASAN SM490

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

proses welding ( pengelasan )

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

PENGARUH VARIASI MEDIA PENDINGIN HASIL SAMBUNGAN LAS BAJA PADUAN TERHADAP NILAI KETANGGUHAN. Abstract

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

Transkripsi:

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW Yassyir Maulana Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan MAB Jl. Adhyaksa No.2 Kayutangi Banjarmasin Email : yasir_industri@yahoo.co.id ABSTRAK Proses pendinginan dilakukan terhadap hasil pengelasan baja ST 37, menggunakan media pendingin air kelapa, air garam serta oli bekas. Proses ini berguna untuk memperbaiki kekuatan tarik dari hasil pengelasan ST 37 tanpa mengubah komposisi kimia secara menyeluruh. Proses ini mencakup pengelasan dan di ikuti oleh pendinginan dengan kecepatan tertentu untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan, dari proses pendinginan tersebut didapatkan nilai kekuatan tarik yang berbeda-beda antara media pendingin yang digunakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh variasi air pendingin terhadap kekuatan tarik benda. Dari hasil penelitian di ketahui bahwa semua benda hasil pengelasan yang sudah didinginkan di uji nilai kekuatan tariknya, masing- masing media pendingin mempunyai nilai kekuaran tarik berbeda. Dari 3 media pendingin yang digunakan dapat terlihat, bahwa media pendingin yang bagus adalah media pendingin oli bekas, ini terlihat dari rata-rata kekuatan tarik nya yaitu 53,415 kg/mm 2. Sedangkan untuk media pendingin yang menghasilkan kekuatan tarik terandah adalah media pendingin air kelapa dengan rata-rata pengujian tariknya adalah 49,764 kg/mm 2 Kata Kunci:Pengelasan, Media Pendingin, Pengujian Tarik. PENDAHULUAN Metode pengelasan saat ini digunakan secara luas di dalam kehidupan manusia dari yang sederhana sampai yang rumit, misalnya tralis-tralis dan pagarpagar besi, pembuatan tempat piring, lemari besi, kontruksi mesin dan lain-lain. Luasnya penggunaan teknologi las ini disebabkan karena sambungan menjadi ringan dengan proses yang lebih sederhana, sehingga biaya yang dibutuhkan menjadi lebih murah. Keunggulan ini menyebabkan sambungan las digunakan sebagai pengganti sambungan paku keling dan baut dalam struktur dan rancangan mesin. Metode pengelasan seperti juga yang terjadi dalam bidang lain mengalami kemajuan yang didorong oleh peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Norman (DIN). Sambungan las merupakan ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair [4]. Salah satu cara untuk memperbaiki sifat dan mekanis suatu bahan ialah melalui perlakuan panas ( Heat Treatment). dengan proses pendinginan air garam, oli bekas dan air kelapa dimana setelah proses pengelasan baja ST 37 langsung didinginkan Dalam penelitian ini penulis melakukan analisis terhadap media pendingin yang paling optimal dari proses perlakuan panas terhadap hasil pengelasan 1

