2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Shomedran, S. Pd

BAB I PENDAHULUAN. diistilahkan dengan Environmental Impact Analysis, telah secara luas digunakan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

PENGKAJIAN FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGELOLAAN SAMPAH PARTISIPATIF

BAB V IMPLEMENTASI PROGRAM KOMPOSTING RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu tolak ukur kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan memberikan pengaruh satu sama lain, mulai dari keturunan,

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Sampah Wargi Manglayang RW 06

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. sembarangan karena tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tahun 2012 memiliki total jumlah penduduk sebesar jiwa (BPS, 2013).

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menuntut Pemerintah Daerah untuk

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG DAN KOTA YOGYAKARTA

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Gambar 2.1 organik dan anorganik

KERJA SAMA BISNIS PENDIRIAN BANK SAMPAH MODEL BARU

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

PELATIHAN PEMANFAATAN BARANG BEKAS SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN REUSABLE BAGUNTUK MELATIH SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MELAKUKAN DIET PLASTIK

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH TERPADU UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI BAGI MASYARAKAT DI DAERAH

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan sampah tidak lepas dari adanya aktivitas manusia di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pengelolaan Sampah Terpadu. Berbasis Masyarakat Kelurahan Karang Anyar

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. (makhluk hidup) dan abiotik (makhluk tak hidup). Kedua komponen itu akan

BUPATI POLEWALI MANDAR

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. 1. Gambaran Umum Dusun Kaliabu RW 13 dan Bank Sampah Karesma

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMBERDAYAAN KELOMPOK PKK DALAM PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK MENJADI PRODUK KERAJINAN TANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lupy Dwi Septa Satria, 2014

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. kapasitas atau jumlah tonnasenya. Plastik adalah bahan non-biodegradable atau tidak

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. yang dianggapnya sudah tidak berguna lagi, sehingga diperlakukan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Disamping itu, pola konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. volume sampah berkorelasi dengan pertambahan jumlah penduduk dan upaya untuk

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI 3R UNTUK KADER LINGKUNGAN

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

BAB II. DAUR ULANG SAMPAH BOTOL PLASTIK

Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat. Oleh: Siti Marwati, M. Si Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir di seluruh negara dan

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemberdayaan dalam arti luas merupakan suatu tindakan untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional agar secara perorangan dan atau kelompok masyarakat menjadi mandiri. Pemberdayaan masyarakat khususnya pada masyarakat yang termarjinalkan memiliki kaitan erat dengan sustainable development di mana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan secara ekonomi dan sosial yang dinamis, serta menuju kepada kemandirian. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses dan bentuk pemberdayaan yang dapat menjadikan masyarakat sebagai subyek dalam sebuah kegiatan pemberdayaan, dalam hal ini yaitu pemberdayaan partisipatif. Melalui proses dalam pemberdayaan maka masyarakat secara bertahap akan memperoleh kemampuan tersebut, masyarakat harus menjalani proses tersebut dengan berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan pemberdayaan. Dengan demikian akan diperoleh kemampuan/daya dari waktu ke waktu dan akan terakumulasi kemampuan yang memadai, untuk mengantarkan kemandirian mereka. Apa yang diharapkan dari pemberdayaan yang merupakan suatu visualisasi dari pembangunan sosial ini diharapkan dapat mewujudkan komunitas yang baik dan masyarakat yang mandiri. Kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan fisik, yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya perubahan emosional, perubahan kognitif yang memberikan pemikiran tentang cara berpikir yang mendasari tingkah laku, serta perubahan nilai dalam peran sosial melalui pengasuhan orang tua dan aktivitas individu. Secara spesifik, masalah kemandirian menuntut suatu kesiapan individu, baik kesiapan fisik maupun emosional untuk mengatur, 1

