Si Samar, Perusak Amal

dokumen-dokumen yang mirip
Umrah dan Haji Sebagai Penebus Dosa

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Bismillahirrahmanirrahim

Nasehat Bagi Orang Yang Melalaikan Shalat

3 Wasiat Agung Rasulullah

Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah

Mutiara Introspeksi Diri

Ditulis oleh Administrator Selasa, 10 September :56 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 10 September :15

Jika Beragama Mengikuti Kebanyakan Orang

Islam Adalah Agama Wahyu

Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada (Al-Hajj: 46).

Ternyata Hari Jum at itu Istimewa

Renungan bagi Musafir

Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh

Keistimewaan Hari Jumat

Metode Bijak Memperbaiki Aib

Khutbah Jum'at. Taubat. Bersama Dakwah 1

Isilah 10 Hari Awal Dzul Hijjah dengan Ketaatan

Sifat-Sifat Ibadah Yang Benar

Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijjah

S U R G A. Diterjemahkan dari: Where do I Start oleh Bint. Mhahmood Islam4Kids.com. Alih Bahasa: Ummu Abdullah

Motivasi Agar Istiqomah

Khutbah Jum'at. Menyambut Ramadhan 1432 H. Bersama Dakwah 1

Memperhatikan dan Menasihati Pemuda Untuk Shalat

Macam-Macam Dosa dan Maksiat

Mengenal Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah

*** Syarat Amal Diterima

E٤٢ J٣٣ W F : :

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

Berkawan dengan Orang Shalih

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

Dosa Bersumpah Dengan Menyebut Selain Allah

Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat

????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Marhaban Yaa Ramadhan 1434 H

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Khutbah Jum'at. Memaafkan Sesama Sebelum Ramadhan Tiba. Bersama Dakwah 1

Umur Untuk Amal Shaleh

Seribu Satu Sebab Kematian Manusia

[ Indonesia Indonesian

Janganlah Berlaku Zalim

Pentingnya Menyambung Silaturahmi

Dosa Durhaka Kepada Orang Tua

Pengaruh Shalat dan Maksiat Terhadap Rezeki

Mendidik Anak dengan Tauhid

Dunia Yang Membuat Lupa Mati

AYO BUDAYAKAN SHOLAT SUBUH DI MASJID

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

Renungan Pergantian Tahun

Keutamaan Bulan Ramadhan

Pintu-Pintu Kebaikan dan Kewajiban Menjaga Lisan

Memaksimalkan Waktu-Waktu Mustajab Untuk Berdoa

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

SERIAL BUKU ISLAM #

Menggemarkan Shalat Sunnah Rawatib

Menjadi Hamba Allah 24 Jam

Keutamaan Kalimat Tauhid dan Syarat-Syaratnya

Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar

Kehidupan Seorang Pembelajar

Aku telah meminta hujan dengan Majaadiihus Samaa yang dengannya hujan diturunkan.

Perjalanan Meraih Ridha Ar-Rahman

Takwa dan Keutamaannya

Istiqomah. Khutbah Pertama:


Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

Berhati-Hati Dalam Menjawab Permasalahan Agama

Memacu Diri Agar Istiqomah Beribadah

Puasa sesuai Al Qur'an dan Hadist

DI BULAN SUCI RAMADHAN


"Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al Qur an) pada malam

Jangan Kau Tunda Apalagi Sampai Kau Tinggalkan Shalat

Keutamaan Puasa Ramadhan

Bukti Cinta Kepada Nabi

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

Merasakan Manisnya Keimanan

Khutbah Jumat Manfaatkan Nikmat Kehidupan

?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan

: :

Kemuliaan Seorang Hamba Terletak Pada Ibadahnya

BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN

Berbakti Sepanjang Masa Kepada Kedua Orang Tua

Salman Alfarisy, Lc.* Sekretaris Asia Pacific Community for Palestine

Agar Nabi Muhammad Mencintai Kita

Pentingnya Menyambung Silaturahmi

Tauhid Menghapuskan Seluruh Dosa

Kedudukan Dua Kalimat Syahadat Dalam Syariat Islam

DOA KALA SUSAH GELISAH RESAH DAN GUNDAH

MENGHIDUPKAN MAJELIS ILMU

10 Cara Sukses dalam Islam

Transkripsi:

KHAZANAH Dalam perjalanan sebagai pembelajar, akhirnya kita menemukan bahwa tiap tetes ilmu yang kita reguk adalah semata-mata agar semakin besar rasa takut kita pada-nya