baja ST 37. Dengan tiga macam media pendingin diharapkan akan memberikan data atau informasi sehingga kekuatan tarik dari Baja ST 37 menjadi lebih kuat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi media pendingin air terhadap kekuatan tarik pasca pengelasan. Pengelasan Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dll. Disamping untuk konstruksi las juga dapat untuk mengelas cacat logam pada hasil pengecoran logam, mempertebal yang aus [4]. Secara sederhana dapat diartikan bahwa pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam baik menggunakan bahan tambah maupun tidak dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas. Shielded Metal Arc Welding (SMAW) Las SMAW merupakan proses las busur manual dimana panas pengelasan dihasilkan oleh busur listrik antara elektroda terumpan berpelindung flux dengan benda kerja [2]. Keuntungan dari las SMAW adalah jenis las yang paling sederhana dan paling serba guna, karena mudah dalam mengangkut peralatan dan perlengkapannya. Hal tersebut membuat proses pengelasan SMAW mempunyai aplikasi refinery piping hingga pipeline, dan bahkan pengelasan untuk dibawah laut, guna untuk memperbaiki lokasi yang bisa terjangkau oleh sebatang elektroda. Sambungan-sambungan pada daerah dimana pandangan mata terbatas masih bisa dilas dengan cara membengkokkan elektroda. Kelemahan dari las SMAW adalah proses pengelasan ini mempunyai karakteristik dimana laju pengisiannya lebih rendah dibandingkan proses pengelasan GTAW. Panjang elektroda tetap dan pengelasan mesti dihentikan setelah sebatang elektroda habis, puntug elektroda terbuang dan waktu juga terbuang untuk mengganti-ganti elektroda yang baru. Terak (slag) yang terbentuk harus dihilangkan dari lapisan las yang sebelumnya. Arus Pengelasan Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar dari mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang ada pada mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan diameter elektroda yang di gunakan dalam pengelasan. Penggunaan arus yang terlalu kecil akan mengakibatkan penembusan atau penetrasi las yang rendah, sedangkan arus yang terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik las yang terlalu lebar dan deformasi dalam pengelasan. Tabel 1. Hubungan Diameter Elektroda dengan Arus Listrik Diameter Elektroda (mm) Arus (Ampere) 2,5 60-90 2,6 60-90 3,2 80-130 4,0 150-190 5,0 180-250 Elektroda Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan kawat las (Elektroda) yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu logam di lapisi oleh lapisan yang terbuat dari campuran zat kimia, selain berfungsi sebagai pembangkit, elektroda juga sebagai bahan tambah. Elektroda terdiri dari dua jenis bagian yaitu bagian yang bersalut ( fluks) dan tidak bersalut yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las. Fungsi fluks atau lapisan elektroda dalam las adalah untuk melindungi logam cair 2

dari lingkungan udara menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur, sumber unsur paduan. Pendinginan (Cooling). Untuk proses hardening kita melakukan pendinginan secara cepat dengan menggunakan media udara, air garam dan oli bekas. Tujuanya adalah untuk mendapatkan struktur martensite, semakin banyak unsur karbon, maka struktur martensite yang terbentuk juga akan semakin banyak. Pengujian Tarik Uji tarik adalah pemberian gaya atau tegangan tarik kepada material denganmaksud untuk mengetahui atau mendeteksi kekuatan dari suatu material. Tegangan tarik yang digunakan adalah tegangan aktual eksternal atau perpanjangan sumbu benda uji [3]. Uji tarik dilakuan dengan cara penarikan uji dengan gaya tarik secara terusmenerus, sehingga bahan (perpajangannya) terus menerus meningkat dan teratur sampai putus, dengan tujuan menentukan nilai tarik. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan dalam pembebanan tarik, garis gaya harus berhimpit dengan garis sumbu bahan sehingga pembebanan terjadi beban tarik lurus. Tetapi jika gaya tarik sudut berhimpit maka yang terjadi adalah gaya lentur. Dimana : σ = Tegangan (N/mm 2 ) F = Gaya (N) A = Luas Penampang (mm 2 ) (1) Regangan yang dipergunakan pada kurva diperoleh dengan cara membagi perpanjangan panjang ukur dengan panjang awal. Persamaannya yaitu : (2) Dimana : ε = Regangan (%) Lo = Panjang Awal (mm) Lf = Panjang Akhir (mm) Pada pengujian tarik, gaya tarik yang diberikan secara perlahan-lahan dimulai dari nol dan berhenti pada tegangan maksimum ( Maximum Stress) dari logam yang bersangkutan. Maksimum Stress merupakan batas kemampuan maksimum material mengalami gaya tarik dari luar hingga mengalami fracture (patah), sedangkan Yield Stress merupakan batas kemampuan maksimum material untuk mengalami pertambahan panjang (melar) sebelum material tersebut mengalami fracture mengikuti hukum Hooke. Parameter-parameter yang digunakan untuk menggambarkan kurva tegangan-regangan logam yaitu: a. Kekuatan tarik b. Kekuatan luluh c. Perpanjangan. Baja ST37 Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon oleh karena itu baja karbon di kelompokan berdasarkan kadar karbonnya. Baja dengan kadar karbon kurang dari 0,3% disebut baja karbon rendah, baja dengan kadar karbon 0,3%- 0,6% disebut dengan baja karbon sedang dan baja dengan kadar karon 0,6%-1,5% disebut dengan baja karbon tinggi [1]. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan a. Alat Uji Peralatan penelitian berupa sarana peralatan yang digunakan dalam pembuatan spesimen maupun pengambilan data. Alat-alat yang digunakan antara lain : 1. Alat uji tarik : Mesin uji tarik 2. Alat perlakuan panas : Tang penjepit, wadah berisi air 3