2 mengurus dan melakukan aktivitas atas tanggung jawabnya sendiri tanpa banyak menggantungkan pada orang lain. Untuk mencapai suatu kemandirian pada manusia ataupun masyarakat baik itu pada aspek kemandirian ekonomi ataupun perilaku mereka untuk itu diperlukan suatu cara yang tepat. Dalam hal ini pengembangan sumber daya manusia Indonesia dirasakan perlu dilakukan melalui berbagai kegiatan pemberdayaan agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, tangguh, berwawasan dan mempunyai keunggulan serta keterampilan sehingga akan mencapai suatu kemandirian pada diri masyarakat itu sendiri. Terkait dengan hal ini upaya pemerintah dalam membangun dan mengembangkan kualitas manusia melalui pembangunan dalam bidang pendidikan dilaksanakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya (UU RI No. 20 tahun 2003). Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 1 dan 2 berbunyi: (1) pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. (2) pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan keperibadian profesional. Tujuan pendidikan nonformal sebagaimana tercantum dalam peraturan pemerintah republik indonesia No. 73 Tahun 1991 yaitu: Membina warga belajar agar memilki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan bekerja mencari nafkah. Pendidikan nonformal terdiri dari berbagai program yaitu meliputi: Pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. (UU RI No 20 Tahun 2003). Kedudukan dan fungsi pendidikan luar sekolah adalah untuk melayani dan membina warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang, memliki

3 pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, serta memenuhi kebutuhan belajar masyarakat. Salah satu bentuk dari program pendidikan luar sekolah adalah melakukan berbagai program pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan keterampilan, pemberdayaan pemuda, pemberdayaan masyarakat, pelatihan dan lain-lain. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh komunitas Bank Sampah diantaranya yaitu melakukan kegiatan daur ulang sampah, pemberian keterampilan dan pelatihan, penabungan sampah dan lain-lain. Dalam pelaksanaannya tentu ada cara yang dilakukan dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank Sampah terkait dengan persampahan dan lingkungan serta pendidikan dan pemahaman masyarakat akan lingkungan. Di Indonesia pada umumnya masalah sampah masih sulit diatasi. Hal ini di sebabkan karena selama ini masyarakat belum menyadari akan arti pentingnya kebersihan lingkungan dan teknologi pengolahan sampah yang masih jauh dari memadai. Dampak dari hal tersebut tentunya sangat banyak, mulai dari bahaya kesehatan, kebersihan lingkungan, banjir, pencemaran, polusi dan lain-lain. Masyarakat masih membuang sampah rumah tangga dan limbah industri ke jalan trotoar, pasar, sungai, got dan laut. Sepertinya tempat-tempat tersebut telah menjadi tempat sampah raksasa bagi masyarakat dalam membuang sampah. Masyarakat seakan merasa nyaman dengan kebiasaan buruk tersebut karena hampir tidak ada sanksi hukum yang tegas dan konsisten bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Hal tersebut tambah diperburuk oleh tata kelola pengolahan sampah yang masih tradisional yaitu dengan cara melakukan pembakaran di lahan terbuka (TPA/Tempat Pembuangan Akhir) dan ditimbun dengan tanah. Masih jarang pemerintah daerah maupun pusat yang memanfaatkan sampah sebagai sumber energi listrik atau perusahaan swasta yang mendaur ulang (recyle) sampah-sampah tertentu. Setiap saat dalam kehidupan sehari-harinya manusia selalu menghasilkan sampah, yang disebut dengan sampah rumah tangga atau domestik, sebagai contoh adalah sampah dari bekas bumbu, detergen, plastik kemasan, botol plastik, dus dan lain-lain. Apabila tanpa pengelolaan yang tepat masalah sampah ini tentu sangat banyak dampak negatifnya. Dengan begitu banyaknya sampah maka cara