Si Samar, Perusak Amal Alhamdulillah, saya pikir hari ini saya bakal loyo dan ngantuk.. Untungnya tidak ya..., ujar Fulanah kepada kawan yang duduk di sampingnya. Kenapa loyo? Tadi pagi tidak sarapan ya? Atau semalam kamu begadang? tanya kawannya itu. Memang tidak sarapan sih, saya kan lagi puasa sunah, trus semalam shalat lail saya juga lumayan lama, lanjut baca Al- Qur an satu juz pula..., jawab Fulanah dengan senyuman. Di tempat yang lain, gerombolan manusia tampak memadati sebuah tempat. Mereka berjejer dan berdesak-desakan, bahkan hingga berdempet-dempetan. Pemandangan ini memang sering kali terjadi saat berlangsung pembagian zakat maupun sedekah sejenisnya. Sorotan kamera media cetak pun tidak ketinggalan meliput, tentu lengkap dengan profil penyumbang yang tampak tersenyum dengan bangga. Sahabat, pernahkah kamu secara langsung mendapati ilustrasi di atas? Ya, terkadang kita memang menyaksikan seseorang yang sengaja menceritakan atau menunjukkan amalan yang dilakukannya. Sekilas, amalanamalan itu tampak begitu baik dan bahkan mengundang decak kagum. Tapi, apakah sengaja menampakkannya adalah sikap yang benar? 2

Riya Dan Sum ah, Watch Out! Ibadah kepada Allah adalah sesuatu yang baik dan memang seharusnya kita lakukan. Ada saja ujian dalam melakukan sebuah kebaikan, sehingga jika berhasil mengerjakannya, ada kebanggaan tersendiri yang sering kali muncul dalam hati ini. Tabiat manusia yang memang senang untuk dipuji menjadikan beberapa orang menjadi merasa perlu untuk memperlihatkan secara terangterangan rupa kebaikan yang dilakukannya. Nah, inilah yang dimaksud dengan riya, ujian dalam beramal yang tidak kalah beratnya! Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menyatakan, Riya ialah menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amal tersebut. Adapun sum ah sama dengan riya. Akan tetapi ia berhubungan dengan indra pendengaran (telinga) sedangkan riya berkaitan dengan indra penglihatan (mata). Riya dan sum ah ini adalah buah dari berbeloknya niat ke arah yang salah. Jerat-jerat syaithan dapat dengan mudah melencengkan keikhlasan hanya karena mengharapkan kekaguman dari manusia. Apalagi, karena hal ini bersifat sangat samar dan tersembunyi. Sehingga bisa jadi, riya dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan tidak mengapa untuk terus dilakukan. Padahal, pahala amalan menjadi dikali nol karenanya. Kesyirikan itu lebih samar dari langkah kaki semut. Lalu Abu Bakar bertanya, Wahai Rasulullah, bukankah kesyirikan itu ialah menyembah selain Allah atau berdoa kepada selain Allah di samping berdoa kepada selain Allah? Maka beliau bersabda. Bagaimana engkau ini. Kesyirikan pada kalian lebih samar dari langkah kaki semut. (H.R. Abu Ya la Al-Maushili) 3

Ya, riya digolongkan ke dalam kelompok kesyirikan yang bersifat samar. Bahkan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan kekhawatirannya tentang masalah ini: Maukah kalian aku beri tahu sesuatu yang lebih aku takutkan menimpa kalian daripada Dajjal. Kami menyatakan, Tentu! beliau bersabda Syirik khafi (syirik yang tersembunyi). Yaitu seseorang mengerjakan shalat, lalu ia baguskan shalatnya karena ia melihat ada seseorang yang memandangnya. (H.R. Ibnu Majah dan Baihaqi) Saat Amalan Menjadi Kesia-Siaan Aku adalah yang Mahacukup, tidak memerlukan sekutu, barang siapa melakukan suatu amalan dengan dicampuri perbuatan syirik kepada-ku, niscaya Aku tinggalkan dia dan (tidak Aku terima) amal syiriknya. (H.R. Muslim) Jika amalan yang ikhlas akan mendapatkan pahala, maka amalan yang tidak ikhlas tentunya akan menjadi sebaliknya. Amalan shalih, seberapa baiknya pun kelihatannya, jika telah terkotori dengan noda-noda riya, maka akan kotor pula ganjarannya, baik itu secara keseluruhan maupun sebagiannya. Riya yang Total Duh, sungguh merugi sekali orang yang melakukan riya secara total ini. Artinya, memang sejak awal hingga akhir amalan, ia benar-benar melakukannya bukan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah, namun agar mendapatkan pujian dari manusia. Maka, saat ia melakukan amalan tersebut dan sama sekali tidak ada keinginan untuk 4