garam, air kelapa, dan oli 3. Alat spesimen : Mesin gerinda potong, mesin las, mesin gerinda tangan, mesin Bubut, jangka sorong b. Bahan dan Metode Penelitian ini menggunakan baja karbon rendah sebagai bahan penelitian. Adapun bahan yang digunakan untuk penelitian yaitu : 1. Baja yang digunakan St. 37 dengan diameter 15 mm. 2. Elektroda las yang digunakan RB 2,6 (E 6013) dengan diameter 3,2 mm 3. Arus yang digunakan adalah 80 A dengan posisi pengelasan datar 4. Sambungan yang digunakan adalah tipe sambungan kampuh dengan kemiringan sudut kampuh 30 0. 5. Media pendingin yang digunakan pada perlakuan hardening adalah air garam, air kelapa, dan oli bekas. c. Dimensi Benda Uji Berikut adalah gambar dimensi uji tarik yang menggunakan standar yang sudah ditentukan oleh Lab. Uji bahan Politeknik Negeri Banjarmasin. Gambar 1. Ukuran Spesimen Uji Benda uji Lc = Panjang Spesimen + 60 toleransi Lm = Panjang gagang 66 Lt = Panjang Keseluruhan 148 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Tarik Hasil Pengujian Tarik dari media pendingin air kelapa, air garam dan oli bekas didapat nilai sebagaimana table berikut Tabel 2. Hasil Pengujian Tarik Dengan Media Pendingin Air Kelapa, Air Garam Dan Oli Bekas Sumber : Data Primer Keterangan : D = Diameter Uji Standar Spesimen (mm) L o = Panjang Uji Standar Spesimen (mm) ΔL = Pertambahan Panjang (mm) ε = Regangan (%) F = Gaya Tarik (N) σ t = Tegangan Tarik (Kg/mm 2 ) Y = Yield (mulur/luluh) Mak = Maksimum Keterangan Dimensi (mm) d = diameter benda uji 10 D = diameter gagang 15 benda uji R = Radius 5 n = lebar radius 4,4 Lo = Panjang Spesimen 50 4

Kurva Hasil Pengujian Tarik Gambar 2. Kurva Tegangan Regangan Pengujian Tarik Media Pendingin Air Garam Gambar 4. Kurva Tegangan Regangan Pengujian Tarik Media Pendingin Oli Bekas Grafik Perbandingan Hasil Pengujian Tarik Kekuatan Tarik (Kg/mm 2 ) Hasil Pengujian Tarik Media Pendingin Air Garam 100 50 47.346 57.446 0 Benda Uji 1 Benda Uji 2 Gambar 5. Grafik Uji Tarik Pengelasan Dengan Media Pendingin Air Garam Gambar 3. Kurva Tegangan Regangan Pengujian Tarik Media Pendingin Air Kelapa Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam Diagram 5 di atas menunjukkan kekuatan tarik material baja ST 37 pasca pengelasan dengan menggunakan media pendingin air garam adalah sebagai berikut : 5

