ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

PENERAPAN PENILAIAN KEKASARAN PERMUKAAN (SURFACE ROUGHNESS ASSESSMENT) BERBASIS VISI PADA PROSES PEMBUBUTAN BAJA S45C

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

PENGARUH VARIASI SUDUT UJUNG MATA POTONG KARBIDA TERHADAP KEKASARAN DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM Al 6061 PADA PROSES PEMBUBUTAN

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

ANALISIS PROSES MACHINING DIES OUTER FENDER DENGAN MENGGUNAKAN PARAMETER SESUAI KATALOG DAN KONDISI DI LAPANGAN

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

Pengaruh Perubahan Parameter Pemesinan Terhadap Surface Roughness Produk Pada Proses Pemesinan dengan Single Cutting Tool

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

28 Gambar 4.1 Perancangan Produk 4.3. Proses Pemilihan Pahat dan Perhitungan Langkah selanjutnya adalah memilih jenis pahat yang akan digunakan. Karen

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Gambar 3.1 Baja AISI 4340

JURNAL PENGARUH VARIASI GERAK MAKAN, KEDALAMAN POTONG DAN JENIS CAIRAN PENDINGIN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN PERMUKAAN PEMBUBUTAN BAJA ST 37

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar I. 1 Mesin Bubut

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMBUBUTAN TERHADAP SURFACE ROUGHNESS DAN TOPOGRAFI PERMUKAAN MATERIAL ALUMINIUM ALLOY

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Spesimen dan Peralatan. Permesinan dengan Kondisi Permesinan Kering dan Basah

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

KAJIAN UMUR PAHAT PADA PEMBUBUTAN KERING DAN KERAS BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA PVD BERLAPIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

EFFECT OF CUTING SPEED USING MATERIAL HSS TOOL AND CARBIDE TOOL FOR LATHE PRICESS OF MATERIAL AISI 1010 FOR QUALITY LATHE TOOL WEAR

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Lab.Proses Produksi, CNC dan material teknik

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 4, Oktober 2013 UNJUK KERJA VORTEX TUBE COOLER PADA PEMESINAN BAJA ST41

PENGARUH KEMIRINGAN SPINDEL DAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN MESIN FRAIS UNIVERSAL KNUTH UFM 2

I. PENDAHULUAN. industri akan ikut berkembang seiring dengan tingginya tuntutan dalam sebuah industri

PENGARUH KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL JIS G-3123 SS 41 DENGAN METODE TAGUCHI

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH CUTTING SPEED DAN FEEDING RATE MESIN BUBUT TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA KERJA DENGAN METODE ANALISIS VARIANS

ANALISA KEAUSAN PERKAKAS POTONG PADA PROSES HOT MACHINING BAJA BOHLER K110 DENGAN 3 VARIASI SPEED MACHINING

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

SURAT KETERANGAN No : 339C /UN /TU.00.00/2015

PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

PENGARUH MEDIA PENDINGIN DAN KONDISI PEMOTONGAN LOGAM TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES MILLING MENGGUNAKAN MESIN CNC TYPE VMC 200

PENGARUH LAJU PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PAHAT CARBIDE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BENDA BUBUT S45C KONDISI NORMAL DAN DIKERASKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PROSES BUBUT UNTUK MATERIAL ST37

Pengaruh Kecepatan Putar Terhadap Kekasaran Permukaan Kayu Medang pada Proses Pembubutan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Rumusan Masalah. Identifikasi Variabel. Perancangan Percobaan. Analisis dan Pengujian

Bab IV Data Pengujian

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

Politeknik Negri Batam Program Studi Teknik Mesin Jl. Ahmad Yani, Batam Centre, Batam 29461, Indonesia

ANALISA PENGARUH KECEPATAN FEEDING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DRAW BAR MESIN MILLING ACIERA DENGAN PROSES CNC TURNING

DESAIN DAN PABRIKASI GERINDA TOOLPOST PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya proses permesinan merupakan sebuah keharusan. mesin dari logam. Proses berlangsung karena adanya gerak

Pengaruh Jenis Pahat, Kecepatan Spindel dan Kedalaman Pemakanan terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Baja S45C