4 pemanfaatannya berbeda-beda sesuai dengan karakter dan sifat dasar sampah tersebut. Pengelolaan sampah memang sudah sepantasnya dilakukan demi menjaga keselamatan bumi dan ternyata dari segi ekonomi sampah bisa mendatangkan nilai lebih melalui daur ulang sampah menjadi berbagai bentuk kerajinan atau keterampilan. Sampah bukan sesuatu yang asing dalam keseharian kita, karena kita secara pribadi setiap harinya menghasilkan sampah. Sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Berdasarkan kamus istilah lingkungan (1994) menyatakan bahwa sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan, pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur dan materi berlebihan atau ditolak atau buangan. Sedangkan menurut istilah lingkungan untuk manajemen, Encolink (1996) (dalam Rinrin Migristine, 2009, hlm. 2) menyebutkan sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Di kota Bandung sampah yang dihasilkan rata-rata setiap harinya adalah sekitar 1.600 ton (www.nationalgeographic.co.id). Dari jumlah itu yang dapat terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sekitar 1.200 ton dan sisanya tidak terangkut, diolah oleh warga dan dibuang di tempat pembuangan sampah liar. Selain hal tersebut juga tidak ditunjang dengan fasilitas dan prasarana pengangkut yang memadai. Jumlah truk pengangkut sampah saat ini yang ada berjumlah 120 unit, yang seharusnya diperlukan sekitar 140 unit untuk menjangkau 160 TPS di seluruh Bandung. Sedangkan pengangkutan di TPS ratarata dapat dilakukan seminggu tiga kali. Sedangkan untuk sampah plastik yang dihasilkan di kota Bandung yaitu berkisar 150 ton setiap harinya, hal ini menunjukkan sekitar lebih kurang 20 persen dari total keseluruhan sampah untuk setiap harinya (www.pikiran-rakyat.com). Melihat hal tersebut tentunya diperlukan alternatif dalam mengurangi dan mengolah sampah yang tentunya adalah melakukan proses pemberdayaan kepada masyarakat agar nantinya tumbuh kesadaran dan pada akhirnya dapat mandiri baik secara ekonomi maupun perilaku mereka. Salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh masyarakat secara mandiri adalah dengan melakukan daur ulang

5 sampah untuk menjadi produk kerajinan, kompos, bioetanol dan alat rumah tangga melalui keterampilan-keterampilan pengolahan sampah tersebut. Pengolahan sampah ini di samping bermanfaat dalam membersihkan lingkungan, juga memiliki nilai ekonomi yang dapat membantu pendapatan warga. Upaya tersebut dapat menjadikan peluang usaha atau salah satu bentuk untuk berwiraswasta untuk usaha kecil menengah. Pengolahan sampah ini dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh remaja, ibu-ibu, orang dewasa, pemuda maupun orang tua. Berbagai program pemberdayaan berkenaan dengan sampah yang dilakukan sekarang ini salah satunya adalah melalui kegiatan penabungan sampah dan daur ulang sampah yang dilakukan oleh Bank Sampah Wargi Manglayang Cibiru Bandung, berbagai bentuk kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah penabungan sampah, menjadikan sampah berupa kerajinan tangan atau bentuk keterampilan lain yang bernilai ekonomi seperti tas dari plastik, dompet, karpet, tempat tisue, dan lain-lain. Mengelola sampah pada dasarnya membutuhkan suatu kreatifitas partisipatif aktif dari masyarakat, terutama dalam mengurangi jumlah sampah, memilah jenis sampah hingga berupaya menjadikan sampah bermanfaat baik itu berupa produk kerajinan atau jenis lain yang bernilai ekonomi. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan diharapkan menjadi salah satu bentuk solusi yang dapat diberikan kepada masyarakat sehingga nantinya masyarakat bisa menjadi lebih mandiri dengan apa yang mereka dapatkan dari hasil kegiatan tersebut. Tidak hanya menjadikan masyarakat mandiri dari segi keterampilan dan kemampuan mengola sampah saja tetapi juga diharapkan masyarakat akan sadar terhadap sampah, bagaimana agar tidak lagi membuang sampah sembarangan, melakukan pemilahan, pengumpulan dan sampai mendaur ulang kembali. Bank Sampah yang menjadi salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang pemberdayaan sebagai salah satu wadah dalam melakukan pengolahan sampah, baik itu sampah organik maupun anorganik dapat menjadi salah satu solusi dalam membantu mengurangi volume sampah yaitu dengan melakukan kegiatan daur ulang sampah plastik dan kegiatan menabung sampah. Dengan program yang dilakukan di Bank Sampah seperti melakukan pengolahan sampah menjadi

