BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL SISWA KELAS X IPS SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. warganya belajar dengan potensi untuk menjadi insan insan yang beradab, dengan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

PERBEDAAN KOMPETENSI HUBUNGAN INTERPERSONAL DAN RELIGIUSITAS ANTARA SISWA BOARDING DENGAN SISWA NON BOARDING

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. terpelajar dengan sendirinya berbudaya atau beradab. Namun kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003 pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

ERFIANA RESTYA RAHMAWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 Alinea ke-iv yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Peran sekolah dalam membentuk pribadi siswa yang sehat dan produktif sudah tidak diragukan lagi. Sekolah dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi memiliki tahap-tahap yang disesuaikan dengan perkembangan siswa, sekolah menengah, pada siswa umumnya berada pada tingkat usia remaja antara 13-18 tahun, merupakan kelompok usia yang menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku. Sekolah yang berbasis keislaman memiliki pendidikan keagaman yang lebih banyak dibandingkan dengan sekolah pada umumnya, sehingga nilai-nilai agama yang diterapkan dalam sekolah menjadi wajar jika siswa siswinya memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi. Kecerdasan Spiritual di ibaratkan sebagai intan permata jika digosok akan mengkilat, begitu pula jika kecerdasan spiritual diasah maka akan menjadi seseorang yang bijaksana dan arif dalam menjalankan hidup. Kecerdasan spiritual diperlukan saat manusia menghadapi suatu masalah, dengan menggunakan kecerdasan spiritualnya, maka secara naluri

2 kecerdasan emosi dan kecerdasan intelektual. Agustian (2004:46) menjelaskan tentang empat faktor yang dapat membangun kecerdasan spiritual yaitu pertama, Zero mind process yaitu berupaya untuk menjernihkan emosi, upaya ini merupakan prasyarat bagi lahirnya alam berfikir yang jernih dan suci (god spot fitrah) yaitu kembali kepada hati dan pikiran yang bersifat merdeka serta terbebas dari belenggu. kedua, Mental building (membangun mental), membangun mental merupakan upaya yang berkaitan dengan kesadaran diri yang dibangun dari alam berfikir dan emosi secara sistematis dengan berpegang pada prinsip-prinsip yang ada dalam rukun iman. Ketiga, Personal Strength yaitu membentuk ketangguhan pribadi yang merupakan langkah pengasah hati yang telah terbentuk berdasarkan rukun islam. Keempat, Social strength (ketangguhan sosial) yaitu membentuk ketangguhan sosial. dengan cara melakukan aliansi/sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya, sebagai suatu perwujudan dan tanggung jawab sosial seseorang yang telah memiliki ketangguhan pribadi. Kecerdasan spiritual itulah yang kemudian membentengi diri siswa agar terhindar dari perilaku yang menyimpang yang dilakukan remaja (kenakalan remaja). Seseorang tidak akan melakukan tidak kriminal atau melakukan kenakalan remaja jika seseorang tersebut berserah diri kepada Allah. Didalam surat Al-Ikhlas ada penegasan tentang Allah, Tuhan Pencipta yang harus disembah, diagungkan dan serba sempurna. Allah adalah satu-satunya tempat untuk kita berserah diri pada apapun keadaan kita.

3 Artinya: Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." Santrock (2002:22) mendefinisikan kenakalan remaja (juvenile delinquent) mengacu kepada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial (seperti bertindak lebih di sekolah), pelanggaran (seperti melarikan diri dari rumah) hingga tindakantindakan kriminal (seperti mencuri). Santrock memberikan beberapa prediktor hal-hal yang menjadi penyebab kenakalan remaja diantaranya adalah identitas, pengendalian diri, usia, jenis kelamin, harapan-harapan bagi pendidikan, nilai rapor sekolah, pengaruh teman sebaya, status sosial ekonomi, peran orang tua dan kualitas lingkungan. Kenakalan remaja tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja, akan tetapi di daerahpun juga terjadi kenakalan remaja. Kenakalan remaja yang terjadi ini bukan hanya murni dari dalam diri remaja saja akan tetapi hal tersebut bisa saja merupakan efek yang timbul dari pergeseran nilai-nilai dan norma-norma yang ada akibat pengaruh modernisasi yang terjadi saat ini serta kurangnya kontrol pada diri remaja. Kenakalan remaja juga terjadi di SMA Muhammadiyah 2 Genteng dimana SMA tersebut merupakan salah satu sekolah swasta yang berbasis keislaman dengan menerapkan kegiatan-