PENGUJIAN KEBULATAN HASIL PEMBUATAN POROS ALUMINIUM MENGGUNAKAN EMCO T.U CNC -2A SMKN2 PEKANBARU DENGAN ROUNDNESS TESTER MACHINE

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, 38-43

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN NASKAH SOAL TUGAS AKHIR HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian merupakan cara atau prosedur yang berisi tahapan tahapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Berbagai proses pemesinan dilakukan guna mengubah bahan baku

PENGARUH GRADE BATU GERINDA, KECEPATAN MEJA LONGITUDINAL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES GERINDA PERMUKAAN SKRIPSI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH KEMIRINGAN SISI POTONG PAHAT DAN KECEPATAN POTONG TERHADAP KUALITAS KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL PADA SHAPING MACHINE

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

PENGARUH VARIASI PUTARAN BENDA KERJA DAN PUTARAN TOOL MENGGUNAKAN METODE PEMAKANAN TANGENSIAL PADA PROSES TURN-MILLING TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MOBIL KAYU DENGAN MESIN CNC ROUTER PADA INDUSTRI BATIK KAYU

Studi Pengaruh Kedalaman Pemakanan terhadap Getaran dengan Menggunakan Mesin Bubut Chien Yeh CY 800 Gf

JURNAL AUSTENIT VOLUME 1, NOMOR 1, APRIL 2009

PENGARUH VARIASI CUTTING FLUID DAN VARIASI FEEDING PADA PROSES PEMOTONGAN ORTHOGONAL POROS BAJA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN. Febi Rahmadianto 1)

ANALISIS PROFIL KEBULATAN UNTUK MENENTUKAN KESALAHAN GEOMETRIK PADA PEMBUATAN KOMPONEN MENGGUNAKAN MESIN BUBUT CNC

TURBO Vol. 6 No p-issn: , e-issn: X

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BAJA St 60 DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI

ANALISA KEKASARAN PERMUKAAN RADIUS PADA SPESIMEN UJI FATIGUE DENGAN VARIASI GERAK MAKAN DAN KEDALAMAN POTONG PADA MESIN CNC LEADWELL TURNING CENTER

PENGARUH PERUBAHAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES PEMBUBUTAN

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kondisi pemotongan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

Analisis Umur dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda Variable Speed Machining Test

SKRIPSI. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Disusun oleh : Yulius Wahyu Jatmiko NIM : I

Analisa pertumbuhan keausan pahat karbida coated dan uncoated pada alloy steel AISI 4340

Pengaruh jenis proses pemotongan pada mesin milling terhadap getaran dan kekasaran permukaan dengan material aluminium 6061

Transkripsi:

ANALISIS KEAUSAN PAHAT TERHADAP KUALITAS PERMUKAAN BENDA KERJA PADA PROSES PEMBUBUTAN Eko Prasetyo, Hendri Sukma 2, Agri Suwandi 2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, (02) 7864730,(02) 7272290, e_prasetyo73@yahoo.com 2 Jurusan Teknik Mesin Universitas Pancasila Hal 26 Abstrak Kunci untuk menghasilkan produk yang berkualitas adalah dengan melakukan proses pemesinan sesuai dengan peruntukannya. Salah satunya kekasaran permukaan memegang peran penting dalam menentukan kualitas hasil pemesinan. Beberapa paramater yang mempengaruhi kekasaran permukaan pada proses pembubutan yaitupendinginanpahat, kedalamanpotong, kecepatanpotong, gerakmakan, geometripahatpotong, getaran yang terjadi, komposisibendakerja, dangeometrimesinperkakas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keausan pahat potong jenis HSS terhadap kekasaran permukaan dengan material uji ST 37. Pengujian dilakukan secara berulangulang dengan memvariasikan jarak pemakanan, sehingga akan terlihat pada jarak keausan pahat potong terjadi yang kemudian dikorelasikan dengan tingkat kekasaran permukaan per pengujian yang telah dilakukan. Alat uji yang digunakan untuk pengukuran kekasaran permukaan adalah Surftest SJ20 P/M. Hasil penelitian ini akan menghasilkan pada jarak berapa pahat HSS mulai terjadi keausan dan berapa nilai kekasaran permukaan yang diperoleh. Kata Kunci: kualitas, keausan pahat potong, kekasaran permukaan, ST 37. Abstract The key to produce high quality product, is conducting machining process in accordance to its purposes. Surface roughness as one of the key play an important role to determine the quality of machining result. Surface roughness is influenced by many factors and among that are cooling process for cutting tool, depth cut, feed rate, torque, geometry of cutting tool, vibration, properties of speciment, and turning machine geometry. This research is aiming to indentify the tool wear out which used HSS material toward roughness surface for ST 37 material. In order to achieve that repeatedly experiment per designated distance, is conducted by observing at which distance the tool shown wear out sign in correlation with surface roughness. Surftest SJ20 P/M is a tester unit to measure roughness level. The result of this research is a location where HSS tool start to wear out and the number of surface roughness. Keywords : quality,tool wear out, surface roughness, ST 37.. PENDAHULUAN Dimasa yang serba cepat, keinginan manusia untuk berproduksi dan bersaing dengan cepat, efektif dan ekonomis, menjadi dasar untuk pengembangan perkakas dan mesin-mesin perkakas. Persaingan tersebut memberikan motivasi utama dalam pembuatan mesin perkakas yang memiliki ketelitian, akurasi dan presisi, sehingga dapat membuat bentuk sesuai dengan design (model), sedangkan untuk mempertahankan bentuk yang sesuai dengan design sering terbentur dengan masalah keausan pada pahat. Penyebab utama dari keausan disebabkan oleh temperatur yang tinggi sebagai akibat gesekan dua benda yaitu benda kerja dan pahat potong, yang berpengaruh terhadap umur pahat dan kekasaran permukaan benda kerja yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Keausan adalah suatu kehilangan bertahap dari permukaan pahat yang dibawa oleh aksi mekanis. Hal tersebut jika tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan proses pemesinan dari suatu komponen akan tidak sempurna, dalam hal ini akan menyebabkan tingginya nilai kekasaran permukaan. Pahat mempunyai peranan penting dalam melakukan suatu proses pemesinan. Karena kesalahan dalam menggunakan pahat sekecil apapun dapat mempengaruhi hasil dari proses produksi. Jadi dalam hal ini yang harus menjadi pemikiran adalah bagaimana memilih dan menentukan bahan pahat yang akan digunakan pada mesin produksi. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat keausan pada mata pahat itu sendiri dan kehalusan atau kekasaran permukaan yang akan dihasilkan dapat terkendali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pada jarak berapakah keausan pahat potong HSS mulai terjadi dan pengaruhnya terhadap terhadap kualitas permukaan benda kerja pada proses pemesinan dalam hal ini adalah mesin bubut.

2. METODOLOGI PENELITIAN Berikut ditampilkan (Gambar.) diagram alir penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh keausan sudut utama pahat potong (Kr o )HSS terhadap kualitas permukaan benda kerja pada proses pemesinan dalam hal ini adalah mesin bubut: Tujuan penelitian, mendapatkan nilai keausan pahat pada proses pemesinan Batasan masalah. Mesin bubut 2. Benda uji St37 3. Vc = 20.72 m/min 4. f = 0.037 mm/s 5. n = 330 rpm 6. a = 0.3 mm 7. Kr o = 45 o TAHAP I Metode penulisan. Studi literatur 2. Pengujian 3. Interview Pengujian I: Melakukan persiapan pahat, termometer non contact, benda kerja dan pahat Ambil data Kurang/salah Pengujian II: Melakukan pembubutan: Cukup. Benda uji pahat 2. Mesin bubut 3. Proses pembubutan 4. Termometer non contact 5. Mikrometer TAHAP II Data II TAHAP III Analisis Grafik, Analisis. Data 2. Lampiran dan tabel 3. Perhitungan 4. Sumber tertulis dan tidak tertulis Kesimpulan TAHAP IV End Gambar. Diagram Alir Penelitian 2. Tahap I : Persiapan Adalah langkah awal sebelum dimulainya penelitian. Diawali dari studi literatur, menentukan tujuan penelitian, perumusan masalah, batasan masalah hingga kepada metode penulisan dan metode penelitian yang akan dilakukan. 2.2 Tahap II : Pengujian Sebelum melakukan pengujian terhadap benda kerja, maka diharuskan mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan pengujian seperti benda kerja, mikrometer, pahat bubut, mesin bubut, alat ukur kekasaran permukaan dan mikroskop. Pengukuran kekasaran permukaan dengan menggunakan alat ukur kekasaran permukaan Surftest SJ 20 P/M. Pada saat pengukuran kekasaran permukaan, permukaan benda kerja tidak perlu dibersikan terlebih dahulu, hal ini dimaksudkan agar tidak mempengaruhi permukaan hasil pembubutan sehingga data yang dihasilkan lebih akurat. Hal 27