6 berbagai bentuk keterampilan dan kerajinan yang mempunyai nilai ekonomi dapat membantu masyarakat. Sampah yang masih banyak berserakan tidak seharusnya didiamkan saja, karena dengan kreatifitas dan keterampilan dapat menjadikan sampah plastik tersebut menjadi uang atau daya jual kembali. Dengan kondisi tersebut maka Bank Sampah Wargi Manglayang melakukan kegiatan pemberdayaan partisipatif warga masyarakat sekitar atau nasabah. Kegiatan ini memberikan pelatihan, penabungan sampah, keterampilan kepada masyarakat bagaimana mengolah sampah menjadi produk-produk keterampilan yang bernilai ekonomi seperti tas plastik, dompet, karpet, tempat tisue, tempat bunga, taplak meja dan lain-lain serta melakukan kegiatan penyadaran masyarakat akan sampah. Kegiatan pemberdayaan partisipatif yang dilakukan di Bank Sampah Wargi Manglayang merupakan suatu usaha yang menjanjikan bagi penyelamatan lingkungan, pengembangan masyarakat dan sekaligus dapat berdampak ekonomis positif jika dilakukan dengan kreatif dan dengan manajemen yang baik. Kegiatan ini tentunya juga harus dilakukan pendampingan yang baik agar nantinya dapat berjalan terus dan bertahan sehingga masyarakat tidak menjadi ketergantungan ketika program diberikan saja. Kegiatan pemberdayaan dengan daur ulang sampah yang dilakukan di Bank Sampah Wargi Manglayang sudah dimulai sejak tahun 2008 lalu. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan partisipatif masyarakat. Melalui upaya pemberdayaan partisipatif, masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara penuh dalam kegiatan pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan. Kegiatan pemberdayaan di Bank Sampah tersebut sudah lama berjalan dan tetap bisa bertahan meskipun kegiatannya tidak di donasi oleh lembaga swasta ataupun pemerintah secara kontinu. Kegiatan yang dilakukan pada mulanya adalah inisiasi masyarakat sendiri yang di pelopori oleh beberapa warga sekitar misalkan saja bapak Rahmat, hal ini yang menarik adalah kegiatan dapat bertahan cukup lama tanpa ada bantuan secara kontinu oleh para donatur. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi tergantung pada berbagai program pemberian (Charity). Karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (Ginanjar Kartasastima, 1995,

7 hlm. 20). Masyarakat memiliki peran penting dalam kegiatan tersebut, disamping sebagai penghasil sampah tiap harinya masyarakat juga terlibat langsung dalam kegiatan tersebut. Melalui pemberdayaan partisipatif, masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kemandirian ekonomi dan perilaku masyarakat serta meningkatkan keterampilan dan kesadaran masyarakat sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan. Faktor yang sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu program pemberdayaan masyarakat diantaranya adanya aspek strategis yang bersifat partisipatif. Dalam arti yaitu adanya partisipasi masyarakat pada suatu kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan. Pemberdayaan partisipasi ini lebih mencerminkan kenyataan yang ada di lapangan sekaligus merupakan cara melibatkan masyarakat untuk belajar bertanggung jawab dan ikut andil dalam kegiatan. Hal ini bersifat sederhana, demokratis dan membangkitkan motivasi. Metode tersebut memberikan kesempatan terhadap kelompok masyarakat dari berbagai tingkat, departemen, atau sektor yang berbeda untuk bersama-sama menyepakati situasi tertentu dalam ruang lingkup tertentu pula, yakni dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Pengembangan kegiatan secara partisipatif adalah salah satu cara untuk meningkatkan peran serta dari semua faktor yang terlibat untuk memikirkan dan berkontribusi pada semua tahapan kegiatan pemberdayaan dan pembangunan masyarakat. Hal ini bertujuan untuk bersama-sama mempelajari situasi dan kondisi yang ada agar dapat berkaitan dengan program yang akan dilakukan serta mencari solusi dari berbagai masalah yang ada di masyarakat. Partisipatif masyarakat dalam pemberdayaan diantaranya mengacu pada pendekatan yang menggunakan metode partisipatory dengan peran utama perencana dan pelaksana program adalah masyarakat yang pada pelaksanaannya dipandu oleh fasilitator dan inisiator suatu progam pemberdayaan. Berdasarkan kondisi masyarakat yang digali melalui proses tersebut diharapkan muncul temuan-temuan penting yang dapat dirumuskan sebagai pemetaan permasalahan dan potensi yang dapat diwadahi oleh program pemberdayaan salah satunya oleh komunitas Bank Sampah yang berperan aktif dalam kegiatan pemberdayaan dan lingkungan.