Benda Uji 1 Pertambahan Panjang : 1 mm Regangan : 2 % Gaya Tarik Yield : 12000 N Gaya Tarik Mak : 36100 N Tegangan Tarik Yield : 15,738 Kg/mm 2 Tegangan Tarik Mak : 47.346 Kg/mm 2 Benda Uji 2 Pertambahan Panjang : 2 mm Regangan : 4 % Gaya Tarik Yield : 12000 N Gaya Tarik Mak : 43100 N Tegangan Tarik Yield : 15,994 Kg/mm 2 Tegangan Tarik Mak : 57,446 Kg/mm 2 Kekuatan Tarik (Kg/mm 2 ) Hasil Pengujian Tarik Media Pendingin Air Kelapa 56 54 52 50 48 55.87 50.958 Benda Uji 1 Benda Uji 2 Gambar 6. Grafik Uji Tarik Pengelasan Dengan Media Pendingin Air Kelapa Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam Diagram 6 di atas menunjukkan kekuatan tarik material baja ST 37 pasca pengelasan dengan menggunakan media pendingin air kelapa adalah sebagai berikut : Benda uji 1 Diameter Benda Uji Panjang Uji Standart Pertambahan Panjang : 10 mm : 50 mm : 2 mm Regangan : 4 % Gaya Tarik Yield : 11200 N Gaya Tarik Mak : 34300 N Tegangan Tarik Yield : 14,748 Kg/mm 2 Tegangan Tarik Mak : 45.166 Kg/mm 2 Benda Uji 2 Pertambahan Panjang : 2 mm Regangan : 4 % Gaya Tarik Yield : 11200 N Gaya Tarik Mak : 41200 N Tegangan Tarik Yield : 14,912 g/mm 2 Tegangan Tarik Mak : 54,362 Kg/mm 2 Kekuatan Tarik (Kg/mm 2 ) Hasil Pengujian Tarik Media Pendingin Oli Bekas 60 55 50 45 55.870 50.958 Benda Uji 1 Benda Uji 2 Gambar 7. Grafik Uji Tarik Pengelasan Dengan Media Pendingin Oli Bekas Berdasarkan pada hasil pengujian kekuatan tarik yang digambarkan dalam Diagram 7 di atas menunjukkan kekuatan tarik material baja ST 37 pasca pengelasan dengan menggunakan media pendingin oli bekas adalah sebagai berikut : Benda uji 1 Pertambahan Panjang : 3 mm Regangan : 6 % Gaya Tarik Yield : 11000 N Gaya Tarik Mak : 42600 N Tegangan Tarik Yield : 14,427 Kg/mm 2 Tegangan Tarik Mak : 55.870 Kg/mm 2 6

