BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dengan adanya telekomunikasi, orang bisa saling bertukar

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT SANGATTA-TOWALE

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

2

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi. Jaringan ini tentunya harus memiliki bandwidth yang lebar,

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini internet tidak hanya digunakan sebagai media bertukar

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

media transmisi backbone sebagai bagian dari sistem yang handal.

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

BAB IV HASIL KELAYAKAN PERANCANGAN JARINGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BAB I PENDAHULUAN.

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 14 November 2016 s/d 18 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. kebutuhan informasi suara, data (multimedia), dan video. Pada layanan

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

SATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I.1 Pertumbuhan Produksi Tahunan Industri Mikro dan Kecil YoY menurut Provinsi,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Pasal II. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 2014 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SHARIF C.

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI WILAYAH PERMATA BUAH BATU II, BANDUNG

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

Grafik 1 Jumlah Laporan Masyarakat Berdasarkan Cara Penyampaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2012, No

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 September 2016 s/d 29 September 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 29 Oktober 2016 s/d 02 November 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi, bidang telekomunikasi ikut berkembang dengan meningkatnya berbagai kebutuhan masyarakat. Kemajuan dalam teknologi informasi juga ikut berkembang sangat pesat baik informasi suara maupun data. Fasilitas layanan yang bermacam-macam menuntut tingkat pelayanan yang maksimal dengan mengutamakan ketepatan dan kecepatan pengiriman informasi. Mengamati hal tersebut pemerintah dan beberapa penyedia layanan komunikasi bersama-sama membangun suatu mega proyek yang disebut Palapa Ring. Jaringan inilah yang akan menghubungkan seluruh daerah di Indonesia, sehingga diharapkan daerah-daerah yang sulit dijangkau dapat memperoleh informasi dengan cepat. Diharapkan pula agar permasalahan kesenjangan digital dapat diatasi dengan keberadaan Palapa Ring. Dengan begitu, selanjutnya jaringan Palapa Ring akan mendukung kebijakan pemerintah dalam penyediaan komunikasi dan informasi yang lebih efektif. Rencana pemerintah menyebutkan bahwa Palapa Ring merupakan jaringan serat optik pita lebar yang berbentuk cincin yang mengitari tujuh pulau yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua yang secara fisik mengelilingi Indonesia baik melewati dasar laut maupun melewati daratan. Hingga saat ini, perencanaan tersebut mengalami perkembangan hingga membentuk lebih dari 11 ring besar. Kecepatan transmisi serat optik sendiri sangat tinggi sehingga sangat baik digunakan sebagai saluran komunikasi. Dari pandangan tersebut diharapkan proyek ini mampu menyediakan layanan komunikasi dari voice hingga broadband sampai seluruh kota/kabupaten, sehingga akan terjadi efisiensi investasi yang akan mendorong tarif telekomunikasi semakin murah, terjadi percepatan pembangunan dalam sektor komunikasi khususnya di kawasan Indonesia Timur dan kawasan Indonesia Barat, serta akan mendorong pertumbuhan penyelenggara jasa telekomunikasi dan jasanya serta keberadaan aplikasi seperti distance learning, telemedicine, e-goverment, dan aplikasi lainnya. Keberadaan backbone optik sendiri sudah tampak pada wilayah Indonesia bagian barat, sedangakan untuk kawasan Indonesia tengah dan kawasan Indonesia timur banyak pembangunan backbone optik yang masih dalam proses perancangan dan persiapan. Padahal perkembangan telekomunikasi sangat bergantung pada proyek Palapa Ring karena semua

