BAB IV PEMBAHASAN. Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor. tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah.

dokumen-dokumen yang mirip
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 14 TAHUN 2013 TENT ANG

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH WALIKOTA BANDA ACEH,

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

.PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. jelas dan tegas dari kehendak Tuhan untuk menjamin bahwa tidak seorang pun. ternyata mampu menjadi solusi bagi kemiskinan.

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB V PEMBAHASAN. kepada para mustahik. Dalam proses penghimpunan, pengumpulan, dan

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RELASI ZAKAT DAN PAJAK PASCA UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH DAN HARTA AGAMA LAINNYA

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan senantiasa menarik dikaji karena merupakan masalah serius

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 93 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

SOSIALISASI INPRES NO. 3 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI PENGUMPULAN ZAKAT DI KEMENTERIAN/LEMBAGA MELALUI BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BAB IV STRATEGI MANAJEMEN BAZ KOTA MOJOKERTO DALAM MENJAGA LOYALIYAS MUZAKKI< A. Urgensi Loyalitas Muzakki> Pada BAZ Kota Mojokerto

PEMERINTAH KABUPATEN BUOL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 65 TAHUN 2017 SERI E.60 BUPATI CIREBON

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima Rukun Islam yang wajib dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. dengan harta yang dimiliki oleh seseorang yang tergolong dalam ibadah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BAB III PENYAJIAN DATA. Profesi Di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru. Adapun tekhnik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ZAKAT KOTA PONTIANAK

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan praktik Lembaga Keuangan Syariah, baik dalam lingkup

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang lima, keberadaan zakat disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 18 SERI E

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

85 BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Penghimpunan Zakat Profesi Di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan Pelaksanaan penghimpunan zakat di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan dimulai pada tanggal 1 Nopember 1995 (saat itu masih bernama Departemen Agama) setelah dikeluarkannya keputusan Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan Nomor : Mm,02/KP.002/2748/SK/1995 tentang Susunan Pengurus Badan Amil Zakat, Infaq dan shadaqah. Seperti dijelaskan diatas bahwa berdirinya BAZIS di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan berawal dari pembentukan Tim beasiswa yang bertujuan membantu tugas operasional BAZIS Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Timur dan pembentukan Tim Pembangunan gedung aula Kantor Departemen Agama. Kegiatan mengumpulkan dana infaq dan shadaqah dirasa sangat besar manfaatnya dan mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan fisik atau non fisik agama Islam, terbukti tim pembangunan aula setiap bulan bisa mengumpulkan dana sebesar Rp. 3.200.000., sehingga menggugah Kepala Kantor Kementerian untuk membentuk wadah yang bertugas mengumpulkan dana zakat, infaq dan shadaqah. Setelah melalui beberapa pertemuan dengan para pejabat di lingkungan Kantor Kementerian Agama maka Kepala Kantor Kementerian

86 Agama Kabupaten Magetan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor : Mm,02/KP.002/2748/SK/1995, maka mulai tanggal 1 Nopember 1995 BAZIS Kantor Kementarian Agama Kabupaten Magetan berdiri. Pada awal berdirinya BAZIS, ketentuan kadar zakat masih belum ditetapkan besarannya, sehingga bagi muzakki harus menghitung sendiri zakatnya dan dikeluarkan sesuai dengan perhitungan yang dilakukan oleh muzakki. Terbentuknya BAZIS di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan merupakan respon Kementerian Agama terhadap perkembangan pemahaman masyarakat Kabupaten Magetan terhadap ajaran agama Islam, salah satunya tentang kesadaran masyarakat terhadap pentingnya zakat, infaq dan shadaqah. Salah satu buktinya bahwa pembangunan aula Kantor Kementerian Agama tidak bisa dilepaskan dari dana infaq dan shadaqah para pegawai Kementerian Agama. Sebagai lembaga pengelola dana ZIS yang baru berdiri dan merupakan lembaga yang pertama kali berdiri, maka sudah menjadi kebiasaan mengalami kendala dan hambatan dalam menjalankan tugasnya.. Secara garis besar kendala yang dihadapai oleh pengurus BAZIS ada dua yaitu kendala yang berhubungan dengan pengurus sendiri dan kendala yang berhubungan dengan muzakki. Kendala yang berhubungan dengan pengurus BAZIS adalah masalah administrasi pengumpulan zakat termasuk di dalamnya masalah pencatatan. Kebiasan yang terjadi, kebayakan muzakki membayar zakat diakhir tanggal yang telah ditetapkan, sehingga pada akhir tanggal yang ditetapkan begitu banyak orang yang berkumpul di Kantor Kementerian Agama hanya untuk membayar zakat,