Gambar.2 Alat Ukur Kekasaran Permukaan SJ 20 P/M Adapun beberapa tahapan yang diperlukan untuk melakukan persiapan Pengujian I, yaitu: ) Mencatat suhu awal pahat, kemudian dilakukan pengukuran suhu selama proses pemakanan benda kerja berlangsung. Pengukuran suhu tersebut menggunakan thermometer non-contact. Gambar.3 Thermometer Non-contact 2) Mengambil ukuran panjang awal pahat (tool) sebagai parameter untuk mengetahui seberapa besar keausan (pengurangan dimensi) dari pahat tersebut dengan menggunakan alat mikrometer dan mikroskop. Dalam hal ini, panjang awal pahat adalah 70.36 mm. Pahat HSS Kr o = 45 o Gambar.4 Mengukur Mata Pahat dengan Mikrometer 3) Menyiapkan benda kerja jenisnya adalah baja ST37 dengan ukuran 20 mm panjang 500 mm. Hal 28 Gambar.5 Benda Uji Baja ST37 4) Meratakan kedua permukaan benda uji dan membuatkan lubang senter yang berfungsi sebagai dudukan senter kepala lepas. 5) Mesin bubut yang digunakan dalam pengujian ini mempunyai spesifikasi data sebagai berikut: a. Mesin bubut : Konvensional b. Tipe : YAM-CL4000G

c. Daya motor : 3,7 kw d. Voltage : 330 volt 6) Pasangkan benda kerja pada cekam (chuck) dan pasang pula pada senter kepala lepas untuk menahan benda kerja juga harus dilakukan untuk mengurangi getaran yang ditimbulkan oleh putaran mesin bubut saat melakukan proses. 7) Mengatur parameter pemesinan pada mesin bubut, untuk awal proses pembubutan benda uji I, seperti: a. Gerak makan f (mm/r) konstan = 0,037 mm/s b. Putaran mesin n (rpm) konstan = 330 rpm c. Kedalaman potong a (mm) konstan = 0,3 mm d. Kecepatan potong Vc (m/menit) sebesar = 20.72 m/menit Tabel. Daftar Harga f Pada Mesin Bubut 8) Melakukan proses bubut sesuai dengan tahap pengujian yang telah direncanakan, yaitu: a. Melakukan proses pembubutan dengan jarak pembubutan cm bersamaan itu pula diukur suhu prosesnya, kemudian setiap mencapai jarak cm, pahat dilepas untuk diukur keausannya dengan alat mikroskop. Hal tersebut diatas dilakukan secara kontinyu sebanyak 0 kali. Sehunggga akan diperoleh 0 data jarak pemakanan benda kerja, 0 tempetarur proses pembubutan dan 0 data tingkat keausan pahat. Gambar. 4. Melihat Bentuk Sudut Pahat Potong dengan Mikroskop Gambar.5 Benda Uji dan Letak Pembubutan b. Melakukan proses pembubutan dengan jarak pembubutan 2 cm bersamaan itu pula diukur suhu prosesnya. Setiap mencapai jarak 2 cm, pahat dilepas untuk diukur keausannya dengan alat mikroskop. Hal tersebut diatas dilakukan secara kontinyu sebanyak 0 kali. Sehingga akan diperoleh 0 data jarak pemakanan benda kerja, 0 temperatur proses pembubutan dan 0 data tingkat keausan pahat. c. Melakukan proses pembubutan dengan jarak pembubutan 3 cm bersamaan itu pula diukur suhu prosesnya. Setiap mencapai jarak 3 cm, pahat dilepas untuk diukur keausannya dengan alat mikroskop. Hal tersebut diatas dilakukan secara kontinyu sebanyak 0 kali. Sehingga akan diperoleh 0 data jarak pemakanan benda kerja, 0 temperatur proses pembubutan dan 0 data tingkat keausan pahat. Hal 29