sektor industri akan berdasarkan pada teknologi telekomunikasi, banyak bisnis industri yang bergantung pada kesiapan infrastruktur ini. Misalnya saja industri perbankan. Dengan Palapa Ring, keterjangkauan komunikasi dan informasi di wilayah-wilayah pedalaman akan sangat terjamin sehingga pemerataan teknologi informasi sangatlah dibutuhkan. Saat ini, proyek Palapa Ring sudah berhasil membangun beberapa ring besar di kawasan Indonesia. Ring 1 meliputi kawasan Aceh dan Sumatera Utara. Ring 2 meliputi Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Ring 3 menghubungkan Batam, Pontianak, DKI Jakarta dan Bangka Belitung. Ring 4 menghubungkan DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur. Ring 5 meliputi Jawa Barat dan Jawa Timur sedangkan ring 6 meliputi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ring 7 menghubungkan Jawa Timur, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan. Ring 8 menghubungkan Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Ring 9 meliputi kawasan Jawa Timur dan Bali, serta ring 10 menghubungkan Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Ternate. Ring 11 akan mengubungkan Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Proyek Palapa Ring yang sudah terbangun sempurna meliputi ring 1 sampai dengan ring 9, sedangkan pada ring 10 dan ring 11 link yang terbangun belum melewati seluruh daerah yang direncanakan. Untuk kawasan ring 11, pembangunan sudah meliputi link Makassar-Surabaya-Bali-Nusa Tenggara Timur, sedangkan untuk link yang menghubungkan Makassar hingga Maumere, link tersebut belum dibangun. Pada tugas akhir ini dilakukan perancangan jaringan backbone optik untuk kawasan Makassar-Maumere sebagai ring 11 dari proyek Palapa Ring ini. Perancangan ini diawali dengan melakukan peramalan kebutuhan bandwidth di seluruh lokasi cakupan ring 11. Datadata terkait lokasi perancangan diperoleh langsung dari PT.Telkom selaku salah satu perusahaan yang ikut tergabung dalam proyek Palapa Ring ini, sedangkan data-data untuk melakukan bandwidth forecasting diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan annual report milik PT.Telkom. Setelah dilakukan perancangan berdasarkan spesifikasi perangkat yang ditentukan, selanjutnya dilakukan analisis kelayakan sistem menggunakan parameter link power budget, rise time budget dan bit error rate.

1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan rancangan sistem komunikasi serat optik jaringan backbone kawasan ring 11 dengan menggunakan teknologi DWDM yang mampu membawa beban trafik hingga tahun 2039, sehingga dapat memberikan layanan terbaik di bidang komunikasi untuk masyarakat kawasan Indonesia tengah khususnya Sulawesi dan Nusa Tenggara. 1.3 Manfaat Tugas akhir ini memiliki beberapa manfaat antara lain : 1. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengembangan perancangan sistem komunikasi optik di wilayah selain link Makassar-Maumere. 2. Dapat dijadikan sebagai referensi apabila nantinya jaringan ini akan diaplikasikan. 1.4 Rumusan Masalah Dalam perancangan sistem komunikasi serat optik ini muncul beberapa masalah yang perlu dikaji, sehingga perancangan dapat menghasilkan rancangan yang efektif. Daerah yang dirancang merupakan bagian dari cakupan ring 11 yakni Makassar-Maumere dengan 3 titik lokasi untuk penempatan Beach Manhole (BMH). Perancangan ini diharapkan mampu membawa trafik hingga tahun 2039, maka dari itu dibutuhkan beberapa data seperti data pertumbuhan penduduk serta data trafik untuk melakukan proses peramalan kebutuhan trafik hingga tahun 2039 tersebut. Perancangan ini merupakan perancangan komunikasi kabel laut dengan menggunakan teknologi DWDM, perancangan ini menggunakan jenis serat optik NZ-DSF (Non-Zero Dispersion Shifted Fibre). Pada rancangan terdapat 3 jenis penggelaran kabel laut, yaitu kabel laut yang ditanam di dasar laut, kabel laut yang diletakkan di permukaan dasar laut dan kabel laut yang melayang di dalam laut, hal ini mengingat kondisi laut antara kedua pulau memiliki kedalaman yang berbeda-beda. Selain kedalaman laut penggelaran kabel perlu memperhatikan kondisi geografis serta kondisi aktivitas manusia di sekitar daerah tersebut, hal ini perlu diperhatikan untuk meminimalkan gangguan yang mungkin terjadi. Pada perancangan ini dibutuhkan beberapa perangkat yang akan menunjang keandalan sistem, EDFA merupakan salah satu perangkat tersebut mengingat perancangan dilakukan untuk menghubungkan daerah dengan jarak yang cukup jauh. Setelah sistem