Benda Uji 2 Pertambahan Panjang : 4 mm Regangan : 8 % Gaya Tarik Yield : 11000 N Gaya Tarik Mak : 38000 N Tegangan Tarik Yield : 14,751 Kg/mm 2 Tegangan Tarik Mak : 50,958 Kg/mm 2 Pembahasan Proses pendinginan dilakukan terhadap hasil pengelasan baja ST 37, menggunakan media pendingin air kelapa, air garam serta oli bekas. Proses ini berguna untuk memperbaiki kekuatan tarik dari hasil pengelasan ST 37 tanpa mengubah komposisi kimia secara menyeluruh. Dari 3 media pendingin yang digunakan dapat terlihat, bahwa media pendingin yang bagus adalah media pendingin oli bekas, ini terlihat dari ratarata kekuatan tariknya yaitu 53,415 kg/mm 2. Sedangkan untuk media pendingin yang menghasilkan kekuatan tarik terandah adalah media pendingin air kelapa dengan rata-rata pengujian tariknya adalah 49,764 kg/mm 2 Grafik perbandingan hasil pengujian tarik hasil pengelasan dengan berbagai variasi media pendingin dapat dilihat pada gambar berikut. Kekuatan Tarik (kg/mm2) Perbandingan Kekuatan Tarik 54 52 50 48 52.396 Air Garam 49.764 Air Kelapa 53.158 Oli Bekas Media Pendingin Rata-rata Pada uji tarik hasil pengelasan dengan menggunakan berbagai jenis media pendingin didapatkan nilai kekuatan tarik rata-ratanya yakni : Dengan menggunakan media pendingin air garam didapatkan ratarata nilai kekuatan tariknya yakni 52.396 kg/mm 2, dengan menggunakan media pendingin air kelapa didapatkan nilai rata-rata kekuatan tariknya yaitu 49.764 kg/mm 2, sedangkan untuk media pendingin oli bekas didapatkan nilai rata-rata kekuatan tariknya yaitu 53.158 kg/mm 2. Kekuatan tarik yang paling tinggi yakni pada media pendingin oli bekas dengan nilai kekuatan tarik rata-rata adalah 53.158 kg/mm2. Penggunaan Oli bekas ini sebagai media pendingin akan menyebabkan timbulnya selaput karbon pada spesimen tergantung pada besarnya viskositas. Atas dasar tujuan untuk memperbaiki sifat baja tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan proses hardening pada baja karbon akan meningkatkan kekerasanya. Dengan meningkatnya kekerasan, maka efeknya terhadap kekuatan adalah sebagai berikut : 1. Kekuatan impact (impact strength) akan turun karena dengan meningkatnya kekerasan, maka tegangan dalamnya akan meningkat. 2. Kekuatan tarik (tensile sterngth) akan meningkat. Hal ini disebabkan karena pada pengujian tarik beban yang bekerja adalah secara aksial yang berlawanan dengan arah dari tegangan dalam, sehingga dengan naiknya kekerasan akan meningkatkan kekuatan tarik dari suatu material. Gambar 8. Grafik Perbandingan Pengujian Tarik 7

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai kekuatan tarik dengan menggunakan media pendingin air garam yaitu: a. Untuk benda uji 1 didapatkan hasil adalah 47.346 kg/mm 2 b. Untuk benda uji 2 didapatkan hasil adalah 57.446 kg/mm 2 c. Rata-rata kekuatan Tarik adalah 52.396 kg/mm 2 2. Nilai kekuatan tarik dengan menggunakan media pendingin air kelapa yaitu : a. Untuk benda uji 1 didapatkan hasil adalah 45.166 kg/mm 2 b. Untuk benda uji 2 didapatkan hasil adalah 54.362 kg/mm 2 c. Rata-rata kekuatan Tarik adalah 49.764 kg/mm 2 3. Nilai kekuatan tarik dengan menggunakan media pendingin oli bekas yaitu : a. Untuk benda uji 1 didapatkan hasil adalah 55.870 kg/mm 2 b. Untuk benda uji 2 didapatkan hasil adalah 50.958 kg/mm 2 c. Rata-rata kekuatan Tarik adalah 53.158 kg/mm 2 4. Untuk nilai kekuatan tarik tertinggi yaitu dengan menggunakan media pendingin oli bekas dengan nilai ratarata kekuatan tariknya adalah 53.158 kg/mm 2 [4] Wiryosumarto, Harsono dan Okumura, T, Teknologi pengelasan Logam, Jakarta: pradnya paramita, 1996 REFERENSI [1] Amanto, H. dan Daryanto, Ilmu Bahan, Jakarta, Bumi Aksara, 1999 [2] Edriandi, Teknik pengelasan. PT. Chevron Pasific Indonesia, 2004 [3] Robert. D.S, Jan S, Rudy P, Pemodelan Pengujian Tarik Untuk Menganalisis Sifat Mekanik Material, E-Journal Unsrat, Manado, 2013 8