8 Dari hasil studi penjajakan, diketahui bahwa kegiatan pemberdayaan di Bank Sampah Wargi Manglayang Palasari Cibiru Bandung merupakan salah satu progam yang diselenggarakan dalam rangka untuk mengurangi volume sampah dan memberdayakan masyarakat sekitar agar sadar akan sampah, menjadi mandiri dan kegiatan tersebut sudah rutin dilakukan sebagai bentuk kegiatan pemberdayaan bagi masyarakat sekitar. Program ini diikuti oleh masyarakat sekitar yang yang merupakan anggota atau nasabah dari Bank Sampah tersebut, yang telah menghasilkan berbagai bentuk keterampilan dari sampah seperti yang telah disebutkan di atas dan juga program penabungan sampah. Bank Sampah merupakan salah satu lembaga yang banyak bergerak dibidang pemberdayaan masyarakat terutama memberikan pemberdayaan lingkungan dan pemberian pengatahuan dan keterampilan khususnya yang berkenaan tentang sampah. Melihat kondisi masyarakat sekitar yang kurang kemandirian dan kesadaran terhadap sampah maka Bank Sampah Wargi Manglayang melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan daur ulang sampah yang sudah lama berjalan dengan konsep pemberdayaan partisipatif masyarakat yang pada kenyataannya program tersebut dapat bertahan tanpa ada bantuan secara kontinu oleh pihak donatur tetapi tetap memberikan kegiatan pemberdayaan terutama berkaitan dengan sampah dan lingkungan menarik untuk diteliti dan dikaji dikarenakan dalam perkembangannya merupakan sesuatu yang tergolong baru dan sangat bermanfaat bagi masyarakat sehingga perlu mendapat masukan sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya, serta masih sedikit dilakukannya studi tentang pemberdayaan khususnya di Bank Sampah Wargi Manglayang Cibiru Bandung. Atas dasar itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkenaan dengan Studi Tentang Pemberdayaan Partisipatif dalam Membangun Kemandirian Ekonomi dan Perilaku Warga Masyarakat (Studi pada Bank Sampah Wargi Manglayang RT 01/RW 06 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung).

9 B. Identifikasi Masalah Uraian pada latar belakang merupakan dasar dalam mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini. Secara lebih khusus, permasalahanpermasalahan di atas diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pemanfaatan dan pengolahan potensi sumber daya alam seperti halnya sampah yang belum dioptimalkan sehingga perlunya pemberdayaan untuk mencapai kemandirian warga. 2. Penerapan pemberdayaan partisipatif pada Bank Sampah dalam menciptakan kemandirian ekonomi dan perilaku bagi warga sekitar yang masih perlu dikaji dan diteliti. 3. Masih kurangnya keterampilan dan kesadaran masyarakat dalam melakukan daur ulang sampah. 4. Bank Sampah Wargi Manglayang tetap bertahan dan menjalankan program pemberdayaan meskipun tanpa adanya bantuan dari donatur secara kontinu. 5. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang di lakukan Bank Sampah Wargi Manglayang masih perlu dikaji dan diteliti. C. Rumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan permasalahan secara umum dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pemberdayaan Partisipatif dalam Membangun Kemandirian Ekonomi dan Perilaku Warga Masyarakat (Studi pada Bank Sampah Wargi Manglayang RT 01/RW 06 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung)?. Untuk itu secara khusus rumusan masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pemberdayaan partisipatif pada Bank Sampah Wargi Manglayang? 2. Bagaimana capaian hasil pemberdayaan partisipatif dalam membangun kemandirian ekonomi warga pada Bank Sampah Wargi Manglayang? 3. Bagaimana capaian hasil pemberdayaan partisipatif dalam membangun kemandirian perilaku warga pada Bank Sampah Wargi Manglayang? 4. Bagaimana pendampingan yang dilakukan oleh pengelola terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat pada Bank Sampah Wargi Manglayang?