87 keadaan ini sudah menjadi kebiasaan, sehingga pengurus merasa kewalahan dalam pencatatan. Keadaan semacam ini kurang efektif dan membertakan pengurus BAZIS, sehingga keadaan yang semacama ini harus segera mendapatkan solusinya. Sementara kendala yang berhubungan dengan muzakki adalah banyak pegawai dan guru yang merasa kebaratan untuk membayar zakat profesi jika harus datang ke BAZIS, dengan berbagi alasan yang berbeda namun intinya sama. Melihat kenyataan dilapangan mengalami kesulitan dalam melaksanakan pengumpulan dana ZIS, maka Kantor Departemen Agama Kabupaten Magetan yang pada waktu itu dipinpim oleh Imam Tabrani mengeluarkan instruksi Nomor : Mm.02/Kp.002/2998/SK/1995 tentang pembentukan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) pada unit jajaran Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan yang selanjutnya disebut dengan UPZ Dalam instruksi tersebut disebutkan bahwa semua pegawai dan guru yang berada dibawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan yang beragama Islam, serta telah mampu dan telah memiliki penghasilan yang mencapai nisab, maka berkewajiban untuk mengeluarkan zakat profesi sebesar 2,5% setiap bulan dari gaji yang seharusnya diterima. Setelah keluar Surat Keputusan tersebut maka mekanisme pengumpulan zakat profesi dari pegawai dan guru tidak lagi harus datang ke Kantor BAZIS seperti semula, tetapi dikumpulkan melalui UPZ yang telah ditunjuk dilingkungannya masing-masing. Selajutnya UPZ akan menyetorkan Dana ZIS

88 yang telah terkumpul di lingkungannya masing disetorkan ke BAZIS selambatlambatnya tanggal 10 setiap bulan. Menurut hemat penulis, apa yang telah dilakukan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magetan dengan mendirikan BAZIS merupakan sebuah trobosan yang luar biasa. BAZIS Kantor Kementerian Agama merupakan lembaga yang pertama kali berdiri di Kabupaten Magetan. Walaupun lembaga yang pertama kali berdiri, tetapi sistem pengelolaan dana zakat bisa mengikuti perkembangan zakat dan merespon keinginan dari muzakki. Hal itu bisa terbukti dengan dengan dikeluarkannya surat keputusan tentang pembentukan UPZ di lingkungan instansi masing-masing. Melalui Surat Keputusan Kepala Kantor Departemen Agama tersebut mempermudah bagi semua pegawai dan guru yang mau membayar zakat profesi yang tidak harus ke kantor BAZIS dan menghindari orang tidak mau membayar zakat dengan alasan malas datang ke kantor BAZIS, karena sering kali orang tidak menuniakan zakat profesi bukannya tidak mau membayar, tetapi karena mekanismenya yang kurang memuaskan dan kurang efektif. Adapun mekanisme penghimpunan dana ZIS seperti yang sudah dijelaskan di atas, awalnya yaitu dengan cara memberikan pembekalan dan pembinaan tentang zakat profesi bagi pegawai dan guru yang baru saja masuk dibawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan, kemudian menawarkan kepada pegawai dan guru (calon muzakki) dengan memberikan blanko permohonan pengambilan zakat profesi yang telah disediakan oleh BAZIS

89 Kementerian Agama Kabupaten Magetan. Zakat profesi yang dimaksud bersifat tawaran dan kehendak pribadi dari individu masing-masing pegawai dan guru. Jadi jika pegawai dan guru mengisi formulir yang telah diserahkan, itu berarti ia setuju untuk menjadi muzakki dan setuju untuk diambil zakatnya sebesar 2,5 % dari gaji yang seharusnya diterimanya sebagaimana yang telah ditetapkan oleh BAZIS. Bagi pegawai atau guru yang tidak mengisi formulir persetujuan untuk menjadi muzakki, maka BAZIS tidak berhak dan tidak akan mengambil zakat profesinya sebesar 2,5%. Kalaupun penolakan itu dikarenakan ekonominya berada dibawah garis kemiskinan atau mempunyai hutang untuk kebutuhan pokok dan menurut pandangan pengurus BAZIS termasuk salah satu golongan 8 asnaf yang berhak mendapatkan bantuan, maka pegawai dan guru tersebut berhak mendapatkan bagian dari dana ZIS yang terkumpul di BAZIS. Menurut penulis pelaksanaan zakat profesi di Kementerian Agama Kabupaten Magetan tidak terjadi paksaan dan telah sesuai dengan pendapat ulama kontemporer tentang nishab, kadar zakat dan waktu pengeluaran zakat profesi. Seperti Yusuf al-qardhawi berpendapat bahwa al-ma>l Mustafa>d seperti gaji pegawai dan guru wajib dikenakan zakatnya dan tidak harus menunggu sampai setahun untuk mengeluarkan zakat profesi, akan tetapi boleh dizakati pada saat penerimaan pendapatan atau penghasilan tersebut karena dalam masalah cara mengeluarkan zakat terjadi perbedaan diantara para ulama.