Pengujian Kekasaran Permukaan Pengujian kekasaran permukaan dilakukan setelah proses pembubutan selesai, adapun tahapan pengujian kekasaran permukaan adalah sebagai berikut: ) Kalibrasi alat ukur kekasaran permukaan Surface tester dengan standar kekasaran permukaan Ra ( m) sebesar 3.00 m dan menggunakan standar sampel 2.5 mm, lama melakukan kalibrasi 0 menit. 2) Meletakkan benda kerja yang akan diuji pada tempat dudukan yang dibuat dengan balok berbentuk V yang disesuaikan dengan tinggi alat ukur kekasaran permukaan Surface dengan benda uji. Gambar. 6 Kedudukan Benda Uji dan Alat Ukur Kekasaran Permukaan Surface Tester 3) Melakukan pengujian dilakukan pada benda uji dalam hal ini ada 3 benda uji yang akan dilakukan pengujian. Untuk mempermudah penguji, maka dilakukan penandaan pada benda uji dengan memberikan kode ST37/a/0 sampai dengan ST37/a/03 Adapun banyaknya pengukuran dilakukan pada benda kerja (baja ST37) yang telah melalui proses pembubutan adalah sebagai berikut: a. Data pengujian diambil 0 kali setiap cm b. Data pengujian diambil 0 kali setiap 2 cm c. Data pengujian diambil 0 kali setiap 3 cm 4) Perhatikan dan catat data pada alat uji pengukuran kekasaran permukaan yang berupa angka digital. Jumlah data keseluruhan setiap benda uji sebanyak 0 data. Hasil pengukuran tidak selalu mendapatkan hasil data yang benar, sehingga dilakukan pengulangan pengukuran. 5) Untuk benda uji ke-2 dan ke-3 dilakukan cara yang sama dengan cara yang dilakukan pada benda uji ke-. 6) Perhitungan rata-rata dari data-data pengukuran kekasaran permukaan. 7) Dari hasil pengujian akan diperoleh data-data berupa Rz, Rt dan Ra ( m) yang berguna sebagai analisa dan grafik. Bila data tersebut yang diambil belum cukup untuk membantu menganalisa dan membuat grafik, maka dapat dilakukan kembali untuk mendapatkan kecukupan data untuk membantu analisa dan grafik. 2.3 Tahap III : Pengumpulan Data Setelah melakukan dan melewati beberapa pengujian, maka penguji dapat melakukan pengumpulan data dan dapat menganalisa. Grafik Grafik ini dapat dihasilkan dengan mengolah dan mengumpulkan data. Grafik yang dibubut yaitu dengan membandingkan data kekasaran permukaan antara Ra teoritis & Ra emperis setiap benda uji. Analisa Untuk dapat memeriksa keadaan sebenarnya dari hasil penelitian ini diperluan beberapa hal yang dapat membantu suatu analisa yaitu: a. Data I dan II b. Grafik Rateoritis & Raemperis Dalam analisa penelitian ini menggunakan perhitungan dengan menganalisa kekasaran permukaan secara teoritis, dimana telah diketahui nilai dari sudut yang digunakan. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan Ra secara teoritis adalah: Hal 30