10 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengamati, mengkaji, menganalisis dan mendeskripsikan tentang pemberdayaan partisipatif pada Bank Sampah Wargi Manglayang RT 01/RW 06 Kelurahan Palasari Kecamatan Cibiru Bandung. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Implementasi pemberdayaan partisipatif pada Bank Sampah Wargi Manglayang. 2. Capaian hasil pemberdayaan partisipatif dalam membangun kemandirian ekonomi warga pada Bank Sampah Wargi Manglayang. 3. Capaian hasil pemberdayaan partisipatif dalam membangun kemandirian perilaku warga pada Bank Sampah Wargi Manglayang. 4. Pendampingan yang dilakukan oleh pengelola terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat pada Bank Sampah Wargi Manglayang. E. Manfaat Penelitian Temuan-temuan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik itu secara teoritis maupun praktis bagi berbagai pihak. 1. Manfaat Teoritis a. Meningkatkan makna pemberdayaan terutama bagi masyarakat b. Menambah bahan pengayaan berdasarkan studi lapangan untuk program studi Pendidikan Luar Sekolah dan Mahasiswa Pendidikan Luar Sekolah pada khususnya. c. Menambah sumber pengetahun tentang pemberdayaan partisipatif pada kegiatan pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi penyelenggara, praktisi Pendidikan Nonformal akademisi/perguruan tinggi, dan lembagalembaga yang peduli terhadap pendidikan nonformal pada umumnya. 2. Manfaat Praktis a. Mengembangkan sistem kerja internal dan pembinaan pengolahan sampah dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat sekitar Bank Sampah Wargi Manglayang Palasari Cibiru Kota Bandung. b. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi lembaga terkait khususnya Bank Sampah dalam melakukan program-program pemberdayaan masyarakat.

11 c. Sebagai masukan dalam upaya pengembangan program Pendidikan Luar Sekolah yang berhubungan dengan penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan masyarakat. d. Sebagai masukan bagi Dinas terkait dan lembaga pendidikan nonformal dalam melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. F. Struktur Organisasi Tesis Sebagai upaya untuk memudahkan dalam pemahaman penelitian ini maka penulisan tesis nantinya disusun dengan struktur sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan, yang meliputi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. BAB II: Kajian Pustaka, yang terdiri dari konsep yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yakni mencakup: konsep pemberdayaan masyarakat, konsep kemandirian, pemberdayaan masyarakat dalam konteks PNF, konsep partisipatif, dan konsep Bank Sampah. BAB III: Metode Penelitian, yang meliputi pendekatan dan metode penelitian, lokasi dan subyek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, langkah-langkah pengumpulan data, teknik pengolahan dan anlisis data. BAB IV: Temuan dan Pembahasan yaitu penjabaran dari deskripsi temuan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian menggunakan teori yang relevan. BAB V: Simpulan dan rekomendasi, yang merupakan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, serta saran-saran atau rekomendasi yang diberikan oleh peneliti yang berkaitan dengan hasil temuan penelitian yang ditujukan kepada pembuat kebijakan, pengguna hasil yang bersangkutan, peneliti berikutnya dan lain sebagainya.