90 Pada waktu Muktamar Internasional Pertama tentang zakat di Kuwait pada tanggal 29 Rajab 1404 H yang bertepatan dengan tanggal 30 April 1984 M, ulama menghasilkan kesimpulan bahwa salah satu kegiatan yang menghasilkan kekuatan bagi manusia sekarang adalah kegiatan profesi yang menghasilkan amal yang bermanfaat, baik yang dilakukan sendiri, seperti kegiatan dokter, arsitek dan yang lainnya, maupun yang dilakukan secara bersama-sama, seperti para karyawan atau pegawai semua itu menghasilkan pendapatan atau gaji, maka wajib dikeluarkan zakatnya. 124 Penghimpunan zakat profesi di Kementerian Agama Kabupaten Magetan diambil dari penghasilan bruto (kotor). Tentang zakat profesi diambil dari penghasilan bruto (kotor) atau netto (bersih), masih diperselisihkan oleh para ulama. Ada pendapat ulama yang mewajibkan zakat diambil dari pendapatan netto, yaitu pendapatan atau penghasilan yang telah dikurangi oleh kebutuhan pokok dan hutang jatuh tempo saat wajib zakat. Alasannya apabila diambil dari pendapatan bruto, bisa jadi masih ada kewajiban yang harus ditanggung seperti membayar hutang. Menurut Yusuf al-qardawi, pegawai bisa dibagi menjadi dua golongan, yaitu pegawai yang menginvestasikan pendapatannya terlebih dahulu dalam berbagai sektor dan pegawai yang suka berfoya-foya bahkan menghamburhamburkan semua penghasilannya untuk sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan pokok, sehingga kalau dijumlah penghasilannya tidak mencapai nisab. 124 Hafidhuddin, Zakat dalam, 93-94.

91 Hal ini berarti membebankan zakat pada orang yang hemat dan ekonomis saja, yang membelanjakan kekayaannya seperlunya saja tidak berlebihan dan tidak kikir, yang berarti mereka menyimpan penghasilan mereka sehingga mencapai nisab. Hal itu jauh sekali dari maksud kedatangan syariat yang adil dan bijak, yaitu memperingan beban orang-orang yang pemboros dan memperberat beban orang-orang yang hemat. 125 Penulis sependapat dengan penghimpunan zakat profesi di Kementerian Agama Kabupaten Magetan diambil dari penghasilan bruto (kotor). Alasannya karena apabila diambil dari netto, berarti total penghasilan dikurangi biaya-biaya seperti hutang dan kebutuhan pokok, bisa jadi pendapatan tersebut tidak ada sisa, sehingga tidak bisa menunaikan zakat profesi. Pemungutan zakat profesi berdasarkan penghasilan bruto mempunyai maksud agar kedudukan harta itu tidak menjadi prioritas utama dalam hidup ini. Karena kepemilikan harta itu mutlak milik Allah, manusia hanya diberi amanah yaitu menafkahkan harta yang telah diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima. Ketika harta pengahasilan sudah mencapai nishab maka sebaiknya segera dikeluarkan zakat profesi tanpa harus berpikir panjang untuk menguranginya dengan kebutuhan-kebutuhan lain. Fakta dilapangan, penulis sering melihat bahwa pegawai mempunyai hutang yang besar, seperti hutang untuk membeli mobil. Padahal kalau dilihat mobil tersebut bukan termasuk kebutuhan pokok yang apabila tanpa mobil sebenarnya mereka masih bisa menjalankan tugas sebagai pegawai, sehingga kalau zakat itu 125 Yusuf al-qardawi, fiqih, 477.

92 diambil dari penghasilan bersih maka dia tidak termasuk muzakki. Kecuali apabila hutang tersebut memang untuk kebutuhan pokok, seperti hutang untuk mencukupi kebutuhan orang yang menjadi tanggungannya, maka hal tersebut bisa menghilangkan kewajiban bagi seseorang untuk menunaikan zakat. Formulir persetujuan yang telah ditanda tangani oleh setiap pegawai atau guru itu menunjukkan bahwa mereka merasa telah merasa mempunyai kelebihan harta dari kebutuhan pokok, sehingga pengambilan zakat dari pendapata bruto menurut penulis tidak malasah B. Analisis Pengelolaan ZIS Sesuatu yang menggembirakan adalah kesadaran menunaikan zakat profesi dikalangan pegawai dan guru di bawah naungan Kementerian Agama Kabupaten Magetan mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan zakat profesi bisa berjalan lancar dan baik bahkan bisa dikatakan dapat berjalan 100%. Di atas sudah disebutkan bahwa, mekanisme pengelolaan dana ZIS yang terkumpul di BAZIS dipisah menjadi dua, yaitu dana yang berasal dari zakat dan dana yang berasal dari infak dan shadaqah. Hal ini dianggap penting oleh pengurus karena dana zakat tidak bisa dialokasikan kepada selain 8 golongan yang telah ditentukan oleh al-qur an. Adapun untuk dana infak dan shadaqah bisa dialokasikan untuk kemaslahatan umat.