h max ISSN 2085-2762 f c [Persamaan. ] cot Kr cot K r Ra 0. 256 Rt [Persamaan. 2] teoritis Rt = h max. [Persamaan. 3] 2.4 Tahap IV : Kesimpulan Berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan dan analisa data pengujian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisa Hasil Pengujian Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh data-data sebagai penunjang dalam menganalisa data tingkat keausan dan kekerasan permukaan benda kerja dari hasil pembubutan, diantaranya adalah: ) Pengujian I Pada pengujian merupakan pengujian yang dilakukan pada saat proses pembubutan berlangsung, yang akan diukur adalah temperatur sebelum pembubutan berlangsung dan pengukuran temperatur selama proses pembubutan. Dari pengujian ini parameter pemesinan yang berguna sebagai berikut: a. Material ST37 dengan diameter 20 mm m b. Kecepatan potong (VC) sebesar 20.72 min mm c. Gerak makan f = 0,037 r d. Putaran mesin (n) = 330 rpm e. Kedalaman potong (a) = 0.3 mm f. Sudut potong utama pahat (Kro) yang digunakan yaitu 45o. Tabel. Data Temperatur Pahat Potong Benda Uji St37/a/0 Pengujian Panjang Panjang T Awal Akhir T 2 70.36 3 70.36 32.5 2 70.36 3 70.36 32.6 3 70.36 3 70.35 32.4 4 70.36 3 70.35 32.3 5 70.36 3 70.35 32.2 6 70.36 3 70.35 32.4 7 70.36 3 70.35 32.6 8 70.36 3 70.35 32.7 9 70.36 3 70.34 32.5 0 70.36 3 70.34 32.4 2) Pengujian II Pengujian yang bertujuan mendapatkan nilai tingkat keausan atau pengurangan ukuran dari ujung pahat potong, yaitu dengan melakukan pengukuran dengan alat mikroskop. Sedangkan untuk benda kerjanya diukur tingkat kekasaran yang dihasilkan dari proses pembubutan dengan menggunakan Surftest 20 SJ. Tabel.2 Data Pengujian Kekasaran Permukaan Benda Uji Hasil Pengujian Kekasaran 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Rata-Rata ST37 I 2,93 2,77 2,67 2,5,83,55 3,4 2,66 2,76,78 2,46 II,69 2,2,79,63,75,5,64,64,8,58,72 III 2,9 3,2 3,02 2,96 2,93 2,55 2,65 2,32 2,24 2,39 2,7 3.2 Analisa Data Pengujian Setelah data-data yang diperlukan dalam semua pengujian didapat, maka dilakukan analisa terhadap tingkat keausan dari mata pahat yang digunakan pada mesin bubut terhadap kualitas permukaan benda kerja baik secara empiris maupun secara teoritis. Hal 3

Analisa Keausan Pahat Potong Keausan pahat potong dilakukan dengan bantuan mikroskop dan kertas semiblok untuk membantu pembacaan ukuran pengurangan dimensi pahat potong, sebagai contoh pengukuran keausan dapat dilihat dibawah ini: Gambar. 7 Bentuk Sudut Potong Pahat dengan Mikroskop Sebelum Mengalami Keausan Gambar. 8 Bentuk Sudut Potong Pahat dengan Mikroskop Setelah Mengalami Keausan Dari gambar diatas didapat hasil pengurangan dimensi pada ujung pahat potong adalah sebesar,2 mm. Pengukuran ini dilakukan secara kontinyu sebanyak0 data yang diambil tiap benda uji. Analisa Data Kekasaran Permukaan Ra ( m) Empiris Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dengan menggunakan alat ukur kekasaran permukaan, maka diperoleh data-data yang diperlukan untuk mendapatkan Ra ( m) empiris. Tabel.3 Data Rata-Rata Ra empiris Benda Uji Ra ST 37 I 2.46 II.72 III 2.7 Total rata-rata 2.30 Kekasaran Permukaan Kekasaran yang dipengaruhi oleh geometri pahat potong yang sering disebut sebagai kekasaran permukaan ideal atau teoritis. Dari Grafik. untuk material ST37 didapat nilai Ra teoritis lebih halus di banding dengan Ra empiris, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata antara Ra teoritis dan Ra empiris nya. Dari cm pengujian Ra empiris didapat hasil yang tidak stabil, terutama pada pengujian pertama dan ketujuh yang mempunyai nilai kekasaran paling besar. Karena pada pengujian pertama terdapat beban kejut yang besar setiap awal proses pengujian. Sedangkan pada pengujian ketujuh mulai terbentuknya radius pada pahat potong. Hal 32