4 kegiatan yang menunjang siswa untuk mengoptimalkan kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh siswanya yakni dengan pembacaan ayat Al- Qur an selama 20 menit setiap hari sebelum jam pelajaran dimulai, sholat dhuha pada saat jam istirahat pertama, sholat jum at berjamaah untuk semua siswa dan guru, penyuluhan terhadap bahaya narkoba, free sex dan HIV Aids dengan mendatangkan ahli dari dokter maupun pihak kepolisian, mengadakan pendekatan terhadap siswa maupun orang tua dengan mengadakan kunjungan ke rumah-rumah siswa setiap dua bulan sekali. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut hendaknya menjadikan siswa siswi tersebut memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, akan tetapi pada kenyataan kenakalan remaja yang terjadi juga semakin banyak. Peneliti melihat adanya kecenderungan kenakalan remaja yang tinggi. Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan beberapa kejadian diantaranya adalah sekitar 30% siswa terlihat berada di luar kelas pada saat jam pelajaran berlangsung dan juga pada saat pergantian jam pelajaran, hal tersebut tidak hanya dilakukan oleh satu atau dua orang akan tetapi berkelompok, keluar sekolah pada saat jam istirahat, nongkrong di samping sekolah dengan seragam sekolah yang tidak rapi, merokok di belakang sekolah pada saat jam istirahat. Berdasarkan informasi yang di dapat dari Guru BK mengatakan bahwa kerap kali terjadi pencurian helm, pencurian laptop, hingga pelacuran juga dilakukan oleh beberapa siswa-siswinya. Kenakalan remaja yang ada di SMA Muhammadiyah 2 Genteng ini dipengarhi oleh beberapa faktor pendukung diantaranya pembangunan mall-

5 mall yang kian merebak serta perkembangan teknologi informasi menjadikan pola hidup modern yang kurang sesuai bagi keluarga yang memiliki ekonomi menengah ke bawah. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh faikatul alfiah dengan judul hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja di SMA 1 Suboh menunjukkan hasil bahwa tingkat konsep diri tergolong sedang dengan prosentase sebesar 91,9% sedangkan untuk kenakalan remaja tergolong rendah dengan prosentase sebesar 87,5%, akan tetapi tidak terdapat hubungan antara konsep diri dengan kenakalan remaja ditunjukkan dengan hasil analisa product moment sebesar r xy = -0.131; sig = 0.168 < 0.05. Pada penelitian yang dilakukan oleh M. Ali maksum dengan judul pengaruh kecerdasan spiritual dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar santri pondok pesantren salafiyah Al Huda Ngadirejo Kota Kediri dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kecerdasan spiritual dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dimana hasil penelitian dianalisa menggunakan regresi linier berganda dengan hasil nilai F hit sebesar 0,102 dan (Signifikansi F=0,903). Sig F > 5% (0,000<0,05). Dari nilai R square menunjukkan nilai sebesar 0,002 atau 0,2% oleh prestasi belajar, sedangkan sisanya 99,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita Zahra dengan judul Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap perilaku delinkuen pada remaja laki-laki. Penelitian menggunakan pendekatan korelasional yaitu untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap perilaku delinkuen

6 pada remaja laki-laki. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling dengan jumlah subjek sebanyak 155 orang remaja laki-laki berusia 12 15 tahun. Metode pengumpulan data dengan menggunakan dua buah skala yaitu skala kecerdasan emosional yang disusun berdasarkan aspekaspek yang dikemukakan oleh Bar-On dan skala perilaku delinkuen berdasarkan teori Bynum & Thompson. Hasil pengujian hipotesa menunjukkan hubungan yang negatif antara kecerdasan emosional dengan perilaku delinkuen dengan nilai r=-0,566. sumbangan efektif variabel kecerdasan emosional terhadap perilaku delinkuen sebesar 32%. Berdasarkan kesenjangan penelitain terdahulu juga fakta yang telah diungkaplan diatas serta dari teori yang ada, maka peneliti tertarik untuk mengangkat sebuah penelitian dengan judul Hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Kenakalan Remaja di SMA Muhammadiyah 2 Genteng B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana tingkat kecerdasan spiritual di SMA Muhammadiyah 2 Genteng? b. Bagaimana tingkat kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 2 Genteng? c. Adakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 2 Genteng?

7 C. Tujuan Tujuan merupakan target yang hendak dicapai dalam melakukan suatu kegiatan, berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual di SMA Muhammadiyah 2 Genteng. b. Untuk mengetahui tingkat kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 2 Genteng. c. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan spiritual dengan kenakalan remaja di SMA Muhammadiyah 2 Genteng. D. Manfaat Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat membawa manfaat diantaranya adalah: 1. Manfaat Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan khazanah keilmuan dalam bidang psikologi, terutama tentang kecerdasan spiritual dan kenakalan remaja. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi Orang Tua : sebagai salah satu bahan referensi untuk mengetahui tentang kenakalan remaja sehingga para orang tua memberikan perhatian lebih kepada anak-anak dan membimbingnya kearah yang positif.

8 b. Bagi Lembaga : sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan meningkatkan mutu Pendidikan khususnya Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang c. Bagi Sekolah : sebagai informasi kepada pihak sekolah mengenai kecerdasan spiritual dan kenakalan remaja untuk kemudian dapat memberikan pendidikan karakter dan pendalaman keagamaan bagi siswa dan siswi untuk lebih meningkatkan kecerdasan spiritual agar kenakalan remaja semakin berkurang.