mengikhlaskan dirinya, maka ia tidak akan mendapatkan apa-apa dari amalan yang dilakukannya. Mendadak Riya Riya dapat datang kapan saja dan di mana saja. Misalnya, saat sedang melaksanakan shalat, lalu ada orang yang tiba-tiba muncul dan menyaksikan. Maka, godaan riya pun datang. Muncullah benih-benih riya yang mengganggu keikhlasan. Muncul insiatif untuk memperpanjang bacaan, memperlama rukuk dan sujud agar dilihat dan dikagumi oleh manusia lainnya. Tapi, jika godaan itu dapat segera ditepis dan tidak diperturutkan, lalu niat kembali terluruskan, maka amalan pun aman. Insya Allah, pahala akan tetap didapatkan. Riya yang Dilanjutkan Sama halnya dengan kondisi kedua, saat riya datang di tengah amalan, namun pelencengan niat itu terus berlanjut hingga akhir amalan, maka yang ini berbahaya! Para ulama berselisih pendapat dalam hal ini, ada yang menganggap bahwa hanya bagian amalan yang melenceng niatnya saja yang terhapus pahalanya. Ada pula yang memandang hal ini dalam beberapa kondisi, yaitu: 1) Jika amalannya dalam satu rangkaian yang tidak terpisah, misalnya shalat Maghrib. Walaupun riya muncul baru saat rakaat kedua, dan awalnya rakaat pertama dilaksanakan dengan ikhlas, namun pahala amalan akan tetap terhapus secara keseluruhan. 2) Jika amalannya bukan dalam satu rangkaian, maka hanya bagian yang terkotori niat saja yang pahalanya hangus. Misalnya, saat bersedekah untuk tujuh 5

orang, lalu riya muncul baru saat memberi sedekah pada orang kelima, maka pahala empat orang pertama akan tetap aman, namun sedekah pada orang kelima hingga ketujuh tidak akan mendapatkan pahala, sebab terkotori dengan riya. Barangsiapa shalat dengan riya, maka ia benarbenar telah menyekutukan-nya. Barangsiapa berpuasa dengan riya, maka ia benar-benar telah menyekutukan-nya. Barangsiapa bersedekah dengan riya, maka ia benar-benar telah menyekutukan-nya. Sesungguhnya Allah azza wa jalla berfirman, Aku adalah sebaik-baik pengambil bagian bagi orang yang membuat sekutu kepada-ku. Barangsiapa membuat sekutu kepada-ku dengan sesuatu, maka kebaikan amalnya sedikit dan banyaknya adalah untuk sekutunya yang ia sekutukan kepada-ku dengannya. Aku adalah Mahacukup untuk tidak menerimanya. (H.R. Ahmad) Nah, Sahabat, baik riya maupun sum ah merupakan dua hal yang sangat patut untuk kita hindari. Semoga Allah memudahkan kita untuk terus bersemangat beramal kepada-nya dengan semurni-murninya keikhlasan. Aamiin... 6

Ikhlaskan Ikhlasmu! Dia bukanlah sosok yang terkenal. Keberadaannya tidak pernah dianggap ada, bahkan kepergiannya pun tidak akan dicari-cari. Jika ia melamar wanita cantik, maka tidak akan dinikahkan. Bahkan, jika ia sakit, tidak ada yang merasa penting untuk menjenguknya. Namun, apa yang membuatnya menjadi orang yang diakui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai orang yang jika bersumpah atas nama Allah, maka Allah akan mengabulkannya? Bahkan, meski ia sama sekali tidak dikenal oleh para manusia di bumi, ternyata ia sangatlah terkenal di antara penduduk langit. Masya Allah! Dialah Uwais Al-Qarni radhiyallahu anhu. Sosok manusia yang gemar menyembunyikan amalnya atau yang dikenal dengan istilah Al-Akhfiyaa. Kebiasaannya menyembunyikan amal itulah yang menjadi keutamaan tersendiri dalam diri beliau. Sama halnya dengan Karaz bin Warabah. Karaz bahkan meminta Abu Sulaiman yang tidak sengaja mendapatinya sedang shalat untuk merahasiakan amalannya tersebut. Begitu pula yang dicontohkan oleh Abu Hanifah saat didapati telah berdzikir dan memohon ampunan Allah semalaman suntuk, maka ia segera meminta amalannya tersebut untuk dirahasiakan. 7