4 3.5 Rateoritis, Raempiris 3 2.5 2.5 0.5 Ra teoritis Ra empiris 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Pengujian ke-n Grafik. Grafik Ra teoritis vs Ra empiris pada pengujian per cm Pada Gambar. 2 untuk material ST37 didapat nilai Rateoritis lebih halus di banding dengan Ra empiris, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata antara Ra teoritis dan Ra empiris nya. Pada pengujian kedua ini (per 2 cm) pengujian Ra empiris didapat hasil yang stabil, nilai kekasaran paling besar hanya diawal proses pengujian. Kestabilan angka kekasaran tersebut dikarenakan sudah terbentuknya radius pada pahat potong. 4 3.5 Rateoritis, Raempiris 3 2.5 2.5 Rateoritis Raempiris 0.5 0 0 2 3 4 5 6 7 8 9 0 Pengujian ke-n Grafik. 2 Grafik Ra teoritis vs Ra empiris pada pengujian per 2 cm Sedangkan pada Grafik. 3 didapat nilai Rateoritis lebih halus di banding dengan Ra empiris, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata antara Ra teoritis dan Ra empiris nya. Pada pengujian ketiga ini (per 3 cm) pengujian Ra empiris didapat hasil yang lebih stabil dibandingkan pengujian pertama dengan nilai kekasaran yang lebih besar dari pengujian kedua, dikarenakan sudah mulai ada keausan pada ujung pahat potong yang dipengaruhi oleh timbulnya temperatur pemotongan akibat panjangnya jarak pemakanan. Rateoritis, Raempiris 3.5 3 2.5 2.5 0.5 0 0 2 3 4 5 6 7 8 90234567892022223 Ra teoritis Ra empiris Pengujian ke-n Grafik. 2 Grafik Ra teoritis vs Ra empiris pada pengujian per 20 cm Grafik.4 memperlihatkan rata-rata Raempiris lebih kasar dari pada Ra teoritis, hal ini disebabkan karena Ra teoritis dalam keadaan ideal (kondisi material dan proses pemesinannya tidak dipengaruhi oleh Hal 33

lingkungan sedangkan Ra empiris sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan dan faktor-faktor proses pemesinan) yang dimaksud dengan faktor-faktor pemesinan antara lain:. Kondisi keausan pahat. 2. Kondisi operator pada saat menjalankan proses pemesinan. 3. Kondisi material. 4. Kondisi mesin. Rata-rata Rateoritis vs Rata-rata Raempiris Pada Pengujian Rata-rata Rateoritis, Rata-rata Raempiris 3 2.5 2.5 0.5 0 0 0.5.5 2 2.5 3 3.5 Rata-rata Ra teoritis Rata-rata Ra empiris Pengujian Ke-n Grafik. 4 Grafik Rata-rata Ra teoritis vs Rata-rata Ra empiris pada pengujian 4. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan perhitungan dan analisa, maka dapat diambi kesimpulan: a. Dari analisa pengujian didapat kesimpulan, dimana nilai keausan dan nilai kekasaran permukaan bertolak belakang. Karena di nilai keausan yang besar mempunyai nilai kekasaran permukaan yang kecil. Hal itu disebabkan karena sudut potong utama pahat sudah mulai membentuk radius, yang membuat kekasaran permukaan hasil pengujian menjadi lebih halus. Dibandingkan bila sudut potong utama tidak memiliki radius. b. Dari analisa data yang didapat, terjadi penyimpangan antara nilai Ra empiris dan Ra teoritis, hal ini disebabkan karena kondisi pada saat melakukan pengujian, yaitu:. Suhu pada saat proses pemesinan dan suhu ruangan yang tidak stabil, 2. Keausan pada pahat, 3. Kebersihan benda kerja, 4. Kondisi mesin dan pencekaman benda kerja. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucap puji syukur atas kemudahan yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepada pihak lain yang membantu kelancaran jalannya proses penulisan sampai dengan penyerahan tulisan ini. Semoga apa yang dilakukan dapat bermanfaat tidak hanya untuk pengembangan diri penulis akan tetapi untuk khalayak luas. 6. DAFTAR PUSTAKA [] Muin, Syamsir A, 989, Dasar-dasar Perencanaan Perkakas dan Mesin-Mesin Perkakas, Rajawali Pers, Jakarta. [2] Rochim, Taufik, 993, Teori dan Teknologi Proses Pemesinan, ITB, Bandung. [3] Kalpakjian, Serope & Steven Schmid, 2006, Manufacturing Engineering and Technology 5 th Edition, Pearson Prentice Hall, Singapore. [4] Mulyanto, Tri, 2007, Proses Manufaktur edisi II, Universitas Pancasila Press, Jakarta. [5] Khoeron, Muhammad, 2006, Analisa Kekasaran Permukaan Terhadap Perubahan Geometri Pahat Potong pada Proses Pemesinan, Universitas Pancasila Press, Jakarta. Hal 34