93 Penulis sangat sependapat dengan mekanisme pengelolaan yang telah dilakukan oleh pengurus BAZIS. Hal ini telah sesuai dengan tuntunan al-quran karena dana zakat tidak bisa dialokasikan dengan bebas seperti dana infak dan shadaqah. Dana zakat hanya bisa dialokasikan kepada 8 golongan yang telah ditentukan oleh al-quran. Program pendayagunaan dana ZIS diantaranya bantuan sembako kepada fakir miskin, bantuan beasiswa, bantuan modal usaha, bantuan sarana keagamaan dan pendidikan serta bantuan insendentil. Dalam program bantuan sembako kepada fakir miskin dalam tahun 2014 BAZIS Kementerian Agama Kabupaten Magetan telah memberikan kurang lebih 1500 paket sembako kepada fakir miskin yang menyebar dibeberapa kecamatan dan program ini akan terus bergulir di Kecamatan yang lainnya yang belum tersentuh oleh program ini. C. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Pengelolaan zakat oleh BAZIS, meski belum maksimal dan optimal namun menurut penulis sudah cukup professional serta telah menyentuh konsep pemberdayaan masyarakat khususnya di Kabupaten Magetan. Hal ini bisa dilihat dari konsep pemberdayaan yang pada dasarnya merupakan proses untuk membuat masyarakat menjadi berdaya. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa konsep pemberdayaan bisa diupayakan melaui 3 jurusan yaitu: Pertama, Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Kedua, Memperkuat potensi atau daya yang di miliki masyarakat (empowering). Ketiga,

94 Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi semakin lemah Melihat konsep pemberdayaan diatas, maka program penyaluran dan pendayagunaan dana ZIS di BAZIS Kementerian Agama Kabupaten Magetan telah tepat sasaran dan telah sesuai dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Pada saat ini memang sudah seharusnya, zakat diarahkan pada upaya pemberdayaan masyarakat dan tidak hanya sebatas pada pola konsmtif saja. Seperti program bantuan paket sembako kepada fakir miskin yang telah dilaksanakan kepada 700 orang pada tahun 2013, program ini bertujuan melindungi fakir miskin yang lemah agar tidak bertambah semakin lemah. Pinjaman lunak yang digulirkan oleh BAZIS mempunyai tujuan yang sangat besar, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pengelola kantin. Bilamana pengelola kantin meminjam kepada lembaga perbankan maka setiap bulan dia harus memberikan bagi hasil atau bunga dan itu akan mengurangi pendapatan pengelola kantin. Dengan program pinjaman lunak yang diberikan oleh BAZIS maka pendapatannya tidak harus dikurangi untuk pembayaran bagi hasil atau bunga. BAZIS berharap, dengan program pinjaman lunak ini dapat mengankat taraf hidup pengelola kantin yang asalnya sebagai mustahik bisa meningkat menjadi muzakki dan bisa menunaikan zakat tidak menerima lagi, sehingga dalam kurung waktu tertentu bisa mengankat orang yang asalnya berada dibawah garis kemiskinan menuju taraf hidup yang sejahtera. Dalam program ini, BAZIS

95 kementerian Agama mengimplementasikan tujuan dari perberdayaan yaitu menciptakan iklim atau suasana yang memungkinkan masyarakat berkembang salah satunya dengan ketersediaannya dana. Program bantuan beasiswa yang ditetapkan oleh BAZIS, bisa memperkuat potensi masyarakat dalam bidang pendidikan. Banyak siswa yang mempunyai prestasi akademik terancam tidak bisa memperkuat potensi kecerdasan yang dia miliki, karena teramcan putus sekolah disebabkan kelemahan ekonomi orang tua dalam membiayai pendidikan mereka. Dengan program beasiswa yang digulirkan oleh BAZIS Kementerian Agama ini diharapkan bisa memperingan beban mereka sehingga dapat meneruskan dan memperkuat potensi yang dia miliki. Dari sekian banyak kelebihan yang dimiliki oleh BAZIS Kantor kementerian Agama Kabupaten Magetan ada satu hal yang menurut penulis yang dilupakan dan belum berjalan secara baik, yaitu masalah pengawasan. Hal ini berpengaruh terhadap kinerja yang telah dilakukan, kerena keberhasilan sebuah program tidak bisa lepas dari pengawasan, dari pengawasan yang baik akan bisa dinilai tentang sejauhmana program itu bisa berjalan seperti yang diharapkan.