Maka demikianlah yang dinasihatkan dalam perkataan penuh hikmah oleh Tamim Ad-Dari, Demi Allah, satu rakaat yang aku kerjakan di tengah malam secara sembunyisembunyi lebih aku sukai daripada aku shalat semalam suntuk lalu aku menceritakannya kepada orang lain. Ikhlas: Ringan di Lisan, Berat di Amalan Apa yang membuat para salaf di atas begitu takut amalannya diketahui oleh banyak orang? Ya, ternyata sebab bahaya datangnya riya memang lebih potensial terjadi saat amalan kita diketahui oleh banyak orang. Mereka begitu khawatir keikhlasan mereka terkotori oleh noktahnoktah riya. Mereka terus berusaha, hingga bahkan harus menyembunyikan amalannya dengan susah payah, agar kesucian niatnya dapat terus terjaga. Sebab, melakukan amalan dengan keikhlasan yang sempurna memang tidak semudah mengatakannya. Saya melakukan ini dengan ikhlas, kok! Nah, kamu mungkin sering kan mendengarkan perkataan sejenis ini. Namun, menyatakan diri telah ikhlas tekadang bukanlah pertanda bahwa kita memang benarbenar telah ikhlas melakukan sesuatu. Justru, mungkin dengan terlalu banyak mengaku ikhlas, keikhlasan itu sendiri menjadi semakin dipertanyakan. Nah, lho! Ibnu al-mubarak rahimahullah mengatakan, Betapa banyak amal kecil menjadi besar karena niat. Dan betapa banyak pula amal besar menjadi kecil gara-gara niat. 8

Makna Ikhlas Para ulama menjelaskan ikhlas dengan beberapa pengertian yang pada umumnya mengarah pada satu hakikat yang sama. Abul Qasim Al-Qusyairi mengatakan, Ikhlas adalah menjadikan niat hanya untuk Allah dalam melakukan amalan ketaatan dan membersihkan amalan dari komentar manusia. Hudzaifah Al-Mar asiy mengatakan, Ikhlas adalah kesamaan perbuatan seorang hamba antara zhahir (lahiriyah) dan batin. Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan, Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya. Beramal karena manusia termasuk kesyirikan. Sedangkan ikhlas adalah engkau terselamatkan dari dua hal tadi. Sedangkan Dzun Nuun menyebutkan tiga tanda ikhlas: 1) Tetap merasa sama antara pujian dan celaan orang lain. 2) Melupakan amalan kebajikan yang dulu pernah diperbuat. 3) Mengharap balasan dari amalan di akhirat (dan bukan di dunia). Maka, dari berbagai definisi tersebut, kita dapat menarik benang merah dari kata ikhlas menjadi empat untaian yang penting: 1) Meniatkan suatu amalan hanya untuk Allah. 2) Tidak mengharap-harap pujian manusia dalam beramal. 3) Kesamaan antara sesuatu yang tampak dan yang tersembunyi. 4) Mengharap balasan dari amalannya di akhirat. 9

Menjadi Utama dengan Ikhlas Segala hal yang dapat membuat mulia, tentu hanya akan dapat diraih dengan jalan yang berat dan sulit. Begitu pula sebaliknya. Maka demikian pula dengan keikhlasan ini. Beratnya jalan yang harus ditempuh untuk menuju keikhlasan, menjadikan berbagai amalan menjadi begitu utama jika dikerjakan seorang hamba dengan ikhlas. 1) Orang yang berwudhu dengan ikhlas akan dihapuskan dosa-dosanya. (H.R. Muslim) 2) Orang yang bersujud dengan ikhlas, ia akan diangkat derajatnya oleh Allah dan dihapuskan satu kesalahan. (H.R. Ahmad, Tirmidzi, dan Nasa i) 3) Orang yang berpuasa dengan ikhlas, ia akan dihapuskan dosa-dosanya yang lalu. (H.R. Bukhari) 4) Orang yang pergi shalat berjamaah di masjid dengan ikhlas, maka setiap langkahnya menuju masjid akan menghapuskan dosa dan mengangkat derajatnya sampai masuk masjid. (H.R. Bukhari dan Muslim) 5) Orang yang ikhlas dalam bersedekah, ia termasuk tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan dari Allah pada hari kiamat kelak. (H.R. Bukhari dan Muslim) 6) Orang yang ikhlas membangun masjid, maka ia akan dibangunkan rumah di surga. (H.R. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan lainnya) 7) Orang yang tawadhu dengan ikhlas karena Allah, ia akan diangkat derajatnya oleh Allah. (H.R. Muslim) 8) Umat ini akan ditolong oleh Allah dengan orangorang yang lemah, karena keikhlasan mereka. Ses- 10