dirancang maka dilakukan uji kelayakan sistem dengan memperhatikan beberapa parameter penting dalam perancangan seperti rise time budget, link power budget dan bit error rate sehingga dapat diketahui total dispersi yang akan ada dalam sistem serta kebutuhan daya dari sistem yang dirancang. Perancangan sistem yang akan dilakukan dapat dilihat dari gambar 1.1 model sistem komunikasi serat optik ring 11, dengan rute yang dirancang ditunjukkan dengan garis berwarna hijau. Gambar 1.1 Model sistem komunikasi serat optik ring 11 1.5 Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah tersebut, masalah-masalah akan dibatasi pada : 1. Tidak membahas proses instalasi masing-masing perangkat 2. Trafik yang dibawa hanya dari layanan fixed telephone cable dan internet (speedy) 3. Pada perancangan ini hanya dilakukan proses peramalan hingga tahun 2039 4. Melakukan perancangan untuk trafik yang dibawa di ring 11 5. Perancangan dilakukan melalui 3 daerah yakni Makassar, Baubau dan Maumere 6. Tidak membahas aspek biaya dalam perancangan SKSO ini 7. Perhitungan parameter analisis hanya dilakukan dari dan hingga titik awal STO 8. Kehandalan sistem ditentukan dengan 3 faktor PLB, RTB dan BER

9. Perhitungan LPB dan RTB dilakukan secara manual sedangkan penentuan nilai BER dilakukan melalui simulasi 1.6 Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan untuk pengerjaan tugas akhir adalah desktop study dan metode eksperimen. Desktop study yang dilakukan meliputi penggunaan data-data yang sudah ada dari pihak perusahaan dalam pengolahan data. Sedangkan metode eksperimen yang dipakai adalah eksperimen kuantitatif, dimana pada proses penelitian peniliti dimungkinkan untuk memanipulasi dan meneliti sebab akibat dari penelitian. Dengan metoda ini akan terdapat variabel yang akan dikontrol berupa variabel yang akan mempengaruhi proses perancangan sistem komunikasi optik serta mencari korelasi dari beberapa variabel yang dikontrol sehingga dapat dibuktikan pengaruhnya. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan adalah : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi uraian singkat mengenai latar belakang permasalahan, tujuan, manfaat, rumusan masalah, batasan masalah, metode penelitian dan sistematika penelitian yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini, serta hal-hal yang dirasa menjadi landasan dalam pembuatan tugas akhir. BAB II : SISTEM KOMUNIKASI OPTIK DAN PERAMALAN Bab ini berisi uraian konsep dan dasar teori secara umum yang mendukung dalam perancangan yang dilakukan dalam tugas akhir ini. Baik konsep sistem komuniaksi optik secara umum maupun sistem komunikasi kabel laut yang akan digunakan serta membahas metode peramalan dalam pengerjaan tugas akhir.. BAB III : PERANCANGAN BACKBONE LINK MAKASSAR-MAUMERE Bab ini berisi uraian langkah-langkah melakukan perancangan backbone optik, mulai dari penentuan lokasi, pengumpulan data pelanggan, peramalan jumlah pelanggan hingga tahun 2039, meramalkan kebutuhan bandwidth baik dari layanan telepon maupun layanan internet, serta melakukan penentuan teknologi transport dari kebutuhan yang sudah diramalkan BAB IV : RANCANGAN DAN ANALISIS SKSO MAKASSAR-MAUMERE Bab ini membahas hasil rancangan berupa rute kabel laut, jumlah perangkat yang digunakan, serta analisis dari rancangan yang sudah dibuat menggunakan perhitungan pada

parameter link power budget dan rise time budget serta dengan melakukan simulasi menggunakan optisystem. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari perhitungan dan simulasi yang telah dilakukan serta saran bagi pembaca untuk dapat mengembangkan tugas akhir ini.